Haedar Nashir Ingatkan Pentingnya Membangun Peradaban Islam yang Moderat dan Maju
Jakarta, InfoMu.co – Pengkajian Ramadan 1446 Hijriah digelar Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah dengan tema “Pengembangan Wasathiyah Islam Berkemajuan: Tinjauan Teologis, Ideologis, dan Praksis”.
Pengkajian ini diselenggarakan di Auditorium K.H. Ahmad Azhar Basyir, MA., Gedung Cendikia Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) , Kamis, (6/3/2025). Untuk kedua kalinya, UMJ menjadi tuan rumah dalam Pengkajian ini.
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. Dr. Haedar Nashir mengatakan, konsep wasathiyah Islam berkemajuan telah menjadi arus utama pemikiran islam di Indonesia. Salin itu juga menjadi isu penting yang disuarakan dalam berbagai forum internasional.
“Pada tahun 2018 telah lahir Deklarasi Bogor yang menegaskan prinsip wasathiyah, yaitu bersikap moderat (tawasut), adil (i’tidal), toleran (tasamuh), musyawarah (syura), melakukan reformasi untuk kemaslahatan bersama (islah), serta menawarkan inisiatif mulia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara (futuwah),” tuturnya.
Menurut Haedar, salah satu prinsip utama dalam Deklarasi Bogor adalah penerimaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (muwathanah) dan penghargaan terhadap kewarganegaraan.
“Konsep wasathiyah memiliki landasan kuat dalam Al-Qur’an. Seperti yang dijelaskan dalam Surah Al-Baqarah ayat 143 yang menegaskan agar umat Islam tidak berlebihan dalam beragama,” terangnya.
Hal ini seperti penjelasan Imam Al-Qurthubi dalam Al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an. Bahwa makna Ummatan Wasathan menjelaskan istilah wasath berarti adil dan terbaik.
“Umat Islam disebut sebagai umat yang adil dan pilihan karena mereka ditempatkan di posisi tengah, tidak berlebihan seperti umat Nasrani yang mengagungkan nabi mereka secara berlebihan, dan tidak meremehkan seperti umat Yahudi yang menentang nabi mereka,” ujar Haedar.
Oleh sebab itu, menurutnya wasathiyah Islam Berkemajuan bukan sekadar sikap moderat dalam beragama, tetapi juga memberikan solusi yang terbaik dari posisi tengah. “Sejak awal berdirinya, Muhammadiyah telah menerapkan prinsip ini dalam praktik kehidupan bermasyarakat,” tegasnya.
Haidar juga mengatakan, bahwa Muhammadiyah juga menaruh perhatian besar terhadap peran perempuan dalam kehidupan sosial. Melalui Aisyiyah, Muhammadiyah mempelopori pendidikan dan pemberdayaan perempuan, serta mendorong keterlibatan mereka dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Dalam prinsip keorganisasian, Muhammadiyah menekankan pentingnya amal usaha yang berbasis ibadah. Usaha yang dilakukan tidak boleh sekadar berjalan alami, tetapi harus dikelola dengan sistem yang baik agar terus berkembang dan memberikan manfaat bagi umat. Hal ini selaras dengan perintah dalam Surah Ali Imran ayat 104 yang menekankan pentingnya dakwah dan amar ma’ruf nahi munkar,” ungkapnya.
Rangkaian kegiatan Pengkajian Ramadan PP Muhammadiyah 1446 H berlangsung selama tiga hari mulai Kamis hingga Sabtu (6-7/03/2025). Hadir beberapa narasumber yang akan membahas topik-topik seputar Pengembangan Wasathiyah Islam Berkemajuan.
Di antara yang hadir adalah Menteri Koordinator Bidang Pangan RI Dr. (H.C.) H. Zulkifli Hasan, S.E., M.M., Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah RI Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed., Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi RI Prof. Brian Yuliarto, S.T., M.Eng., Ph.D.
Selain itu ada Menteri Kelautan dan Perikanan RI Ir. Sakti Wahyu Trenggono, MM., IPU, dan Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR) BPN RI Nusron Wahid, SS., M.Si., Menteri Kehutanan RI Raja Juli Antoni, Ph.D., Ketua Senat sekaligus Ketua Pimpinan Pusat Aisyiyah Prof. Dr. Masjitoh, M.Ag. (#)