Jakata, infoMu.co – Para ilmuwan meyakini, bangunan spektakuler Piramida Mesir disiapkan tempat untuk makam para raja kuno penguasa mesir. Dalam Islam, raja-raja kuno itu disebut dengan Firaun.
Saat meninggal, jasad Firaun diawetkan dengan teknik tertentu yang di kemudian hari dikenal dengan mumi. Jasad Firaun kemudian ditempatkan bersama dengan harta kekayaannya.
Maka, pada awal riset piramida, kebanyakan yang dicari adalah harta karun. Misalnya, penemuan jasad Raja Tutankhamun yang ditemukan utuh dan lengkap, meski sudah beribu-ribu tahun tersimpan di dalam bangunan.
Para ilmuwan barat lantas sepakat bahwa tujuan pendirian piramida adalah untuk makam raja.
Padahal, jauh hari sebelum riset dilakukan,
Al-Qur’an telah menyebut tujuan Firaun membangun piramida. Hal ini termaktub dalam Al-Qur’an surat al-Qashash (28) ayat 38 bisa merinci bagaimana piramida dibangun dan tujuannya.
Belakangan, ilmuwan menemukan fakta bahwa piramida dibuat dari tanah liat sebagaimana disebut dalam surah tersebut terbukti kebenarannya.
Al-Qur’an menyebut, tujuan utama pembangunan piramida bukanlah sebagai makam. Hal ini terjelaskan dalam surah al-Qashash (28) ayat 38:
وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ مَا عَلِمْتُ لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرِي فَأَوْقِدْ لِي يَا هَامَانُ عَلَى الطِّينِ فَاجْعَلْ لِي صَرْحًا لَعَلِّي أَطَّلِعُ إِلَى إِلَهِ مُوسَى وَإِنِّي لَأَظُنُّهُ مِنَ الْكَاذِبِينَ
“Dan berkata Fir’aun: ‘Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah Hai Haman untukku tanah liat kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa Dia dari orang-orang pendusta,” (QS. Al-Qashash’ 28:38).
Dalam ayat ini disebutkan, tujuan Firaun membuat sebuah bangunan tinggi dari tanah liat tersebut adalah untuk melihat Tuhan Nabi Musa ke langit. Ia ingin membuktikan, benarkah di atas sana ada Tuhannya Nabi Musa atau tidak.
Bisa jadi, fungsi lain piramida, sebagaimana ditemukan di masa modern sebagai makam raja benar adanya. Namun, piramida ini semasa Firaun hidup pun sudah digunakan.
Gambaran ini juga linier dengan fakta bahwa Firaun adalah sosok sombong dan bahkan mengaku sebagai tuhan, yang kemampuannya setara dengan Tuhannya Nabi Musa AS.
Lantas, bagaimana piramida dibuat?
Mengutip Islampos.com, artikel kajian yang diterbitkan oleh majalah “Journal of the American Ceramic Society” menegaskan bahwa Firaun menggunakan tanah jenis slurry untuk membina monumen yang tinggi, termasuk Piramid.
Karena tidak mungkin bagi seseorang untuk mengangkat batu berat ribuan kilogram keatas pucak bangunan. Sebaliknya pada dasar Piramid, Firaun menggunakan batu asli atau alam.
Profesor Davidovits telah mengambil sampel batu Piramid yang terbesar untuk dilakukan analisis dengan menggunakan mikroskop elektron terhadap batu tersebut. Hasilnya, Davidovits menegaskan bahwa batu itu dibuat dari lumpur.
Selama ini, tanpa penggunaan mikroskop elektron, ahli geologi belum mampu untuk membedakan antara batu alam dengan batu buatan manusia.
Menurutnya lumpur tersebut merupakan campuran lumpur kapur yang dipanaskan dengan air garam dan ini akan menghasilkan terbentuknya campuran tanah liat. Kemudian olahan itu dituangkan ke dalam tempat yang disediakan di dinding Piramid. Ringkasnya lumpur yang sudah diaduk menurut ukuran yang dikehendaki tersebut dibakar, lalu diletakkan di tempat yang sudah disediakan di dinding Piramid.
Akhirnya, misteri pembangunan Piramid pun terpecahkan dikalangan para ilmuan dan peneliti setelah bertahun-tahun lamanya melakukan riset yang mendalam.