RITUAL QURBAN VS QURBAN RITUAL
Oleh: Dr. Junaidi, M.Si – (Ketua Majelis Tabligh PDM Medan)
Khutbah pertama:
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَاكَاتُهُ
اَلْحَمْدُللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِأَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَمُضِلَ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ
هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لآ إِلَهَ اِلآّ اَللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْ لُهُ وَلآنَبِىَ بَعْدَهُ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى
آلِ مُحَمَّدٍ. اُوْصِيكُمْ عِبَادَ اللهِ وَاِيآيَ بِتَقْوَي اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْن.
وَقآَلَ اَللهُ تَعَآلَي فِى ا لْقُرْآنِ الْكَرِيم
وَلِكُلِّ أُمَّةٖ جَعَلۡنَا مَنسَكٗا لِّيَذۡكُرُواْ ٱسۡمَ ٱللَّهِ عَلَىٰ مَا رَزَقَهُم مِّنۢ بَهِيمَةِ ٱلۡأَنۡعَٰمِۗ فَإِلَٰهُكُمۡ إِلَٰهٞ وَٰحِدٞ فَلَهُۥٓ أَسۡلِمُواْۗ وَبَشِّرِ ٱلۡمُخۡبِتِينَ
Artinya: “Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (qurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzkikan Allah kepada mereka, Maka Tuhanmu ialah Tuhan yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah)”. (Q.S Al-Hajj ayat 34)
Ritual Qurban
Firman Allah di atas menunjukkan bahwa ritual qurban sebenarnya sudah ada sejak zaman umat-umat terdahulu. Diantara ritual qurban yang pernah disyariatkan Allah adalah sebagai berikut:
Pertama: Qurban Di masa Nabi Adam. Qurban masa nabi Adam dilakukan oleh anaknya Qobil dan Habil. Peristiwa qurban mereka diinformasikan Allah dalam surat Al-Maidah ayat 27 yang artinya “Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan qurban, Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima
dari yang lain (Qabil). ia berkata (Qabil): “Aku pasti membunuhmu!”,. berkata Habil: ” Sesungguhnya Allah hanya menerima (qurban) dari orang-orang yang bertakwa”
Kedua: Qurban di masa Nabi Ibrahim. Qurban di masa nabi Ibrahim merupakan syariat yang paling spektakuler, karena Beliau diminta Allah untuk menyembelih/mengurbankan anak kesyangannya yang telah sekian lama dinanti-nanti kehadirannya. Kisah ini diabadikan Allah dalam surat surat Ash-Shaffaat: 102 ““Maka ketika sampai (pada usia sanggup atau cukup) berusaha, Ibrahim berkata: Hai anakku aku melihat (bermimpi) dalam tidur bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah bagaimana pendapatmu” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.
Ketiga, Qurban Abdul Muthalib (Kakek Nabi SAW). Qurban yang dilakukan oleh Abdul Muthalib adalah dengan menyembelih seratus ekor unta. Peristiwa ini bermula dari nazar yang pernah diucapkan pada berhalanya. bahwa jika anaknya laki-laki sudah ada sepuluh orang , maka salah seorang dari mereka akan dijadikan qurban di muka berhala yang ada di sisi Ka'bah yang biasa di puja oleh bangsawan Quraisy. Oleh sebab itu, setelah istri Abdul Muthalib melahirkan anak laki-laki maka mereka itu
Genaplah sepuluh orang. Abdul Muthalib bermimpi sampai tiga malam berturut-turut. Dalam mimpinya itu ada suara yang memanggil, yang ia tidak mengerti maknanya, yaitu, Ihfir Thayyibah!, Sebelum pelaksanaan qurban itu, Abdul Muthalib mengumpulkan semua anak laki-lakinya dan mengadakan undian. Pada saat itu undian telah jatuh pada diri Abdullah. Padahal Abdullah itu seorang anak yang paling muda, yang paling bagus rupanya, dan yang paling dicintainya.
Namun ketika itu orang-orang quraisy menolak dan menghalanginya. Hingga mereka mendatangi seorang al-‘Arâfat yaitu kahin di Yatsrib. Kahin Yatsrib menghukumi mereka supaya mengundi antara Abdullah dengan unta. Bila keluar unta, maka sembelih unta. Jika yang keluar Abdullah maka setiap kali keluar diganti dengan 10
ekor unta. Lalu mereka kembali ke Makkah, dan melakukan undian antara Abdullah dengan 10 ekor unta. Undian pertama keluar Abdullah, lalu diganti dengan 10 ekor unta.
