Jakarta, InfoMu.co – Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia Daeng M. Faqih mengatakan bahwa diaera menjadi salah satu penyakit penyerta alias komorbid pada anak-anak yang terinfeksi virus corona (Covid-19) di Indonesia.
Tak hanya itu, Daeng menyebut angka kematian anak yang terpapar Covid-19 di Indonesia menduduki peringkat pertama di Asia Tenggara atau ASEAN, bahkan melebihi kasus kematian anak di China dan Amerika Serikat.
“Kejadian pneumonia masih banyak yang menjadi komorbid, kemudian demam berdarah masih banyak. Yang berhubungan dengan gizi, ternyata gangguan gizi dan diare itu juga jadi komorbid anak kita di Indonesia,” kata Daeng dalam acara daring pada Jumat (26/3). Daeng lantas menjelaskan, temuan komorbid Covid-19 pada anak itu perlu menjadi perhatian orang tua sekaligus pemerintah. Sebab, meskipun kelompok anak memiliki daya imunitas yang bagus dalam melawan virus corona.
Namun tetap saja pemenuhan gizi dan nutrisi, menurut Daeng menjadi poin utama dalam mencegah anak tertular virus corona. Energi yang dimiliki tubuh anak diharapkan akan fokus pada pembentukan antibodi Covid-19. Tanpa nutrisi yang cukup, maka tubuh akan kekurangan energi dan antibodi tak akan terbentuk optimal.
“Kalau di Indonesia, komorbid pada anak ini ada kekhasan dibandingkan dengan negara lain, makanya anak di Indonesia banyak kasus meninggalnya,” imbuhnya.
Daeng lantas menjelaskan, pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak didapatkan dari nutrisi makro atau mikronutrien seperti karbohidrat, lemak, dan protein. Selain itu, ia menyebut zat gizi mikro seperti vitamin C, A, D3, E, penting terserap baik oleh anak
Selanjutnya, Daeng juga mewanti-wanti orang tua untuk menyuplai kebutuhan vitamin dan mineral termasuk dalam zat gizi mikro yang hanya dibutuhkan tubuh dalam jumlah sedikit, namun sangat dibutuhkan.
Sebab, kekurangan zat gizi mikro menurutnya bisa berakibat pada keterlambatan pembentukan hormon, dan menghambat pembentukan sistem imun.
“Intinya adalah anak mengonsumsi makanan bergizi seimbang, supaya tetap sehat, sambil menunggu vaksinasi Covid-19 pada anak,” kata Daeng.
Rencana vaksinasi pada anak sendiri menyusul kebijakan teranyar dari perusahaan asal China, Sinovac, yang mengklaim vaksin covid-19 buatannya aman digunakan untuk anak usia 3 tahun hingga 17 tahun.
Namun demikian, Kementerian Kesehatan masih menunggu kajian lengkap dan rekomendasi dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (ITAGI) perihal vaksinasi covid-19 terhadap anak itu.
Merespons wacana itu, Juru bicara vaksinasi Covid-19 dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Lucia Rizka Andalusia membuka opsi untuk melakukan uji klinis penggunaan vaksin kepada batita atau bayi di bawah usia tiga tahun.
Kendati demikian, Rizka mengingatkan bahwa uji klinis penggunaan vaksin pada anak baru bisa dilakukan setelah uji klinis vaksin untuk orang dewasa menunjukkan hasil efikasi yang baik. (cnn )