Yogyakarta, InfoMu.co – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengungkapkan bahwa sejatinya islam hendaknya menjadi kebudayaan alternatif atau peradaban alternatif.
Haedar menyebutkan terdapat lima ciri Islam berkemajuan, yakni tauhid, kembali kepada Al-Quran dan Sunnah, menghidupkan ijtihad dan tajdid, mengembangkan wasathiyah, dan terakhir menunjukkan sifat rahmatan lil-a’lamin.
Pertama tauhid, Haedar memaparkan bahwa semua golongan Islam bahkan semua umat Islam menjadikan tauhid sebagai dasar i’tikad.
“Jadi tauhid itu keyakinan akan keesaan Allah SWT, dan tugas semua orang islam yakin akan hal itu,” jelas Haedar pada Kamis (18/1) dalam acara Darul Arqom Pimpinan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).
Bagi Muhammadiyah, lanjut Haedar, tauhid memiliki implikasi bagi kehidupan sosial, bagi alam semesta. Juga bagaimana manusia sebagai makhluk yang tunggal itu harus dimuliakan, ditinggikan derajatnya, dicerahkan dengan dakwah penuh cinta agar mereka kembali ke jalan yang benar dan menghindari jalan yang sesat.
“Untuk hal-hal yang ilmiah jadikan tauhid menjadi perilaku sehari-hari. Yakni tauhid yang melahirkan hubungan sosial,” imbuh Haedar.
Kedua yakni kembali kepada Al-Quran dan Sunnah. Dalam pandangan Muhammadiyah kembali pada Al-quran dan Sunnah itu harus dilihat secara meluas. Bagi Islam Berkemajuan, kembali itu tidak semata-mata bermakna tekstual bahwa semua ayat harus dimaknai apa adanya, begitu pula Hadis Nabi.
“Memahami kembali kepada Al-Quran dan Sunnah dalam padangan Islam Berkemajuan meliputi dimensi logika, ilmu pengetahuan dan teknologi yang harus kita libatkan dalam memaknai Alquran dan Sunnah itu,” tegas Haedar.
Ketiga ijtihad, ijtihad yakni mengambil sesuatu yang baru atau mengambil keputusan hukum yang memang secara dalil tidak terkandung di dalam nash. Sesuatu yang baru itu lahir dari pancaran nash dalam mempraktekkan agama.
“Ijtihad itu dibuka oleh gerakan-gerakan pembaharuan termasuk Kiai Dahlan. Kiai Dahlan seperti meluruskan arah kiblat, membuat sekolah modern, dan rumah sakit itu merupakan bagian dari ijtihad,” jelas Haedar.
Keempat mengembangkan wasathiyah, Haedar menjelaskan bahwa wasathiyah atau moderat yakni beragama dengan tengahan kemudian tidak terjebak dengan radikal ekstrim.
“Tengahan itu bukan tidak punya sikap, tetapi mengembangkan pikiran setelah dikaji dan dipahami secara mendalam. Sebagai umat muslim kita perlu toleran, perlu damai dalam hal-hal yang duniawiyah dan sebagainya,” tambah Haedar.
Kelima menunjukkan sifat rahmatan lil-a’lamin, bagi Haedar menyebarkan Islam yang rahmatan lil-a’lamin itu harus diperluas sampai ke mancanegara seperti bagaimana sinar matahari menyinari semesta.
“Jadi islam rahmatan lil-a’lamin itu dimulai dari diri kita, keluarga, tetangga, hingga semesta,” tutup Haedar. (muhammadiyah.or.id)