Yoqyakarta, InfoMU.co – Pemimpin dan amanah itu jangan diperebutkan, melainkan apabila kesempatan itu ada sebaiknya tidak disia-siakan. Bagaimanapun, roh Persyarikatan itu ada pada para kader yang tahu dan paham persis bagaimana menjiwai pelajaran Kiai Dahlan.
Demikianlah pesan yang disampaikan Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Daerah Istimewa Yogyakarta, Muh Ikhwan Ahada saat menjadi pembicara dalam acara Talk Show Refleksi Milad ke-106 Mu’allimin – Mu’allimat Muhammadiyah Yogyakarta, Minggu (22/12) di Aula Kampus Induk Mu’allimin.
Di hadapan lebih dari 150 alumni dari berbagai angkatan, mula-mula Ikhwan membagikan pengalamannya ketika enam tahun menempuh pendidikan di sekolah yang dulunya bernama Kweekschool Muhammadiyah ini.
Menurut Ikhwan, ada identitas yang tidak bisa dipungkiri setelah menjadi alumni Mu’allimin. “Bahwa kita adalah kader Persyarikatan,” ujarnya. Oleh karena itu, perlu adanya sistem untuk mendukung alumni agar bisa maksimal dan optimal ketika berada di lingkungan masyarakat.
Ia mengandaikan alumni Mu’allimin – Mu’allimat sebagai benih yang luar biasa bagus sehingga membutuhkan lahan yang subur untuk bisa menuai hasilnya. Dalam konteks ini perlu adanya diaspora untuk alumni setelah melalui perkaderan selama enam tahun.
Brand sekolah kader Muhammadiyah ini sudah melekat, jelas Ikhwan, “Oleh karenanya, kiranya perlu sistem kita Mu’allimin untuk kembali mencoba mengoneksikan ini.” Ia menilai bahwa setiap alumni minimal harus dikoneksikan dengan Pimpinan Daerah masing-masing ketika lulus, maka Pimpinan Daerah sudah punya dokumen dan klaim terhadap alumni tersebut.
Melalui organisasi otonom di tataran madrasah yakni Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), siswa Mu’allimin – Mu’allimat dapat lebih memperdalam jiwa leadership. Akan tetapi, menurut Ikhwan latihan berorganisasi ini perlu diperkuat lagi, tak cukup hanya sekali.
“Untuk adik-adik kita kelas 1 sampai 3 itu perlu ada kesempatan IPM junior. Kelas 4 sampai 6 ada IPM senior, sehingga dua kali kesempatan ini dilalui oleh adik-adik kita, sehingga lebih matang ketika lulus karena dia melalui dua tahapan pelatihan kepemimpinan secara langsung,” jelas Ikhwan.
“Dua kali kesempatan ini menjadikan jiwa kepemimpinan semakin terasah sehingga menjadi lebih kuat leadership alumni kita,” tegasnya.
Meski demikian, dijelaskan Ikhwan bahwa beberapa dekade terakhir sudah mulai tampak para alumni Mu’allimin – Mu’allimat merangkak di berbagai struktur Persyarikatan mulai level cabang sampai pusat.
Menyambung pesannya tentang mengambil kesempatan menjadi pemimpin, menurut Ikhwan mindset “Hidup biarlah berjalan seperti air mengalir” itu perlu diubah. Tidak boleh hanya berperan ketika dibutuhkan dan hanya mengambil peran-peran kecil di masyarakat.
Terakhir, Ikhwan berpesan kembali pada para hadirin dan siswa dan alumni Mua’allimin – Mu’allimat untuk senantiasa mengembangkan potensi di mana pun, agar selalu menjadi orang nomor satu dan punya kebijakan, atau setidaknya mampu memberikan kepemimpinan. (SM)