• Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
Infomu
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
No Result
View All Result
Infomu
No Result
View All Result
Agama Membuka Ruang Bagi Pengembangan Seni dan Budaya

Agama Membuka Ruang Bagi Pengembangan Seni dan Budaya

Syaiful Hadi by Syaiful Hadi
18 Maret 2024
in Seni dan Budaya
0

Yogyakarta, InfoMu.co – Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Syamsul Anwar mengatakan bahwa Agama terstruktur dalam tiga unsur utama: inti (substansi), bentuk (norma-norma syariah), dan manifestasi dalam wujud amal salih. Ia menambahkan bahwa manifestasi pengalaman agama dalam amal salih dapat dibedakan dalam tiga cakupan: intelektual, aksional, dan ekspresional.

“Manifestasi pengalaman agama dalam wujud amal salih itu dari segi cakupannya dapat dibedakan menjadi: manifestasi intelektual, manifestasi aksional, dan manifestasi ekspresional,” tutur Syamsul dalam Pengajian Ramadan 1445 H di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada Jumat (15/03).

Manifestasi intelektual meliputi tindakan berpikir yang menghasilkan karya-karya seperti fikih, tafsir, hadis, kalam, dan filsafat yang memberikan pemahaman mendalam terhadap ajaran agama. Sementara itu, manifestasi aksional melibatkan tindakan perilaku baik baik secara individu maupun kolektif, seperti salat, membentuk komunitas, atau memulai gerakan sosial yang didasarkan pada nilai-nilai agama. Di sisi lain, manifestasi ekspresional mencakup tindakan ekspresi seperti seni dan budaya yang dipengaruhi oleh nilai-nilai agama.

Dari segi bentuk, kata Syamsul, manifestasi pengalaman agama dapat dibagi menjadi dua: terpolakan secara ketat dan tidak terpolakan secara ketat.

Manifestasi yang terpolakan secara ketat mengacu pada ibadah mahdah, di mana tata cara pelaksanaannya sudah diatur dengan jelas dalam teks Al-Quran dan Hadis. Sebagai contoh, salat memiliki aturan yang ketat sehingga pelaksanaannya harus sesuai dengan petunjuk yang telah ditetapkan. Meskipun demikian, aspek kebudayaan juga dapat memengaruhi pelaksanaannya, seperti penggunaan kopiah dalam salat.

Di sisi lain, manifestasi yang tidak terpolakan secara ketat mencakup aspek muamalah yang sebagian besar belum diatur atau masih dapat diubah sesuai dengan kebutuhan dinamis masyarakat. Sebagai contoh, ketika seorang Kiai mengajarkan Al-Quran pada murid-muridnya dengan cara duduk melingkar, hal ini merupakan manifestasi pengalaman agama yang tidak terpolakan secara ketat karena tidak ada tuntunan syariat yang detail terkait pengajaran.

Berdasarkan penjelasan di atas, agama membuka ruang yang luas bagi ekspresi seni dan budaya. Meskipun terdapat aspek-aspek yang diatur secara ketat, agama tidaklah statis dan kaku dalam menghadapi dinamika budaya. Sebaliknya, agama secara inheren memungkinkan perubahan dan adaptasi yang mengakomodasi perkembangan budaya manusia.

Dengan demikian, Syamsul menegaskan bahwa agama bukanlah penghalang bagi perkembangan seni dan budaya, melainkan menjadi sumber inspirasi dan landasan moral yang memperkaya dan memberi makna pada ekspresi manusia dalam berbagai aspek kehidupan. (muhammadiyah.or.id)

Bagikan ini:

  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
  • Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
  • Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
  • Klik untuk mengirimkan email tautan ke teman(Membuka di jendela yang baru) Surat elektronik
  • Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
  • Klik untuk mencetak(Membuka di jendela yang baru) Cetak
Tags: seni dan budaya
Previous Post

Kyai Dahlan dan Ikhtiar Memperbanyak Bid’ah Sosial

Next Post

Ranting dan Masjid Adalah ‘The Real Muhammadiyah’

Next Post
Ranting dan Masjid Adalah ‘The Real Muhammadiyah’

Ranting dan Masjid Adalah 'The Real Muhammadiyah'

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • Beranda
  • Kabar
  • Literasi
  • Kolom
  • Kesehatan
  • Muktamar
  • Pendidikan
  • Redaksi
Call us: +1 234 JEG THEME

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.