Meneguhkan Spirit Al-Kautsar untuk Persatuan dan Kekuatan Ummat
Oleh : Immawan Wahyudi, Dosen Fakultas Hukum Universitas Ahmad Dahlan (FH UAD)
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي هَدَانَا إِلَـى اْلإِيْمَانِ وَ اْلإِسْلاَمِ، وَ أَمَرَناَ بِشَرِيْعَةِ نُسُكِ الْحَجِّ إِلَـى الْبَيْتِ الْعَتِيْقِ فِى الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ ذُو الْعَرْشِ الْعَظِيْمُ، وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ الْهَـادِي إِلَى الصِّرَاطِ الْمُسْتَقِيْمِ. وَ الصَّلاَةُ وَ السَّلاَمُ عَلَي النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ – مُحَمَّدٍ – وَ عَلَي آلِهِ وَ صَحْبِهِ الْمُتَمَسِّكِيْنَ بِالدِّيْنِ الْقَوِيْـمِ. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ وَ الْمُسْلِمَاتُ رَحِمَكُمُ اللهِ، أُوْصِي بِنَفْسِي وَ إِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ حَقَّ تُقَاتِهِ لِتَـفُوْزُوْا بِالْجَنَّةِ النَّـعِيْمِ، وَ السَّلاَمَةِ مِنَ الْعَذَابِ اْلأَلِيْـمِ. قَالَ اللهُ تَعَالَي فِي كِتَابِهِ اْلكَرِيْمِ: (إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ (*) فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَ انْحَرْ (*) إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ اْلأَبْتَرُ). اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَ اللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَ ِللهِ الْحَمْدُ. اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَ الْحَمْدُ لـِلَّهِ كَثِيْرًا وَ سُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَ أَصِيْلاً. لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَ نَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ، وَ هَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ. لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَ لَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَ اللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَ ِللهِ الْحَمْدُ.
Jamaah Shalat Idul Adha Rahimakumullah
Marilah kita syukuri dengan sepenuh kesyukuran karena di pagi hari yang mulia ini kita dapat bersama-sama menunaikan ibadah shalat ‘Iedu al Adha. Semoga dijadikan oleh Allah ibadah ini sebagai bagian penting dalam ikhtiar kita mewujudkan ketakwaan kepada Allah dan sebagai ibadah untuk menegaskan ittiba’ kepada Rasulullah Saw. Shalawat serta salam kita panjatkan kepada Nabi Agung Muhammad Saw, kepada keluarganya, shahabatnya dan ummat manusia yang telah dibimbing dan dibelanya. Di tengah kumandang takbir, tahmid, dan tasbih mari kita resapi spirit yang telah difirmankan oleh Allah Swt dalam surat al-Kautsar;
ࣖاِنَّآ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَۗ, فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ ,اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْاَبْتَرُ
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah.Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.” (QS Al-Kautsar (108): 1-3).
Allahu Akbar – Allahu Akbar Walillaahi al-Hamd
Jamaah Shalat Idul Adha Rahimakumullah
Ibadah qurban adalah ibadah yang sangat menekankan kepada penghambaan kepada Allah, ittiba’ kepada suri tauladan Nabiyullah Ibrahim as dan Rasulullah Saw, adalah juga ibadah yang sarat dengan pesan ketauhidan dan kemanusiaan. Ibadah qurban juga menjadi ukuran bagi kaum Muslimin untuk menilai diri kita sendiri apakah telah dapat menjadi ummat yang tulus ikhlas mengabdi kepada Allah Swt. Meskipun dalam kita mewujudkan hewan qurban terasa berat bahkan mungkin ada yang merasa sangat berat karena kondisi ekonomi diantara kita berbeda-beda, namun hendaklah kita menyadari sepenuhnya bahwa hakikatnya yang akan dinilai oleh Allah adalah ketakwaan kita dan meresapnya kisah suri tauladan yang telah diamalkan oleh Nabiyullah Ibrahim as dan Nabiyullah Ismail as, serta Siti Hajar. Dalam kaitan ini Allah Swt telah berfirman:
لَنْ يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْۗ كَذٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ ۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِيْنَ
Artinya: “Daging (hewan qurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu. Demikianlah Dia menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah atas perunjuk yang Dia berikan kepadamu. Dan sampaikan kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS Al-Hajj (22): 37)
Patutlah senantiasa kita sadari bahwa ibadah qurban dapat disarikan sebagai persembahan kepada Allah secara tulus ikhlas, sehingga diperlukan pengorbanan dalam bentuknya yang bermacam-macam dan dalam ibadah ‘ied al-Adha diujudkan dengan menyembelih hewan qurban. Ini adalah ‘ibroh untuk kita bahwa sumber segala nista manusia di muka bumi ini bermula dari hasrat primitif manusia bentuknya adalah kemaksiyatan, keserakahan, merasa paling benar, merasa paling berhak atas sesuatu –yang bahkan sesungguhnya kita sendiri tidak pernah tahu apa hakikat dari sesuatu yang kita miliki itu. Segala macam bentuk kema’siyatan ini kita ibaratkan hewan dan menyembelihnya ibarat membunuh angkara murka. Seorang sufi yang sangat masyhur Jalaluddin Rumi menyebutkan beberapa perilaku ma’siyat sebagai “ibu dari semua berhala”. Jika dirinci antara lain: keangkuhan, keserakahan, kesewenangan, korupsi, kebohongan, kekerasan, kebencian, kemunafikan, dan segala wujud tiran sesungguhnya pantulan dari jiwa angkara manusia yang telah kehilangan penghayatan atas nilai-nilai Ilahiah.
