Medan, InfoMu.co – Usai bertemu dengan jajaran DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) di Jakarta baru-baru ini, bakal calon Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi mengaku sudah menerima dukungan dari PDIP dan Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) untuk mengikuti kompetisi di Pilkada Sumut tahun 2024. Bahkan, Gubsu periode 2018 – 2023 itu, mengaku sudah ditugasi untuk mencari pendampingnya sebagai calon Gubsu.
Ada sejumlah nama yang beredar di publik yang potensial bakal mendampingi Edy nantinya, salah satu diantaranya nama Soetarto.
“Periode lalu Soetarto menggantikan rekan separtainya, yang meninggal dunia, menjadi Ketua DPRD Sumatera Utara, Pemilu 2024 Soetarto terpilih kembali menjadi Anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara periode 2024-2029.
Soetarto pemegang gelar akademik Doktor yang diperoleh dari Program Pasca Sarjana (S3) UINSU,” imbuhnya.
Shohibul mengungkapkan, selama periode kepemimpinan Eramas yang dipimpin Edy Rahmayadi, Soetarto adalah salah seorang di antara anggota DPRD Sumatera Utara yang menjadi penghubung lembaga tempatnya bekerja dengan Edy Rahmayadi.
“Karena itu chemistry-nya akan cukup kuat,” kata dosen FISIP UMSU ini.
“Teruji dalam politik dan beroleh pengakuan kultural yang kuat dari masyarakat meski sedikit di bawah pendahulunya almarhum Abdul Halim Harahap,” sebut Shohibul.
Shohibul juga menyebut nama tokoh akademisi Prof Dr Hasyimsyah Nasution memiliki potensi untuk dipertimbangkan dengan alasan kepiawaian dan kepemimpinan berskala nasional.
“Beliau (Hasyimsyah Nasution) Ketua PW Muhammadiyah Sumatera Utara selama dua periode dan melalui jabatannya itu saya ketahui banyak memberi masukan kpd PP Muhammadiyah untuk dijadikan dasar kebijakan organisasi dalam menghadapi masalah- masalah krusial,” kata Shohibul.
“Ivan Iskandar Batubara bin Maslim Batubara juga cukup ideal untuk dipertimbangkan oleh Edy Rahmayadi,” tambahnya.
Shohibul menjelaskan, figurity tak hanya berurusan dengan popularitas dan elaktabilitas, melainkan juga kadar kenegarawanan yang hari-hari belakangan ini di Indonesia, secara nasional, amat memerlukan konsolidasi berbasis konstitusi.
“Edy Rahmayadi adalah petahana yang kelak diharapkan mewariskan legacy yang baik untuk kepemimpinan berikut (kontinuitas) dan juga menyumbang bagi sistim pemerintahan nasional. Ingat Sumatera Utara itu besar dan perannya bagi Indonsia sangat penting,” ujarnya.
Kemudian networking adalah faktor khas yang langsung terhubung dengan potensi elektabilitas. Pilkada ini dicemaskan mengikuti praktik buruk pemilu. Karena itu, kata Shohibul, kekuatan partai sangat diharapkan dengan mesin elektoralnya.
“Civil Society yang lazimnya ihlas beramal sangat mengandalkan kelompok-kelompok yang tergabung dalam organisasi sosial kemasyarakatan seperti Al-Washliyah dan Muhammadiyah. Organisasi ini memiliki tak hanya span of control yang kuat hingga ke grass-root, tetapi juga memiliki hubungan bathiniyah yang tak terbandingkan dengan nilai material,” jelasnya.
Terakhir, budgetting terkait dengan operasional pemenangan. Orang bisa digerakkan dengan ide dan perintah, namun jika tanpa sumberdaya material pasti tersendat.
“Semua figur yang saya sebutkan memiliki keunggulan dan kelemahan dalam ketiga faktor itu (figurity, networking dan budgetting). Mudah-mudahan Edy Rahmayadi benar-benar mempertimbangkan menyeluruh untuk tujuan ini,” kata Shohibul.
“Karena itu amat penting bagi Edy Rahmayadi untuk menelisik kriteria calon wakil sebaik-baiknya. Lakukan dengan hati-hati dan jangan lupa shalat istiharah,” pungkasnya. (tajdid)