Dalam as-Sunnah umat Islam harus mewaspadai kemimpinan yang dipegang oleh orang-orang yang tergo long bodoh (as-Sufaha’), yakni mereka yang dalam kepe mimpinannya tidak mengikuti petunjukan Rasul saw. De ngan adanya penjelasan ini, umat Islam waspada dan tidak memilih dan mendukung pemimpin yang memiliki kriteria sebagaimana yang diberitakan oleh Rasul saw.Empat kriteria Kepemimpinan BodohDari uraian di atas, maka dapat dikemukakan bahwa kepemimpinan yang bodoh (إِمَارَةَ السُّفَهَاءِ) memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Tidak mengikuti Petunjuk Rasul saw.
Jika diilustrasikan dapat diumpamakan dengan me nempuh perjalanan, agar selamat hinga tujuan, kita perlu mematuhi rambu-rambu yang ada di sepanjang perjalanan itu. Petunjuk Rasul saw dapat diumpamakan dengan ram bu-rambu tersebut. Alquran dan as-Sunnah merupakan pe tunjuk sebagaimana ilustrasi di atas. As-Sunnah menjelas kan bahwa sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muham mad saw.
وحَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ بْنُ عَبْدِ الْمَجِيدِ عَنْ جَعْفَرِ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا خَطَبَ احْمَرَّتْ عَيْنَاهُ وَعَلَا صَوْتُهُ وَاشْتَدَّ غَضَبُهُ حَتَّى كَأَنَّهُ مُنْذِرُ جَيْشٍ يَقُولُ صَبَّحَكُمْ وَمَسَّاكُمْ وَيَقُولُ بُعِثْتُ أَنَا وَالسَّاعَةُ كَهَاتَيْنِ وَيَقْرُنُ بَيْنَ إِصْبَعَيْهِ السَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى وَيَقُولُ أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ.
Dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna dan Abdul Wahhab bin Abdul Majid dari Ja’far bin Muhammad dari bapaknya dari Jabir bin Abdullah ia berkata, bahwasanya; Apabila Rasul saw. menyampaikan khutbah, maka kedua matanya memerah, suaranya lantang, dan semangatnya berkobar-kobar bagaikan panglima pe rang yang sedang memberikan komando kepada bala ten taranya. Beliau bersabda: “Hendaklah kalian selalu was pada di waktu pagi dan petang. Aku diutus, sementara an tara aku dan hari kiamat adalah seperti dua jari ini (yakni jari telunjuk dan jari tengah).” Kemudian beliau melanjut kan bersabda: “Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah, sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad saw. “.H.R.Muslim. No. 1435.
2. Tidak Mengikuti Sunnah Rasul
Pemimpin yang cerdas tidak akan menentang sun nah Rasul saw, bahkan ia akan mengkuti as-Sunnah. Berda sarkan keyakinan serta ilmu bahwa as-Sunnah adalah jalan hidup terbaik untuk diikuti. Dalam suatu sabdanya Rasul saw memberikan penegasannya, yaitu sebagai berikut:
وحَدَّثَنِي عَنْ مَالِك أَنَّهُ بَلَغَهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ.
Telah menceritakan kepadaku dari Malik telah sampai kepadanya bahwa Rasul saw. bersabda: “Telah aku tinggal kan untuk kalian, dua perkara yang kalian tidak akan sesat selama kalian berpegang teguh dengan keduanya; Kitabul lah(Alquran) dan Sunnah Nabi-Nya.”H.R.Malik.No. 1395.
Maksud as-Sunnah di atas adalah siapapun umat Islam yang berpegang teaguh kepada Alquran dan as-Sunnah, maka dijamin oleh Rasul saw tidak sesat, baik di dunia maupun di akhirat.
3. Suka berdusta
Pemimpin yang bodoh, di antara tandanya adalah suka berdusta. Ia merasa bahwa dengan melakukan kedus taan ia telah menipu orang lain padahal hakikatnya ia ha nya menipu dirinya sendiri. Dalam sabda Rasul saw, mem prediksi akan muncul pemimpin-peimpin yang berdusta dan berbuat zalim.
حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ عَنْ يُونُسَ عَنْ حُمَيْدِ بْنِ هِلالٍ أَوْ عَنْ غَيْرِهِ عَنْ رِبْعِيِّ بْنِ حِرَاشٍ عَنْ حُذَيْفَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّهَا سَتَكُونُ أُمَرَاءُ يَكْذِبُونَ وَيَظْلِمُونَ فَمَنْ صَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَأَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَلَيْسَ مِنَّا وَلَسْتُ مِنْهُمْ وَلا يَرِدُ عَلَيَّ الْحَوْضَ وَمَنْ لَمْ يُصَدِّقْهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَلَمْ يُعِنْهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَهُوَ مِنِّي وَأَنَا مِنْهُ وَسَيَرِدُ عَلَيَّ الْحَوْضَ.
Telah menceritakan kepada kami Isma’il dari Yunus dari Humaid bin Hilal atau dari yang lainnya, dari Rib’i bin Hi rasy dari Hudzaifah bin Al-Yaman dari Nabi saw. bersab da:”Akan muncul pemimpin-pemimpin berdusta dan ber buat zhalim, barangsiapa yang membenarkan kedustaan mereka dan membantu mereka berbuat zhalim maka tidak termasuk golongan kami dan aku tidak termasuk golongan mereka serta tidak akan mendatangi telagaku, dan barang siapa yang tidak membenarkan kedustaan mereka dan tidak menolong mereka berbuat kezhaliman maka ia ter masuk golonganku dan aku termasuk golongannya serta akan mendatangi telagaku (di surga).”H.R.Ahmad. No. 22174.
وحَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ وَأَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي حَازِمٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلَاثَةٌ لَا يُكَلِّمُهُمْ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا يُزَكِّيهِمْ قَالَ أَبُو مُعَاوِيَةَ وَلَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ شَيْخٌ زَانٍ وَمَلِكٌ كَذَّابٌ وَعَائِلٌ مُسْتَكْبِرٌ.
Dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Waki’ dan Abu Muawiyah dari al-A’masy dari Abu Hazim dari Abu Hurai rah dia berkata,”Rasul saw.bersabda: “Ada tiga orang yang mana Allah tidak mengajak mereka berbicara pada hari kiamat, dan tidak mensucikan mereka.”Abu Mu’awiyah menyebutkan,”Dan tidak melihat kepada mereka. Dan me reka mendapatkan siksa yang pedih:orang tua yang pezina; pemimpin pendusta, orang miskin yang sombong.” H.R. Muslim. No. 156.
4. Suka berbuat zalim
Kekuasaan yang tidak dilandasi keimanan, ia cenderung akan zalim. Mulai tidak amanah dengan janji nya, tidak bersungguh-sungguh menyejahterakan masyara kat hingga merampas hak-hak masyarakat. Jika suatu ke tika menemukan pemimpim yang zalim, maka umat islam dianjurkan untuk berjihad dengan mengatakan hal-hal yang benar kepadanya.
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْحَسَنِ بْنِ أَتْشٍ حَدَّثَنَا جَعْفَرٌ يَعْنِي ابْنَ سُلَيْمَانَ عَنْ مُعَلَّى يَعْنِي ابْنَ زِيَادٍ عَنْ أَبِي غَالِبٍ عَنْ أَبِي أُمَامَةَ ح و حَدَّثَنَا رَوْحٌ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ عَنْ أَبِي غَالِبٍ عَنْ أَبِي أُمَامَةَ قَالَأَتَى رَجُلٌ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَرْمِي الْجَمْرَةَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللهِ أَيُّ الْجِهَادِ أَحَبُّ إِلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ قَالَ فَسَكَتَ عَنْهُ حَتَّى إِذَا رَمَى الثَّانِيَةَ عَرَضَ لَهُ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْجِهَادِ أَحَبُّ إِلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ قَالَ فَسَكَتَ عَنْهُ ثُمَّ مَضَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى إِذَا اعْتَرَضَ فِي الْجَمْرَةِ الثَّالِثَةِ عَرَضَ لَهُ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ يُّ الْجِهَادِ أَحَبُّ إِلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ قَالَ كَلِمَةُ حَقٍّ تُقَالُ لِإِمَامٍ جَائِرٍ.قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ الْحَسَنِ فِي حَدِيثِهِ وَكَانَ الْحَسَنُ يَقُولُ لِإِمَامٍ ظَالِمٍ.
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Ha san bin Atasy telah menceritakan kepada kami Ja’far bin Sulaiman dari Mu’alla bin Ziyad dari Abu Ghalib dari Abu Umamah. Dari jalur periwaya tan yang lain; Telah men ceritakan kepada kami Rouh telah menceritakan kepada kami Hammad dari Abu Ghalib dari Abu Umamah berka ta; Seseorang mendatangi Rasul saw. saat beliau melempar jumrah, ia berkata; Wahai Rasulullah! Jihad apa yang pa ling disukai Allah? Rasul saw. diam hingga orang itu usai melempar jumrah ke tiga, ia datang lagi dan berkata; Wa hai Rasulullah! Jihad apa yang paling disukai Allah? Rasul saw. bersabda; “Kata-kata haq (kebenaran) yang diucap kan untuk pemimpin yang zalim.” Berkata Muhammad bin Al-Hasan dalam hadisnya; dan Hasan berkata; Untuk pe mimpin zalim. H.R. Ahmad. No. 21137.
Penutup
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara umat Islam harus menyadari bahwa dalam memilih pemimpin nya harus benar-benar diperhatikan apakah pemimpin yang mau dipilihnya itu tergolong as-Sufaha’ atau tidak. Sebab jika kita memilih dan mendukung kepemimpinan bodoh (imarah as-Sufaha’), kita pun dianggap ikut andil dalam berbagai aktivitasnya, sehingga jika ia masuk nera ka maka kitapun yang memilih dan mendukungnya masuk neraka. Oleh karena itu mari kita berpegang teguh kepada Alquran dan as-Sunnah dalam segala aktivitas kita, agar kita selamat, bahagia baik di dunia maupun di akhirat. Wallahu a’lam bissawab.
Bibliografi
A.W.Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terleng kap Surabaya: Pustaka Progressif, 1997.
Imam al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, Beirut : Dar al-Fikr, 1401 H/1981 M.
Imam Muslim,Sahih Muslim,Beirut:Dar al-Fikr,1414H/1993 M.
Imam Abu Dawud, Sunan Abi Dawud, Beirut : Dar al-Fikr, 1415 H/1994 H.
Imam An-Nasa’i, Sunan as-Nasa’i. Beirut : Dar al-Fikr, 1415 H/1995 H.
Imam Ibn Majah, Sunan Ibn Majah, Beirut : Dar al-Fikr, 1415 H/1994 H.
Imam Ahmad, Musnad Ahmad ibn Hanbal, Kairo : Dar al-Hadis: 1416 H/1996 M.
Mausu’ah al-Hadis asy-Syarif al-Kutub as-Sittah, Dar as-Salam lin-Nasyr wa at-Tuzi’, al-Mamlakah al-‘Arabiyah as-Su’udiyah, Riyad, 2000.
Tim Penulis Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Keempat, Jakarta: Grame dia Pustaka Utama, 2008.