• Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
Infomu
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
No Result
View All Result
Infomu
No Result
View All Result
Kolom Safrin Octora: Dissonansi Kognitif dan Pandemi Covid-19.

Kolom Safrin Octora: Dissonansi Kognitif dan Pandemi Covid-19.

Syaiful Hadi by Syaiful Hadi
20 Juli 2020
in Kabar, Kolom, Utama
86
Dissonansi Kognitif dan Pandemi Covid-19.

Oleh : Safrin Octora

Belakangan ini kita semakin sering melihat dan membaca berita yang memiriskan perasaan tentang Covid-19. Sekelompok orang merebut paksa jenazah korban Covid-19 dari tangan petugas pemulasaran di rumah sakit, lalu membawanya pulang dan menguburkan  tanpa protokol yang berlaku. Bahkan di Probolinggo Jawa Timur, jenazahkorban Covid-19 yang  akan dimasukkan ke liang lahat, diambil paksa oleh keluarga, dikeluarkan dari peti jenazah, dan dikuburkan secara biasa. Sementara peti jenazah dibuang begitu saja.

Pada sisi lain, media massa juga memberitakan kondisi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat kita. Tempat-tempat wisata ramai didatangi oleh para pengunjung tanpa mengindahkan protokol kesehatan seperti pakai masker ataupun jarak jarak. Hal yang sama juga terjadi di banyak pasar (pajak, bahasa Medan) tradisional. Memakai masker, cuci tangan atau menjaga jarak sepertinya sudah tidak berlaku lagi bagi kebanyakan masyarakat kita.

Fakta-fakta berita tersebut di atas menunjukkan bahwa bagi sebagian masyarakat kita, Covid-19 ini sepertinya dianggap tidak ada. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian tim National University Singapore di Jakarta dan Surabaya.  Menurut para peneliti tersebut   sebanyak 77 % responden di Jakarta  dan s  59  % responden di Surabaya beranggapan bahwa kecil kemungkinan mereka tertular Covid-19.

Sementara itu pada sisi lain, informasi tentang penyebaran Covid-19 yang disampaikan pemerintah menunjukkan grafik yang menakutkan. Terhitung Sabtu (19-07-2020) jumlah pasien yang terkonfirmasi mencapai 84.882 orang, dengan korban yang meninggal dunia sebanyak 4016. Jumlah ini terus meningkat sejak kasus Covid-19 ditemukan di negara kita pada awal Maret 2020.

Memang jumlah pasien Covid-19 dan yang meninggal dunia dinegara kita, tidak ada arti apa-apa bila dibandingkan dengan  Amerika Serikat, Brasil, India ataupun Rusia yang merupakan empat besar negara di dunia yang memiliki pasien terbanyak. Namun bila dibandingkan dengan jumlah pasien terkonfirmasi dan meninggal dunia di negara serumpun Asean, jumlah pasien covid-19 kita jelas sangat memprihatinkan.

Singapura misalnya, negara yang ditandai dengan titik merah (red dot country) dalam peta dunia, memiliki jumlah pasien yang semakin menurun setiap harinya. Begitu juga dengan pasien yang meninggal dunia, semakin mengecil.  Bahkan Thailand telah bersiap-siap untuk membuka sarana pariwisata mereka sebagai bukti bahwa covid-19 mulai teratasi di negara mereka.

Lalu yang menjadi pertanyaan mendasar kenapa masyarakat kita semakin acuh dan tidak patuh pada protokol kesehatan yang berlaku !  Mengacu kepada seorang ahli psikologi sosial Leon Festinger, kasus -kasus ketidak-patuhan masyarakat terjadi karena adanya informasi yang tidak konsisten yang diterima masyarakat berkaitan dengan masalah Covid-19 tersebut. Ketidak konsistenan informasi tersebut diistilah Festinger dengan dissonansi kognitif.

Teori dissonansi kognitif ini diperkenalkan   Festinger pada tahun 1950 yang merupakan turunan dari  suatu teori besar yang dinamakan Teori Konsistensi. Menurut teori ini masyarakat akan lebih nyaman mendapatkan informasi informasi yang konsisten dalam dinamika kehidupan sehari-hari.  Sehingga ketika muncul informasi-informasi yang tidak konsisten atau dalam bahasa Festinger disebut dengan dissonansi kognitif,  terjadilah gangguan dalam  pola kehidupan masyarakat.

