• Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
Infomu
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
No Result
View All Result
Infomu
No Result
View All Result
Kolom Safrin Octora :  R-E-M

Safrin Octora

Kolom Safrin Octora : Pepaya

Syaiful Hadi by Syaiful Hadi
29 September 2020
in Kabar, Kolom
86

Pepaya

Oleh : Safrin Octora

Pepaya, atau carila papaya dalam bahasa ilmiahnya, adalah salah satu buah-buahan yang pasti sudah banyak dikenal oleh bangsa kita. Melihat sejarahnya, pepaya ini ditemukan di Mexico pada abad 14. Lalu masuk ke Asia Tenggara pada abad 16, tepatnya di Filipina. Setelah itu menyeberang ke Indonesia pada abad 18. Sehingga pada abad 21 ini carila papaya ini telah menjadi buah buahan yang populer dan favorit dalam menu empat sehat lima sempurna di negara kita.

Sangkin populernya, pepaya tumbuh di seluruh Indonesia, baik dalam skala rumah tangga maupun usaha perkebunan kecil. Namun sampai saat ini, tidak diketahui jumlah produksi pepaya di Indonesia secara pasti. Hal ini disebabkan karena sifat tumbuhan ini gampang hidup dan rasanya segar sehingga setiap tanah kosong selalu ada tanaman buah pepaya.

Selain memiliki rasa yang segar,  pepaya juga memiliki  kandungan vitamin A yang sangat bermanfaat untuk kesehatan mata. Selain buahnya, biji pepaya juga sangat  bermanfaat untuk kesehatan. Menurut dokter Wahyu Triasmoro, biji pepaya dapat berperan sebagai antioksidan dalam darah karena dapat menurunkan kadar kolesterol dan LDL, dan menaikkan kadar HDL. Caranya adalah dengan memblender dan disajikan seperti membuat jus ataupun dengan cara diseduh seperti kopi setelah dikeringkan lebih dahulu.

Melihat fungsinya yang luar biasa untuk kesehatan, riset-riset pengembangan terhadap pepaya ini terus berlangsung. Pada tahun 2001, IPB menghasilkan varietas unggulan yang cepat diterima pasar karena rasanya yang enak dan legit. Vairetas itu dinamakan “Pepaya Califonia”. Jadi kalau nanti Anda membeli pepaya Califonia, jangan mau Anda dikicuh penjualnya dengan mengatakan pepaya itu agak mahal karena bibitnya dari Amerika sana. Percayalah, pepaya California, berasal dari Bogor yang memiliki nama callina, yang akhirnya berubah menjadi pepaya California.

Belakangan ini, saya juga menyukai pepaya. Sejak berakhirnya Ramadhan kemarin, hampir tiap hari saya membeli sebuah pepaya. Warna buahnya yang merah kecoklatan sangat nikmat dimakan, dan bagus dikonsumsi sebelum makan nasi. Biasanya istri saya memeras  jeruk nipis di atas sepiring pepaya yang telah ditaburi sedikit gula pasir. Rasa manis pepaya ditambah rasa asam jeruk nipis, dan sedikit rasa manis gula pasir, memberikan kenikmatan yang tiada tara. Maka nikmat Tuhan mana yang harus kita dustakan, ketika sepiring pepaya telah tandas.

Biasanya saya membeli pepaya itu ketika  pulang ke rumah setelah lelah bekerja. Penjualnya seorang ibu yang telah janda, cukup lama. Cantik ?  Lumayan untuk usianya yang telah 68 tahun. Juga masih energik.  Namun bukan karena itu saya membeli pepaya sama ibu itu.
Sore itu ketika pulang kerja saya lewat di depan rumahnya, yang sekaligus tempat ibu itu berjualan. Saya melihat ada empat buah pepaya yang menggiurkan tergolek di meja jualan si ibu. Saya lalu berhenti dan menanyakan harga pepaya yang paling bagus dan besar. Si ibu menyebut sejumlah rupiah yang harus saya bayar. Seperti biasa, ketika berbelanja di warung, saya tidak pernah melakukan tawar menawar, dan membayar dengan tukaran yang agak besar dan lebih dari harga yang disebutkan si ibu. Si ibu lalu memasukan buah pepaya itu  ke dalam plastik dan memberikan kepada saya berikut uang kembaliannya. Ketika menerima pepaya dan kembalian dari si ibu, saya sedikit terkejut karena kembaliannya lebih dari harga yang telah disepakati sebelumnya. Ketika hal ini saya ini saya tanyakan si ibu menjawab dengan santai, “harganya memang Rp.12.000, Pak. Karena disini biasanya pembeli suka nawar, maka selalu saya naikkan lebih dahulu. Nah bapakkan nggak nawar, makanya harganya saya turunkan dari harga yang saya tawarkan tadi”, jawabnya. “OO, gitu”, kata saya sambil menghidupkan sepeda motor.