Hal ini berulang sampai undian yang kesembilan yang keluar Abdullah, baru yang kesepuluh keluar unta. Maka Abdul Muthalib mengganti Abdullah dengan 100 ekor unta untuk berqurban. Dan dengan demikian Abdullah urung untuk dijadikan qurban oleh ayahnya.
Keempat: Qurban Nabi Muhammad SAW. Qurban yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW pada waktu Haji Wada di Mina setelah solat Iedul Adha. Beliau menyembelih 100 ekor unta, 70 ekor di sembelih dengan tangannya sendiri dan 30 ekor di sembelih oleh Sayyidina Ali. Dan qurban yang dilakukan Nabi Muhammad inilah yang kita ikuti sampai sekarang.
Qurban Ritual
Qurban ritual yang dimaksudkan adalah qurban yang dilakukan hanya sebatas ritual saja, alias tidak menyentuh esensi dari qurban itu sendiri. Semua ritual ibadah yang diperintahkan Allah biasa memiliki target yang hendak dicapai. Artinya ketika tujuan tersebut tidak tercapai, maka ibadah tersebut hanya sebatas ritual yang tiada arti
di mata Allah. Begitu juga dengan qurban.
Paling tidak ada empat barometer yang bisa dijadikan ukuran untuk menyebutkan bahwa qurban yang dilakukan hanya sebatas qurban ritual.
Pertama: Qurban dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Jika kita perhatikan seluruh ritual qurban yang disyariatkan Allah mulai sejak zaman Nabi Adam sampai Nabi Muhammad SAW merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Oleh sebab itu orang yang melakukan penyembelihan qurban, maka seharusnya akan semakin dekat kepada Allah.
Kalaulah ada orang yang setiap tahun melakukan qurban, tetapi tidak menjadikannya semakin dekat kepada Allah, maka itu pertanda bahwa qurban yang dilakukan hanya sebatas ritual belaka.
Kedua: Qurban dilakukan untuk menjadikan orangnya semakin bertaqwa. pada dasarnya semua ibadah yang dilakukan adalah dalam rangka mendidik manusia menjadi pribadi yang bertakwa, begitu juga dengan qurban. Qurban yang kita lakukan hendaklah mampu menjadikan kita pribadi yang bertaqwa, karena hanya dengan
taqwalah qurban itu akan diterima oleh Allah. Kalaulah tiap tahun Qurban, tapi ketaqwaan makin tidak jelas, maka kurban yg dilakukan disebut hanya sebagai Qurbal Ritual.
Ketiga: Qurban merupakan bukti ketundukan kepada Allah. Dengan berqurban sebenarnya kita dididik untuk selalu tunduk kepada semua peraturan Allah, kita harus rela mengorbankan semua kesenangan duniawi ketika kesenangan itu tidak sesuai dengan aturan Allah. Kalaulah tiap tahun Qurban, tapi makin tidak tunduk pada Allah jiwa nya, maka kurban yg dilakukan disebut hanya sebagai Qurbal Ritual.
Keempat: Qurban merupakan aplikasi rasa syukur kepada Allah. Jika diperhatikan firman Allah dalam surat Al-Kautsar, maka akan didapati bahwa qurban yang dilakukan adalah sebagai aplikasi rasa syukur kepada Allah. Oleh sebab itu qurban hendaklah diniatkan hanya untuk Allah, sebagai rasa syukur yang paling dalam, bukan untuk kesombongan (pamer) kepada manusia.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ, اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمِّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَعَلَى آلِهِ
وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ, أَمَّا بَعْدُ؛ عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى
اللهِ، فَاتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
Jamaah sidang Jum’at rahimakumullah
Di khutbah kedua ini, marilah kita berdoa kepada Allah, agar selalu diberi kesadaran atas setiap dosa, sehingga kita menjadi orang yang bersegera untuk bertobat kepada-Nya. Semoga kita didekatkan dengan orang-orang yang saleh dan berteman dengan mereka, sehingga kita kelak dibangkitkan bersama mereka. Dan semoga kita
senantiasa diberikan kekuatan untuk sabar menghadapi setiap ujian, sehingga kita tetap di jalan-Nya dan menjadi orang-orang yang dicintai-Nya.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا
بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ، وَعَنْ أَزْوَاجِهِ أُمَّهَاتِ
المُؤْمِنِيْنَ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنْ المُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ.
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوْفَهُمْ، وَأَجمع كلمتهم عَلَى الحق، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظالمين، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ
لِعَبادك أجمعين.
رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ..
عِبَادَ اللهِ :
(( إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ ))