Mengacu pada teori dissonansi kognitif ini, kita melihat banyak informasi-informasi yang tidak konsisten dan bertentangan yang keluar dari pemerintah. Pada awal awal Covid-19 berkembang, kebijakan penggunaan masker yang telah diumumkan sejak awal, tiba-tiba muncul informasi bahwa masker hanya perlu dipakai untuk penderita. Beberapa hari kemudian, keluar instruksi baru, setiap orang harus menggunakan masker ketika keluar rumah dan harus menjaga jarak.

Namun kebijakan itu tidak konsisten dijalankan. Pada kota-kota yang telah terjangkiti pandemi Covid-19 memang aturan-aturan itu dicoba untuk diterapkan. Namun untuk  kota kota lain yang  angka pandemi yang belum tinggi, konsistensi penerapan aturan tersebut belum berjalan sebagaimana mestinya. Ini misalnya untuk provinsi Sumatera Utara, ketidak konsistenan penerapan aturan itu terjadi dalam kehidupan sehari, menyebabkan jumlah korban Covid-19 di provinsi ini terus bertambah. Sehingga saat ini Sumatera Utara masuk dalam delapan besar provinsi yang tingkat penderita Covid-19 semakin tinggi. Sampai saat ini kita tidak pernah mendengar adanya pasar (pajak) yang ada di Sumatera Utara harus ditutup, karena pedagang atau pengunjung reaktif. Mungkin juga rapid test belum pernah dilakukan di pasar pasar tersebut.

Sama halnya dengan pengambilan paksa jenazah yang dianggap korban Covid-19 oleh keluarga korban. Ini juga terjadi karena ketidak konsistenan informasi yang beredar di masyarakat selain juga hasil test swab yang terlambat tiba. Dalam pandangan banyak kelompok masyarakat, penentuan jenazah korban Covid-19 itu hanya rekayasa rumah sakit untuk keuntungan rumah sakit. Hal ini juga ditanyakan anggota DPR RI Said Abdullah dalam rapat dengar pendapat dengan Menteri Kesehatan.

Sementara untuk hasil test swab yang terlambat datang, itu menunjukkan ketidak konsistenan informasi. Seseorang yang telah dikubur dengan protokol Covid-19, tiba-tiba hasil test swabnya negatifl. Sehingga wajar kalau tiba-tiba ada sekelompok masyarakat yang beranggapan bahwa keluarganya yang meninggal bukan karena Covid-19, melainkan karena penyakit lain.

Ketidak konsistenan informasi seperti yang dikatakan oleh Festinger itu, seharusnya tidak terjadi paling tidak diminamalisir. Sehingga adanya kekonsistenan informasi akan mengurangi dissonansi kognitif, sekaligus akan membuat masyarakat semakin sadar akan bahaya Covid-19 tersebut.

Dengan demikian, berkaitan dengan pandemi Covid-19 ini maka diperlukan kekonsistenan informasi yang dikeluarkan oleh pemerintah. Penerimaan informasi yang tidak konsisten (dissonansi kognitif) akan menimbulkan perlawanan dan pembangkangan sosial oleh banyak kelompok masyarakat. Perlawanan dan pembangkangan sosial pada akhirnya akan menyebabkan transmisi virus ini akan berlangsung secara massif dan tidak terduga.  Bila ini terjadi, bukan tidak mungkin negara kita ini akan menyusul Amerika Serikat, Brasil, India dan Rusia dalam jumlah pasien terkonfirmasi Covid-19 dan jumlah yang meninggal dunia.

Semoga saja tidak terjadi

Bagikan ini:

  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
  • Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
  • Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
  • Klik untuk mengirimkan email tautan ke teman(Membuka di jendela yang baru) Surat elektronik
  • Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
  • Klik untuk mencetak(Membuka di jendela yang baru) Cetak
Tags: kolom safrin octora
Previous Post

Pidato Iftitah Tanwir Muhammadiyah dan Aisyiyah

Next Post

Spirit Qurban dari PRM Taqwa Perumnas II Medan

Next Post
Spirit Qurban dari PRM Taqwa Perumnas II Medan

Spirit Qurban dari PRM Taqwa Perumnas II Medan

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • Beranda
  • Kabar
  • Literasi
  • Kolom
  • Kesehatan
  • Muktamar
  • Pendidikan
  • Redaksi
Call us: +1 234 JEG THEME

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.