Bila Hati Keras
Oleh: Syahbana Daulay
Segala perasaan yang timbul dalam diri seseorang berasal dari hati. Bahkan sikap, perilaku, performance sangat diwarnai oleh kondisi hati. Hati berpotensi untuk bisa lembut (soft heart), bisa keras (hard heart), sehat (healthy heart), sakit (sick heart), atau bahkan mati (dead heart). Di dalam al-Quran terdapat banyak macam hati yang semuanya merupakan indikator situasi hati pada diri seseorang.
1. Hati yang salim (selamat dan suci), (QS. Asy-syu’ara: 89).
2. Hati yang munib (kembali kepada Allah), (QS. Qaff: 33).
3. Hati yang Mukhbit (tunduk dan patuh), (QS. Al-Hajj: 54).
4. Hati yang wajal (bergetar dan takut), (QS. Al-Mukminun: 60).
5. Hati yang taqiy (bertakwa), (QS. Al-Hajj: 32).
6. Hati yang mahdiy (diberi hidayah dan ridha), (QS. At-Taghabun: 11).
7. Hati yang muthmainnah (tenang dan mantap), (QS. Ar-Ra'ad: 28).
8. Hati yang hayy (hidup) (QS. Qaaff: 37).
9. Hati yang maridh (sakit), (QS. Al-Ahzab: 32).
10. Hati yang a’maa (buta), (QS. Al-Hajj : 46).
11. Hati yang lahiy (lalai), (QS. Al-Anbiya: 3).
12. Hati yang atsim (berdosa), (QS. Al-Baqarah: 283).
13. Hati yang mutakabbir (sombong), (QS. Ghafir: 35).
14. Hati yang ghalizh (kasar), (QS. Ali 'Imran: 159).
15. Hati yang makhtum (terkunci), (QS. Al-Jatsiyah: 23).
16. Hati yang qaasiy (keras tidak memiliki kelembutan), (QS. Al-Maaidah: 13).
17. Hati yang ghaafil (Lalai), (QS. Al-Kahfi: 28).
18. Hati yang aghlaf (terhijab dari nasihat), (QS. Al-Baqarah: 88).
19. Hati yang zaa-igh (miring, condong kepada selain kebenaran), (QS. Ali 'Imran: 7).
20. Hati yang muriib (ragu), (QS. At-Taubah: 45).
Tulisan ini hanya akan mengupas sekilas tentang hati yang keras (heard heart) dan dampaknya dalam kehidupan.
Dalam bahasa al-Quran, hati yang keras disebut dengan qalb qaasiy. Hati yang keras berarti kebekuan hati. Hati yang keras adalah hati yang tidak melemah, tunduk, atau melunak saat mendengar nasihat dan pesan ayat-ayat qauliyah maupun kauniyah, sehingga tertutup baginya pintu hidayah. Oleh karena itulah, seorang muslim dianjurkan untuk selalu bersikap tawadu’ dan rendah hati agar hati tetap lunak, tidak mengeras membeku.
Hati yang keras adalah konsekuensi dari menumpuknya maksiat dan dosa. Setiap hamba yang bermaksiat berimplikasi pada kerasnya hati.
وَجَعَلْنَا قُلُوبَهُمْ قَاسِيَةً (المائدة: 13)
Hati yang keras adalah seburuk-buruk hukuman bagi seseorang. Hukuman atas hati lebih berbahaya ketimbang hukuman fisik. Fisik yang rusak belum tentu merusak hati. Tapi bila hati rusak, maka akan berefek pada seluruh tubuh.
Hati yang keras sulit dipenetrasi oleh nasehat dan peringatan. Dia akan berjalan sesuai selera dan nafsunya. Jadilah ia hamba nafsu yang menyeret ke jurang kenistaan. Hati yang keras akan sulit mendeteksi mana yang hak dan batil. Yang hak dianggap batil dan yang batil tampak sebagai hak.
Bagaimana hidup akan lurus bila membedakan yang hak dan batil saja tidak mampu. Untuk itulah seorang muslim diajarkan berdoa agar ditunjuki yang hak itu adalah hak dan yang batil adalah batil. Contoh kaum yang hatinya keras dan sulit diingatkan adalah bani Israil. Mereka zhalim dan melampaui batas di muka bumi, sebagaimana kita saksikan saat ini. Keadaan mereka digambarkan Allah dalam surat al-Maidah ayat 13:
فَبِمَا نَقْضِهِمْ مِيثَاقَهُمْ لَعَنَّاهُمْ وَجَعَلْنَا قُلُوبَهُمْ قَاسِيَةً يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ وَنَسُوا
حَظًّا مِمَّا ذُكِّرُوا بِهِ )المائدة: 13
Hati yang keras akan melebihi kerasnya batu. Allah mengumpamakan kerasnya hati dengan batu. Batu memang materi yang keras, lebih keras daripada besi. Besi masih meleleh jika dipanaskan, tapi bila batu dipanaskan tidak akan berubah, bahkan bisa menjadi lebih keras. Bahkan bahan bakar neraka terdiri dari batu dan manusia. Begitu kerasnya batu, namun hati manusia lebih keras dari batu. Ini iktibar menarik yang diberikan Allah, agar akal sehat bisa merenung dan mengambil pelajaran darinya. Sekeras-keras batu masih bisa ditembus dan dipecah oleh tetesan air (water droplets) yang menimpanya. Namun hati yang keras sulit ditembus oleh nasehat, peringatan, bahkan ancaman sekalipun.
ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً وَإِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ
مِنْهُ الْأَنْهَارُ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَاءُ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ
وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ )البقرة: 74
Hati yang keras jauh dari kasih sayang, dicabut rasa iba darinya. Tidak punya rasa empati terhadap kesulitan dan penderitaan orang. Maka tabiatnya merusak, mengadu domba, merampas, menyakiti bahkan membunuh.
