FISIP UM Tapsel Undang Shohibul Anshor Siregar Beri Kuliah Umum
Padangsidimpuan, InfoMu.co – Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan (FISIP UM Tapsel) menyelenggarakan Kuliah Umum dengan tema ‘Konsep-konsep Kenegaraan Dalam Pancasila Di Gali Dari Mana?’. Acara yang di gelar di Aula FISIP UM Tapsel tersebut mengundang seorang tokoh akademis, sosial dan politik Sumatera Utara yang juga merupakan dosen FISIP Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Shohibul Anshor Siregar, M.Si., sebagai pembicaranya.
Wakil Dekan FISIP UM Tapsel Nurhamidah Gajah, M.AP., sebagai penyampai kata sambutan mewakili Dekan Soritua Ritonga, M.AP., mengucapkan terimakasih kepada narasumber yang telah bersedia berbagi ilmunya dan mengatakan bahwa acara Kuliah Umum tersebut sangat penting bagi fakultas terutama untuk keperluan akreditasi. “Selain itu acara ini juga sangat penting bagi kawan-kawan (mahasiswa) untuk menambah wawasan tentang pemahaman pancasila. Dimana akhir-akhir ini sudah ada yang ingin merubah pancasila menjadi Trisila dan Ekasila”, ujarnya.
Lebih jauh Nurhamidah melanjutkan bahwa meskipun wacana untuk merubah Pancasila sudah tidak bergema dan sudah hilang dari berita di televisi maupun media lainnya, namun penguatan terhadap pemahaman Pancasila itu tetap penting, karena mahasiswa adalah generasi penerus bangsa. “Di masa depan, kalian lah yang akan menjadi pemimpin bangsa ini. Makanya dari sekarang perkuat pemahaman tentang Pancasila,agar kalian bisa mengamalkannya dan mempertahankannya”, serunya.
Para peserta yang hadir pada acara kuliah umum tersebut adalah mahasiswa FISIP UM Tapsel, terutama dari Program Studi Administrasi Publik (Prodi. AP) sebanyak 50 orang. Hadir juga mendampingi Wakil Dekan, yaitu Ketua Prodi. AP Safran Efendi Pasaribu, dan dosen FISIP UM Tapsel.
Sementara, dalam memaparkan materinya, Shohibul Anshor Siregar menyinggung hal belakangan menjadi issu yang paling hangat dibicarakan yaitu seringkali Pancasila dipertentangkan dengan masyarakat terutama yang tidak sejalan dengan pemerintah yang sedang berkuasa. “Terutama bagi kaum Islamis yang kritis terhadap pemerintah dengan mengatakan radikal, intoleransi dan sebagainya, padahal istilah-istilah yang ada pada Pancasila semua berasal dari bahasa Arabnya Islam”, jelasnya.
Untuk menyikapi hal-hal semacam itu, lanjut Shohibul, bagi masyarakat harusnya memiliki respon secara strategis sikap-sikap yang tidak bersahabat dengan cara menumbuhkan kesadaran kritis di dalam komunitas mereka dan terlibat dalam dialog dengan orang lain. “Bersihkan stereotip dan kesalahpahaman yang berbahaya tentang Islam dan promosikan pemahaman yang lebih bernuansa tentang agama. Bangun aliansi dengan kelompok-kelompok yang terpinggirkan untuk menantang hegemoni dominan”, paparnya. (arifana)