Perlambang menyembelih hewan qurban oleh karena itu dapat kita jadikan fondasi sekaligus spirit agar kita harus terus menerus menyembelih nafsu hewan yang bersemayam dalam diri kita dalam bentuk harta kekayaan, berbentuk jabatan, berbentuk kemegahan fisik dan segala macam bentuk yang dapat menjadi tipu daya terhadap perjalanan hidup kita. Ingatlah ,bahwa qarin, jin jahat yang menemani kita, senantiasa mengintai, menunggu kelengahan dan kelemahan kita.
Allahu Akbar – Allahu Akbar – Walillahi al-Hamd
Jamaah ‘Ied Rahimakumullah, terkait berbagai hal diatas, dalam surat Asy-Sams Allah wt telah berfirman’
قَدْ اَفْلَحَ مَنْ زَكّٰٮهَا وَقَدْ خَا بَ مَنْ دَسّٰٮهَا فَاَ لْهَمَهَا فُجُوْرَهَا وَتَقْوٰٮهَا وَنَفْسٍ وَّمَا سَوّٰٮه
“demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya, maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya, sungguh orang yang menyucikan (jiwa) nya dan sungguh rugi orang yang mengotorinya. (QS. Asy-Syams (91): Ayat 7 – 10)
Menurut firman Allah tersebut, maka mengurangi atau menjauhi berbagai kejahatan di dunia kata kuncinya adalah mengendalikan egoism dan nafsu. Maka para “Ulama menyebutkan bahwa obat dari segala bentuk kema’siyatan itu adalah tindakan terus menerus melakukan tazkiyatun an-nafs (pensucian diri). Kita harus berkaca pada jernih dan beningnya air zam-zam dan putihnya kain ikhram serta tegak dan wibawanya ka’bah sebagai gambaran Muslim yang ikhlas, lapang dada dan kokohnya iman.
Jika hubungan dengan Allah dan manusia sama baiknya insya Allah akan melahirkan harmoni dalam kehidupan. Sumber bencana kehidupan terjadi tatkala hubungan dengan Tuhan (hablun minallah) terputus dengan hubungan sesama insan (hablun minannas), demikian pula sebaliknya. Allah Swt berfirman:
ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ اَيْنَ مَا ثُقِفُوْٓا اِلَّا بِحَبْلٍ مِّنَ اللّٰهِ وَحَبْلٍ مِّنَ النَّاسِ وَبَاۤءُوْ بِغَضَبٍ مِّنَ اللّٰهِ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الْمَسْكَنَةُ ۗ ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ كَانُوْا يَكْفُرُوْنَ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ وَيَقْتُلُوْنَ الْاَنْبِۢيَاۤءَ بِغَيْرِ حَقٍّۗ ذٰلِكَ بِمَا عَصَوْا وَّكَانُوْا يَعْتَدُوْنَ
Artinya: “Mereka diliputi kehinaan di mana pun mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan sesama manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas.” (QS (3) Ali Imran: 112).
Berlandaskan firman Allah ini, dan bersandarkan sejarah perjuangan Nabiyullah Ibrahim as bersama putranya dan istrinya, maka dapat kita kenali adanya dua jenis perjuangan yang harus kita hadapi saat ini dengan bekal iman dan takwa. Pertama, jika Nabiyullah Ibrahim as berjuangan menegakkan ketauhidan, sehingga Nabiyullah Ibrahim dikenal sebagai bapak dari agama Tauhid, dengan ditandai penghancuran berhala-hala secara fisik. Maka saat ini kita menghadapi berhala-berhala kemusyrikan yang berbentuk macam-macam kemusyrikan. Dari penggunaan jimat kekebalan sampai mengkultuskan tokoh-tokoh idola yang seolah-olah tokoh tersebut sebagai manusia suci tanpa dosa. Kedua, jika Nabiyullah Ibrahim as pada masa perjuangannya memberikan perhatian kepada upaya mempersatukan keluarga yang merupakan keluarga penerus kehidupan para nabi, maka saat ini kita menghadapi perjuangan untuk meminimalkan sikap ashobiyah (kelompokisme) yang berlebihan. Allah Swt ;
مِنَ الَّذِيْنَ فَرَّقُوْا دِيْنَهُمْ وَكَا نُوْا شِيَعًا ۗ كُلُّ حِزْبٍ بِۢمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُوْنَ
“yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Setiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” (QS. Ar-Rum (30): Ayat 32).