Penyebab Kerasnya Hati Selain maksiat dan banyak dosa, sebagaimana disinggung sebelumnya, penyebab yang lain matinya hati adalah karena cinta dunia (hubbud dunya) dan lalai dari zikirullah (mengingat Allah swt). Hati yang terpaut dengan dunia akan jauh dari sifat ikhlas, tawadu’ dan rendah hati. Yang ada hanyalah kesombongan dan keserakahan. Lupa tujuan akhir. Lupa kalau dunia hanya tempat transit. Sementara mengimani akhirat adalah pelunak hati.
Demikian juga zikirullah (Remembering Allah ) adalah pelembut hati. Hati yang selalu terpaut dengan Allah akan mudah menerima kebenaran. Sebaliknya hati yang jauh dari Allah berada dalam kegelapan, dikuasai nafsu dan kemudian lupa diri. Hati adalah tumpuan segala perbuatan. Realisasi perbuatan bersumber dari hati. Bila hati baik, perbuatan akan baik, dan sebaliknya.
أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا
وَهِيَ الْقَلْبُ
“Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging. Jika ia baik, seluruh tubuh baik. Jika ia rusak, seluruh tubuh juga rusak. Ketahuilah (segumpal daging) itu ialah hati.” (HR. Muslim).
Bila Hati Keras
Dampak hati yang keras akan sangat fatal bagi diri dan orang lain. Berbagai kerusakan (damage) di muka bumi bersumber dari hati yang keras. Bukan hanya alam materi, tapi juga tatanan kehidupan akan berantakan. Hilang rasa humanitas. Pupus rasa saling menyayangi (love each other). Hidup semau gue, mengikuti hawa nafsu, rakus dan tamak, materialistik, egois dan ingin menang sendiri. Apa pun akan dilakukan asal tujuannya tercapai.
Hal demikian terjadi karena orang yang keras hatinya:
1. Tidak takut kepada Allah bahkan merasa tidak membutuhkan Allah Orang yang berhati keras tidak merasa takut kepada janji dan ancaman Allah Swt. Merasa mampu melakukan apa pun. Karena perilakunya yang melampaui batas, menyaingi Fir’aun, sampai Allah pun kemudian benar-benar menjauhkan mereka dari kebenaran dan hidayah-Nya. Tidak tahu diri, dan jadilah ia penantang yang nyata (khashimun mubiin).
“Maka, ketika mereka berpaling (dari perintah Allah), Allah memalingkan hati mereka (dari kebenaran). Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik" (QS. Ash-Shaff: 5).
2. Membenci kitab dan ayat-ayat Allah Tidak mengimani al-Quran, menolak dan menantangnya. Bisa jadi ia mengakui kebenaran al-Quran, tapi karena sifat sombong dan congkak membuatnya jadi penantang al-Quran.
Orang yang hatinya lembut seharusnya cinta pada ayat-ayat Allah. Bergetar hati dan bertambah
imannya mendengar nama Allah disebut dan ayat-ayat-Nya dilantunkan..
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتُهُۥ زَادَتْهُمْ إِيمَٰنًا
وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ (QS. Al-Anfal: 2).
3. Suka bermaksiat tanpa merasa bersalah Noda-noda hitam menumpuk membalut hati menjadikannya gelap tak bercahaya. Semua aktivitas hidupnya berbau maksiat. Akrab dengan dosa dan tidak merasa asing dengan maksiat.
4. Sulit kembali kepada kebenaran Dalam konsep agama, menyesali perbuatan dan kembali ke jalan yang benar disebut dengan taubat. Namun bagi orang yang hatinya keras, sulit kembali kepada kebenaran, karena hatinya
beku dan terkunci. Hatinya merasa “nyaman” dengan kezhaliman dan sifat keji lainnya, gelisah bila berada di zona kebenaran.
Dalam Surat At-Taubah ayat 126 digambarkan sebagai berikut: "Tidakkah mereka (orang-orang munafik) memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, tetapi mereka tidak (juga) bertobat dan tidak (pula) mengambil pelajaran?" (QS. At-Taubah: 126).
Keriteria dan dampak keras hati di atas tentu sangat berbahaya bagi pribadi apalagi kehidupan sosial. Semisal, seorang pemimpin yang hatinya keras akan jauh dari kebaikan. Sulit membedakan antara yang hak dan batil. Tak kenal beramar makruf nahi munkar. Kebijakannya jauh dari rasa berkeadilan. Khianat dan zhalim. Cenderung menjadi authoritarian personal.
Sering mengingkari janji dan tidak mampu mensejahterakan rakyatnya. Menindas (oppressing) rakyat kecil dan memanjakan kelompok elit dan pengusaha. Negara yang pemimpinnya memiliki karakter seperti akan jauh dari memakmurkan. Dia hanya memikirkan dirinya, keluarga, dan orang-orang yang bersamanya. Lahirlah penguasa otoriter, ketidakadilan hukum, politik, social dan ekonomi. Sulit ditemukan rasa aman dan suasana yang
tenteram karena kezhaliman dan ketidakadilan terasa di semua lini. Di mana-mana dipertontonkan tindakan semena-mena bak gaya Fir’aun. Kebijakan diputuskan sesuai selera tanpa memperdulikan keluhan rakyat.
Semoga lidah kita diberikan keringanan untuk selalu melantunkan doa agar hati tetap lurus di jalan-Nya.
اَللَّهُمَّ مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ
“Ya Allah, Tuhan yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku ini pada agama-Mu”
Wallahu a’lam bish shawab
Syahbana Daulay, Anggota Majelis Tabligh PW Muhammadiyah Sumatera Utara