Jakarta, InfoMu.co – Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan terus memperkuat layanan kesehatan bagi jemaah haji Indonesia, khususnya dalam menghadapi tantangan kesehatan yang semakin kompleks. Salah satu fokus utama adalah memastikan jemaah dengan penyakit bawaan tetap dalam kondisi stabil selama menjalankan ibadah haji, serta memberikan perhatian khusus kepada kelompok lansia yang tahun ini mencapai angka signifikan.
Langkah antisipatif dimulai jauh sebelum keberangkatan jemaah dari tanah air. Jemaah yang telah teridentifikasi memiliki penyakit kronis, seperti diabetes, hipertensi, atau kolesterol tinggi, diimbau untuk tidak melupakan obat-obatan rutin mereka. Edukasi tentang pentingnya menjaga rutinitas konsumsi obat menjadi bagian penting dari pembekalan kesehatan jemaah.
“Kita ingatkan mereka jangan sampai lupa membawa obat untuk kebutuhan selama di Tanah Suci, termasuk dalam perjalanan. Ini penting agar tidak ada yang putus minum obatnya,” ujar Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Liliek Marhaendro dalam sesi pembekalan untuk calon petugas Media Center Haji, Rabu (15/4/2025),
Tahun ini, terang Liliek, jemaah lansia mendapatkan perhatian lebih. Sesuai regulasi, jemaah berusia 65 tahun ke atas yang telah mendaftar lebih dari lima tahun diberikan prioritas untuk berangkat dengan porsi khusus 5 persen. Namun, realisasi jumlah lansia yang berangkat tahun ini mencapai hingga 37 persen dari total jemaah.
“Angka ini cukup besar, dan tentu menjadi tantangan tersendiri dalam aspek pelayanan kesehatan. Karena itu, profil kesehatannya harus benar-benar kita perhatikan,” papar Liliek.
Menjelang pelunasan biaya haji, seluruh jemaah diwajibkan menjalani pemeriksaan kesehatan. Bagi yang teridentifikasi memiliki masalah kesehatan, akan diarahkan untuk berkonsultasi ke dokter. Dalam konsultasi tersebut, dokter akan memberikan rekomendasi obat yang harus dibawa dan dikonsumsi selama ibadah haji berlangsung.
“Petugas kesehatan nantinya akan terus mengingatkan agar jemaah tetap disiplin dalam minum obat, agar tetap stabil. Ini bukan sekadar formalitas, tetapi bentuk nyata dari perhatian pemerintah terhadap kesehatan jemaah,” ujar Liliek.
Dalam konteks ibadah haji yang melibatkan pertemuan jutaan orang dari seluruh dunia, risiko penularan penyakit menular sangat tinggi. Karena itu, seluruh jemaah Indonesia wajib menjalani vaksinasi miningitis dan polio.
“Meski Indonesia pernah memiliki kasus polio, kita ingin memastikan bahwa jemaah kita tidak menjadi pembawa penyakit. Vaksinasi ini bukan karena kita punya kasus saat ini, tapi karena ada potensi risiko dari negara lain seperti Afrika yang masih menjadi endemi,” tegas Liliek.
Menurutnya, vaksin polio telah tersedia di seluruh provinsi. Untuk vaksin meningitis, ia menargetkan seluruh daerah sudah terdistribusi sebelum batas akhir pelunasan biaya haji agar jemaah segera bisa mendapatkan vaksinasi sebelum keberangkatan.
Dengan musim haji tahun ini jatuh pada musim panas ekstrem, suhu di Arab Saudi diperkirakan mencapai 40 derajat Celsius. Oleh karena itu, penanganan kesehatan di lapangan menjadi perhatian khusus. Petugas kesehatan akan ditempatkan di tiap kloter, serta di hotel-hotel tempat jemaah menginap.
“Di kloter ada tiga orang petugas, salah satunya dari dinas kesehatan. Mereka akan mendampingi jemaah sejak keberangkatan hingga ke hotel. Untuk layanan di luar hotel, tersedia klinik sektor yang siap menangani kasus-kasus darurat,” katanya.
Pemerintah tidak hanya fokus pada jumlah petugas kesehatan, tetapi lebih pada penguatan edukasi dan promosi kesehatan kepada jemaah. Tujuannya agar jemaah tetap mandiri dan mampu menjaga kesehatan diri selama menjalani ibadah.
“Jadi bukan soal cukup atau tidaknya petugas, tapi bagaimana kita membuat jemaah sadar pentingnya menjaga kesehatan. Petugas di kloter, ketua kloter, dan seluruh pendamping kini kita dorong juga jadi agen promosi kesehatan,” tandas Liliek.
Meski tantangan kesehatan besar, angka kematian jemaah Indonesia selama haji tahun lalu relatif rendah, yakni hanya 0,2 persen. Ini menunjukkan bahwa upaya promotif dan preventif yang dilakukan selama ini memberikan hasil positif.
“Sebagian besar jemaah kita dalam kondisi sehat. Yang wafat itu kebanyakan karena faktor yang tidak bisa dihindari, dan bukan karena kelalaian sistem,” kata Liliek.
Dengan berbagai langkah strategis ini, pemerintah berharap pelaksanaan ibadah haji tahun ini berjalan dengan lancar, aman, dan jemaah bisa kembali ke tanah air dalam kondisi sehat. (tabligh)