Disamping itu ada pula berhala lain yakni hukum yang dipahami secara salah dan tentu dilaksaakannya juga secara salah. Allah Swt berfirman dalam surat al-Baqarah: 188;
وَلَا تَأْكُلُوْۤا اَمْوَا لَـكُمْ بَيْنَكُمْ بِا لْبَا طِلِ وَتُدْلُوْا بِهَاۤ اِلَى الْحُـکَّامِ لِتَأْکُلُوْا فَرِيْقًا مِّنْ اَمْوَا لِ النَّا سِ بِا لْاِ ثْمِ وَاَ نْـتُمْ تَعْلَمُوْنَ
“Dan janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah (2): Ayat 188).
Ayat ini secara eksplisit menjadi dasar larangan penguasaan atas harta yang diperoleh dengan mengedepankan hukum tetapi dalam bingkai kebohongan, dosa dan niat baik yang semu. Kita harus hati-hati dalam melakukan sesuatu yang terkait dengan hak-hak kelompok maupun perorangan. Sebab, jika kita terima sesuatu atau kita peroleh sesuatu yang secara hukum dunia seakan-akan benar tetapi secara syar’i salah, maka bukan surga yang kita huni tetapi adab yang akan kita temui. Sebab, niat baik yang semu tentu akan dengan mudah dilihat oleh Allah Dzat Yang Maha Mengetahui. Na’udzubillah min dzaalik.
Memanfaatkan momentum ‘ied al Adha tahun 1445 H ini, marilah kita kokohkan spirit al-Kautsar yakni mensyukuri segala nikmat karunia dari Allah Swt yang amat sangat luasnya, menegakkan shalat dan berqurban dengan terus menerus kita jauhi sikap membenci dan memusuhi sesama manusia apalagi sesama Muslim.
Mengakhiri khutbah ini, marilah kita bermunajah kepada Allah agar semakin kuat iman dan takwa kita kepada-Nya dan semakin kuat ittiba’ kita kepada junjungan kita Agung Muhammad Saw semakin kuat pula silaturahmi kita dengan sesama Muslim dan sesama Manusia.
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ
يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلاَلِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمـُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمـُؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ فيَا قَاضِيَ الحَاجَاتِ.
اللّهُمَّ اِنَّا نَسْأَلُكَ سَلاَمَةً فِى الدِّيْنِ وَعَافِيَةً فِى الْجَسَدِ وَزِيَادَةً فِى الْعِلْمِ وَبَرَكَةً فِى الرِّزْقِ وَتَوْبَةً قَبْلَ الْمَوْتِ وَرَحْمَةً عِنْدَ الْمَوْتِ وَمَغْفِرَةً بَعْدَ الْمَوْتِ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلْوَهَّابُ.
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا.
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَالْمُسلِمِين وَاجْمَعْ كَلِمَةَ الْمُسْلِمِينَ عَلَى الْحَقِّ يَا رَبَّ الْعَلَمِينَ.
اَللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا كَمَا أَلَّفْتَ بَيْنَ الْمُهَاجِرِينَ وَاْلأَنْصَارِ اَللَّهُمَّ رَبَّنَا تَـقَـبَّلْ مِنَّا
اَللّٰهُمَّ إِنَّا نَسْتَعِيْنُكَ وَنَسْتَغْفِرُكَ وَنَسْتَهْدِيْكَ، وَنُؤْمِنُ بِكَ وَنَتَوَكَّلُ عَلَيْكَ، وَنُثْنِيْ عَلَيْكَ الْخَيْرَ كُلَّهُ، نَشْكُرُكَ وَلَا نَكْفُرُكَ، وَنَخْلَعُ وَنَتْرُكُ مَنْ يَفْجُرُكَ. اَللّٰهُمَّ إيَّاكَ نَعْبُدُ وَلَكَ نُصَلِّيْ وَنَسْجُدُ وَإِلَيْكَ نَسْعَى وَنَحْفِدُ نَرْجُوْ رَحْمَتَكَ وَنَخْشَى عَذَابَكَ، إنَّ عَذَابَكَ الْجِدَّ بِالْكُفَّارِ مُلْحِقٌ. اَللّٰهُمَّ ثَبِّتْ إِخْوَانَنَا اْلمُجَاهِدِيْنَ فِي فِلِسْطِيْنَ، خُصُوْصًا فِيْ غَزَّةَ، وَاحْقِنْ دِمَائَهُمْ. اَللّٰهُمَّ عَلَيْكَ بِالْيَهُوْدِ، الصُهْيُوْنِيِّيْنَ الْمَلْعُوْنِيْنَ، وأَنْزِلْ غَضَبَكَ عَلَيْهِمْ. اَللّٰهُمَّ انْصُرْ دِيْنَكَ وكِتَابَكَ وَسُنَّةَ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