Ketika PCIM-PCIA Malaysia Dinakhodai dengan Cinta
Kuala Lumpur, InfoMu.co – Adalah rahasia umum di tengah warga Persyarikatan bahwasannya, sejak awal, berpasang-pasang suami-istri menghidup-hidupkan dan menakhodai Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah dengan cinta.
Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah di akhir dua dekade pertama, misalnya, didirikan dan dinakhodai oleh Kiai Dahlan dan Nyai Walidah yang bukan agamawan biasa, melainkan juga tokoh pergerakan nasional yang ditabalkan sebagai pahlawan bangsa.
Kelak, kasus yang mirip berulang di 2015, ketika Dr. Haedar Nashir dan Siti Noordjannah Djohantini, M.M., M.Si. masing-masing terpilih untuk menakhodai PPM dan PPA periode 2015-2020.
Selain pasutri-pasutri di atas, masih banyak sekali aktivis Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah yang tak hanya bergiat mengelola rumah tangga, melainkan juga persyarikatan di berbagai tingkat kepemimpinan.
Dalam kasus Muhammadiyah-‘Aisyiyah Malaysia, misalnya, kisah yang sama seakan berulang pada 2015, ketika Assoc. Prof. Sonny Zulhuda, Ph. D. dan Usth. Nita Naysitah, M. Ed. masing-masing terpilih untuk menakhodai PCIM dan PCIA Malaysia hingga 2022.
Memang, PCIM-PCIA Malaysia sungguh istimewa dalam hal ini, sebab pada penghabisan 2022 lagi-lagi satu pasutri terpilih untuk memimpin kedua persyarikatan.
Tentu saja, pasutri yang dimaksud adalah Ust. Muhammad Ali Imran, Lc., M.A., dan Usth. Silmi Fitri, S.S. Kebetulan keduanya merupakan urang Minang yang kelak menjadikan Malaysia sebagai rantaunya.
![](https://infomu.co/wp-content/uploads/2024/01/may-2-277x300.jpg)
Sebagaimana diceritakan oleh Assoc. Prof. Sonny Zulhuda dalam ceramahnya dalam Tabligh Akbar PRIM-PRIA Kepong Ahad 7 Januari 2024, keduanya adalah putra dan putri dari dua orang sahabat yang juga merupakan aktivis Muhammadiyah.
Ali Imran adalah putra dari H. Anhar Burhanuddin, Lc., M.A., yang pada 1995 ditunjuk menjadi Bendahara Umum PPM. Manakala Silmi Fitri adalah putri dari Ust. H. R.B. Khatib Pahlawan Kayo, Ketua PWM Sumatra Barat, 2005-2010.
Pun demikian, jalan hidup sempat memisahkan pasutri ini. Meskipun lahir dan besar di Tanah Minang, Ali Imran memilih untuk melanjutkan pendidikan di Libya, sedangkan Silmi Fitri tetap menimba ilmu di tanah kelahiraannya.
Kemudiannya, selepas kembali ke Tanah Air pun Ali Imran memilih untuk berkhidmat di Lembaga Dakwah Khusus PPM, sedangkan Silmi Fitri aktif berkhidmat di PWA Sumatra Barat.
Memang, kalau namanya sudah berjodoh, pasti akan berjumpa kembali sehingga keduanya pun menikah dan kelak bersama-sama menakhodai PCIM-PCIA Malaysia.
Tambahan pula, rupanya Bpk Masyhur Sugianto dan Ibu Siti Sitatun yang masing-masing baru saja diteguhkan sebagai Ketua PRIM dan PRIA Kepong periode 2023-2025 merupakan pasutri yang berasal dari Jawa.
![](https://infomu.co/wp-content/uploads/2024/01/may-4-300x174.jpg)
Fenomena semacam ini seakan menegaskan bahwasannya Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah memang organisasi suami-istri dengan ortom, seperti Nasyiatul ‘Aisyiyah, Pemuda Muhammadiyah, Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, dan Hizbul Wathan, sebagai putra-putrinya.
Jika dilihat secara utuh tentu semua organisasi itu dapat merepresentasikan suatu keluarga manusia. Dan sememangnyalah para aktivis Persyarikatan idealnya bergerak dan berfungsi bagaikan anggota keluarga yang harus senantiasa bekerja sama, saling akur dan saling sayang, sehingga keluarganya utuh dan berjaya.
Kiprah pasutri-pasutri di atas dalam berbakti kepada Allah, juga kepada keluarga, persyarikatan, dan bangsa, adalah sesuatu yang sangat patut dicontoh oleh generasi berikutnya.
Semogalah ke depannya akan lebih banyak lagi pasutri yang bukan hanya bergiat membina rumah tangganya bersama tetapi juga berjuang untuk Persyarikatan. ( Aditya Pratama MPI PCIM Malaysia)