TIGA SIKAP MANUSIA DALAM MENERIMA ALQURAN
Oleh : Muhammad Khairi Amri, S.P, S.Pd.I (Bendahara Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Medan)
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَىٰ عَبْدِهِ الْكِتَابَ وَلَمْ يَجْعَلْ لَّهُ عِوَجًا، هُدًى وَبُشْرَىٰ لِلْمُؤْمِنِينَ. نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَىٰ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَىٰ آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ.
أُوصِيكُمْ عِبَادَ اللَّهِ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللَّهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُونَ.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Pada hari yang penuh berkah ini, marilah kita tingkatkan ketakwaan kepada Allah Ta‘ala dengan sebenar-benarnya takwa. Jadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup yang menuntun kita dari gelapnya kebodohan menuju cahaya petunjuk.
Dalam Al-Qur’an, Allah menginformasikan bahwa manusia memiliki tiga sikap dalam menerima wahyu atau al-Kitab:
Pertama, ada yang benar-benar beriman dan menerima sepenuh hati.
Allah berfirman:
﴿إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ﴾ (الأنفال: ٢)
“Sesungguhnya orang-orang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakkal.” (QS. Al-Anfāl: 2)
Kedua, ada yang mendengar namun menolak karena kesombongan.
Allah berfirman:
﴿وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَا تَسْمَعُوا لِهَٰذَا الْقُرْآنِ وَالْغَوْا فِيهِ لَعَلَّكُمْ تَغْلِبُونَ﴾ (فصلت: ٢٦)
“Orang-orang kafir berkata: ‘Janganlah kamu mendengarkan Al-Qur’an ini dan buatlah kegaduhan terhadapnya, agar kamu menang (mengalahkan dakwah Nabi).’” (QS. Fushshilat: 26)
Ketiga, ada yang mendengar namun tetap ragu dan tidak mengambil pelajaran.
Sebagaimana firman Allah:
﴿وَمِنْهُم مَّن يَسْتَمِعُ إِلَيْكَ ۖ أَفَأَنتَ تُسْمِعُ الصُّمَّ وَلَوْ كَانُوا لَا يَعْقِلُونَ﴾ (يونس: ٤٢)
“Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkanmu, tetapi apakah kamu dapat menjadikan orang tuli mendengar, walaupun mereka tidak mengerti?” (QS. Yūnus: 42)
Inilah tiga golongan manusia dalam menerima Al-Qur’an: yang beriman, yang menolak, dan yang ragu. Marilah kita bermuhasabah, termasuk ke dalam golongan manakah kita selama ini?
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ، كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Ketahuilah bahwa Al-Qur’an adalah petunjuk yang tidak ada keraguan di dalamnya. Maka, sikap terbaik bagi seorang mukmin adalah menerima dengan sepenuh iman dan mengamalkannya dalam kehidupan.
Jangan sampai hati kita menjadi keras, sebagaimana peringatan Allah:
﴿ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُم مِّنۢ بَعْدِ ذَٰلِكَ فَهِىَ كَٱلْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً﴾ (البقرة: ٧٤)
“Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi.” (QS. Al-Baqarah: 74)
Marilah kita jaga hati, buka diri terhadap kebenaran, dan jadikan Al-Qur’an sebagai pedoman dalam setiap langkah. Semoga kita termasuk orang-orang yang menerima dan hidup dalam cahaya wahyu-Nya.
اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنْ أَهْلِ الْقُرْآنِ، الَّذِينَ هُمْ أَهْلُكَ وَخَاصَّتُكَ.
عبادَ الله، إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى، وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ. فَاذْكُرُوا اللَّهَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ، وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ.