Jakarta, InfoMu.co – Pemerintah Indonesia menindaklanjuti minat sejumlah perusahaan asal Korea Selatan untuk berinvestasi di sektor hilir kendaraan listrik, khususnya baterai, di Indonesia.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia dan Menteri BUMN Erick Thohir langsung menyambangi para produsen kendaraan listrik asal negeri ginseng tersebut pada 23-24 September kemarin.
“Untuk mendorong realisasi investasi, kami bersama Menteri BUMN ke Korea Selatan untuk membahas hilirisasi EV (Electric Vehicle) battery,” ujar Bahlil dalam pernyataan resminya.
Pemerintah memang tengah berupaya untuk mendatangkan investasi, khususnya dari para pemodal asing yang diharapkan bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan devisa negara.
Sekedar mengingatkan, pada Juni 2020, perusahaan otomotif Hyundai Motor Group dan perusahaan kimia LG Chem asal Korea Selatan dikabarkan akan mendirikan pabrik penghasil baterai kendaraan listrik EV di Indonesia. Keduanya berencana mendirikan perusahaan patungan.
Bahkan, Ketua Grup LG Koo Kwang-mo disebut sudah sempat mengadakan pertemuan dengan Wakil Ketua Eksekutif Grup Motor Hyundai Euisun Chung untuk membahas kerja sama tersebut. Namun, kabar ini mengendap seiring dengan makin merebaknya kasus positif COVID-19 di tanah air.
Kemungkinan, jemput bola oleh pentolan BKPM dan BUMN ini dalam rangka tindak lanjut rencana investasi kedua kroporasi raksasa tersebut.
“Keberangkatan kami ke Korea Selatan ini karena memang ada minat serius dari beberapa perusahaan Korea. Artinya Indonesia memiliki daya tarik. Dan kita tindaklanjuti itu,” ujar Erick tanpa menyebut identitas calon investor yang dimaksud.
Mengutip data BKPM, sejak tahun 2015, Korea Selatan menjadi negara asal investasi terbesar ke-7 di Indonesia, setelah Singapura, Jepang, Tiongkok, Hongkong, Malaysia, dan Belanda. Korea Selatan membukukan total investasi mencapai US$7,7 miliar dalam periode tersebut.
Investasi mereka meliputi sektor listrik, gas, dan air dengan total nilai US$ 944,3 juta, industri mesin, elektronik, instrumen medis, peralatan listrik, presisi, optik, dan jam tangan senilai US$ 902,5 juta, industri kimia dan farmasi yakni sekitar US$ 749,6 juta), industri barang kulit dan alas kaki US$ 552,0 juta, dan Industri lainnya sebesar US$ 528,7 juta