Sejak saat itu, saya selalu membeli pepaya disitu. Tanpa pernah menanyakan harga pepayanya, biasanya saya selalu membayar sesuai dengan nominal yang disebutkan si ibu. Si ibu pun tidak pernah mau menerima lebih dari harga pepaya yang disebutkannya.

Sederhana prosesnya. Saya membayar harga pepaya yang disebutkannya. Si ibu memberikan pepaya yang terbaik yang ada. Si ibu senang, saya puas.

Suatu sore seorang kawan yang memiliki ilmu tentang filsafat singgah ke rumah. Seperti biasa, saya menghidangkan potongan-potongan pepaya sebagai teman minum kopi. Enak, katanya ketika memakan sepotong. “Beli di swalayan ?”, dia bertanya sambil menyebutkan sebuah swalayan buah-buahan terkenal ketika potongan-potongan pepaya lesap dari mulutnya.
“Hm, nggak. Beli di warung”, jawab saya sambil bercerita tentang tempat menjual pepaya itu dan si ibu penjual.
“Heibat”, katanya sambil mengacungkan jempol. Si kawan lalu bercerita, bahwa tindakan saya itu sangat manusiawi dan harus diteruskan. Karena membeli di warung-warung seperti itu akan membuat para penjualnya akan bisa meneruskan hidup. Bila tidak ada yang sama sekali membeli maka warung-warung itu akan tutup. Pemiliknya akan hidup menderita bahkan jatuh miskin. Kalau itu yang terjadi, maka tanggung jawab kitalah untuk memberikan bantuan kepada si pemilik warung. “Tapi sampai berapa lama, kita bisa membantu ?”, tanyanya.
Jadi menghidupkan warung-warung seperti itu adalah tanggung jawab kita semua. Dengan membeli barang barang yang dijual, maka kita memberikan keuntungan kepada si pedagang, sehingga dia dapat meneruskan kehidupan sehari-harinya dengan keuntungan itu. Si ibu yang telah tua itu, tetap akan energik, karena ada kegiatan sehari-hari. Orang akan jadi tua dan ringkih, ketika tidak punya kegiatan dan hanya menghitung hari, kata kawan saya menutup obrolan kami sore itu.
“Lagi pula dengan membeli disitu, kan tidak menghabiskan penghasilan”, tegasnya sebelum menuju ke sepeda motornya.
Betul sekali. Meski setiap hari saya harus mengeluarkan uang untuk membeli pepaya, namun penghasilan rasanya tidak berkurang. Sepertinya semakin bertambah.

Jadi mulailah berbelanja di warung sekitar rumah kita. Membantu orang lain dengan membeli jualannya adalah prilaku terpuji. Apalagi di masa pandemic ini.

Jadi jangan berretorika terus, mulailah berbelanja di warung tetangga meski hanya sebuah pepaya.

Penulis, Dosen FISIP USU, Pengamat Media dan Marketing

Bagikan ini:

  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
  • Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
  • Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
  • Klik untuk mengirimkan email tautan ke teman(Membuka di jendela yang baru) Surat elektronik
  • Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
  • Klik untuk mencetak(Membuka di jendela yang baru) Cetak
Tags: kolompepayasafrin octora
Previous Post

Pasien Covid19 Aceh Bertambah 79 Kasus

Next Post

Silvani Diplomat Muda Asal Sorkam Mendapat Pujian dari Sidang PBB

Next Post
Silvani Diplomat Muda Asal Sorkam Mendapat Pujian dari Sidang PBB

Silvani Diplomat Muda Asal Sorkam Mendapat Pujian dari Sidang PBB

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • Beranda
  • Kabar
  • Literasi
  • Kolom
  • Kesehatan
  • Muktamar
  • Pendidikan
  • Redaksi
Call us: +1 234 JEG THEME

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.