• Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
Infomu
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
No Result
View All Result
Infomu
No Result
View All Result
Memahami Pendekatan Bayani dalam Manhaj Tarjih

Memahami Pendekatan Bayani dalam Manhaj Tarjih

Syaiful Hadi by Syaiful Hadi
21 Januari 2022
in Tarjih
86

Yogyakarta, InfoMu.co – Salah satu empat unsur yang membentuk Manhaj Tarjih ialah trilogi pendekatan bayani, burhani dan irfani. Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Ghoffar Ismail dalam kajian di Masjid KH. Ahmad Dahlan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada Rabu (19/01) menerangkan tentang pendekatan bayani dalam mekanisme hukum Islam.

“Pendekatan bayani adalah pendekatan teks atau pemikiran tekstual, teks yang dimaksud adalah AL Quran, karena jelas sebagai sumber utama, kemudian Sunah Al Makbulah. Karenanya, pendekatan ini disebut pendekatan yang jelas,” terang Ghoffar.

Ghoffar mengungkapkan dua prinsip penting dalam mekanisme pendekatan bayani, yaitu: prinsip serba mungkin (mabdau al-tajwiz) dan Kedua, prinsip diskontinuitas (mabdau al-infishal). Konsekeunsinya, prinsip ini meminimalisir peran kausalitas, atau bahkan dalam beberapa kasus dapat mengingkari hukum sebab akibat.

Misalnya, Imam Syatibi, juris Maliki, pernah mengatakan bahwa sebab itu tidak menimbulkan akibat dengan sendirinya, akan tetapi akibat itu terjadi secara bersamaan dengan sebab, karena sesungguhnya akibat itu merupakan perbuatan Allah dan merupakan ketentuan Allah.

“Teori bayani ini adalah teori yang tidak sesuai dengan prinsip sebab akibat. Jadi, akibat itu tidak terjadi karena sebab, tetapi terjadi bersamaan dengan sebab. Misalnya: orang mati tertabrak kereta, bukan kereta yang membuatnya mati tetapi Allah,” contoh dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini.

Terjadinya segala sesuatu itu hanya karena kekuasan dan kehendak Sang Maha Pencipta yaitu Allah Swt. Ghoffar mengatakan Keharaman konsumsi babi dan kewajiban melaksanakan salat lima waktu merupakan dua contoh yang menunjukkan bahwa prinsip bayani itu jelas sehingga tidak perlu mencari-cari dalil atau argumentasi penyanggahnya.

Ghoffar juga turut menegaskan bahwa ketika melakukan ijtihad dengan pendekatan bayani, maka harus memanfaatkan kolektivitas dalil (teks) dari berbagai bentuknya (istiqra’ al-ma’nawi) baik yang terkait dengan nash secara langsung (manqulah) atau tidak langsung (ghairu manqulah). Kolektivitas antar dalil ini akan melahirkan satu pemahaman yang utuh tentang makna hakiki dari syari’at dan tujuannya ketika syari’at tersebut diberlakukan.

“Ketika kita melakukan ijtihad dengan pendekatan bayani, maka seluruh teks harus didudukkan secara bersama-sama. Tidak bisa hanya dilakukan dengan satu teks lalu memutuskan persoalan atau menentukan hukum. Misalnya, mengumpulkan semua dalil tentang salat,” tegas Ghoffar. (muhammadiyah.id)

Bagikan ini:

  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
  • Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
  • Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
  • Klik untuk mengirimkan email tautan ke teman(Membuka di jendela yang baru) Surat elektronik
  • Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
  • Klik untuk mencetak(Membuka di jendela yang baru) Cetak
Tags: bayanimanhaj tarjih
Previous Post

Guru Besar FKM Unhas Ungkap Madu sebagai Vaksin Kanker Alami

Next Post

Haedar Nashir: Enam Kekuatan Amal Usaha Muhammadiyah

Next Post
Haedar Nashir: Enam Kekuatan Amal Usaha Muhammadiyah

Haedar Nashir: Enam Kekuatan Amal Usaha Muhammadiyah

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • Beranda
  • Kabar
  • Literasi
  • Kolom
  • Kesehatan
  • Muktamar
  • Pendidikan
  • Redaksi
Call us: +1 234 JEG THEME

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.