• Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
Infomu
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
No Result
View All Result
Infomu
No Result
View All Result
Amarizal MPd

Amrizal MPd

Untuk Apa Bermuhammadiyah?

Syaiful Hadi by Syaiful Hadi
4 November 2025
in Opini
0

Untuk Apa Bermuhammadiyah?

Jalan Pencerahan dan Keabadian Amal

 (Tulisan ke-28 dari Beberapa Tulisan Kaderisasi)

Oleh: Amrizal, S.Si., M.Pd – Wakil Ketua MPKSDI PWM Sumatera Utara / Dosen Universitas Negeri Medan

 

Lebih dari satu abad sudah Sang Surya memancarkan sinarnya di bumi Nusantara. Dalam rentang waktu yang panjang itu, sering kali kita mendengar—bahkan mungkin turut melafalkan—sebuah pertanyaan yang sederhana namun sarat makna filosofis: “Untuk apa bermuhammadiyah?”

Bagi mereka yang pernah merasakan semangat berproses di IPM, berdialektika di IMM, mengasah diri di Pemuda Muhammadiyah, hingga kini turut berkhidmat dalam struktur Ranting, Cabang, Daerah, atau Wilayah, pertanyaan tersebut bukanlah retorika kosong. Ia merupakan cermin yang setiap hari memantulkan kembali niat dan amal kita dalam berorganisasi.

Muhammadiyah bukan sekadar deretan gedung sekolah, rumah sakit, atau universitas yang menjulang megah. Ia adalah jejak perjuangan Kiai Ahmad Dahlan—seorang pembaharu yang tidak sanggup berdiam diri menyaksikan kesenjangan antara nilai ideal Al-Qur’an dan realitas umat yang terpuruk dalam kebodohan, kemiskinan, dan takhayul. Maka, pertanyaan “Untuk apa bermuhammadiyah?” sesungguhnya melampaui batas keanggotaan formal. Jawabannya hidup dalam tiga ruang utama: Panggilan Jiwa, Gerak Abadi, dan Estafet Peradaban.

  1. Panggilan Jiwa: Dari Individu yang Tercerahkan Menuju Umat Terbaik

Saya masih ingat ketika pertama kali mengikuti kegiatan ortom Muhammadiyah. Saat itu, rasanya seperti menemukan peta yang lama hilang—peta yang menuntun pada kesadaran bahwa Islam bukan sekadar ibadah ritual, melainkan gerakan sosial yang menuntut tanggung jawab kemanusiaan.

Bermuhammadiyah berarti menjawab panggilan batin—menegakkan tauhid yang pro terhadap kemanusiaan.

Hakikatnya, kita bermuhammadiyah untuk mewujudkan Islam yang sebenar-benarnya. Misi ini mencakup dua hal: pemurnian akidah dari segala bentuk kemusyrikan dan pencerahan (tajdid) agar Islam tetap relevan, progresif, dan solutif terhadap persoalan zaman.

Kita tidak ingin menjadi Muslim yang hanya saleh secara ritual tetapi abai terhadap yatim piatu, fakir miskin, dan keadilan sosial—sebagaimana kritik tajam yang terkandung dalam Surat Al-Ma’un. Bermuhammadiyah berarti menghadirkan tauhid yang tidak berhenti pada pengakuan, tetapi mewujud dalam tindakan nyata yang membebaskan manusia dari kegelapan: kebodohan, kemiskinan, dan kezaliman.

Inilah wujud nyata Khairu Ummah—umat terbaik—yang bukan hanya menyeru pada kebaikan, tetapi juga membangunnya dengan kerja dan pengabdian.

  1. Gerak Abadi: Investasi Amal yang Tak Pernah Putus

Muhammadiyah mengajarkan etos kerja yang tulus, senyap, dan ikhlas. Nilai itu tertanam kuat di setiap lapisan gerakan: dari pengurus Ranting yang mengurus administrasi sederhana, Cabang yang mengorganisir kegiatan sosial, hingga Wilayah yang merumuskan kebijakan strategis.

Bermuhammadiyah berarti menanam pohon amal jariyah—menjalankan etos kerja dengan keikhlasan.

Lihatlah Amal Usaha Muhammadiyah (AUM): sekolah, kampus, rumah sakit, panti asuhan—semuanya berdiri berkat cucuran keringat dan ketulusan para pejuang yang mungkin tak dikenal namanya. AUM bukanlah proyek bisnis; ia merupakan investasi akhirat yang dikelola dengan semangat profesional.

Di Muhammadiyah, keikhlasan bukan berarti pasif atau menyerah pada keadaan. Ikhlas berarti beramal maksimal tanpa mengharap pujian manusia. Kita bekerja keras bukan demi nama, jabatan, atau keuntungan pribadi, melainkan agar dakwah Islam tetap tegak lintas generasi.

Setiap anak yang cerdas di sekolah AUM, setiap pasien yang disembuhkan di rumah sakit AUM, adalah saksi hidup sekaligus pahala abadi bagi para kader yang berjuang. Inilah gerak amal yang tak pernah terhenti oleh pergantian masa jabatan, karena ia berakar pada ideologi, bukan pada kepentingan pribadi.

  • Estafet Peradaban: Membangun Masa Depan yang Berkeadaban

Pengalaman berproses di ortom Muhammadiyah menyadarkan kita bahwa setiap kader adalah mata rantai dalam estafet perjuangan. Dahulu kita dididik, kini giliran kita mendidik generasi berikutnya.

Bermuhammadiyah berarti menjadi jembatan ilmu dan peradaban—mengusung semangat tajdid dan keilmuan.

Dari IPM yang menumbuhkan nalar kritis pelajar, IMM yang membentuk intelektual profetik, hingga Pemuda Muhammadiyah yang menyiapkan pemimpin bangsa, seluruh proses itu adalah bagian dari upaya pembaruan berkelanjutan.

Kita bermuhammadiyah untuk memastikan bahwa generasi penerus tidak hanya mewarisi bangunan fisik, tetapi juga semangat berkemajuan—semangat yang memadukan iman, ilmu, dan teknologi. Kita dipanggil untuk menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim, krisis moral, dan disrupsi digital dengan berpijak pada nilai Islam yang kokoh dan berpandangan moderat.

Kita mewarisi tradisi intelektual profetik Kiai Ahmad Dahlan—yang gemar mengaji hingga ke pelosok sekaligus terbuka terhadap kemajuan modern demi kemaslahatan umat.

Ajakan untuk Menjadi Bagian dari Kisah Abadi

Bagi para pimpinan, kader, anggota Muhammadiyah, dan seluruh masyarakat, pertanyaan “Untuk apa bermuhammadiyah?” sejatinya adalah ajakan untuk menjadi bagian dari kisah besar perjuangan.

Ini adalah kisah tentang mereka yang memilih untuk tidak sekadar beragama, tetapi mengamalkan ajaran agama secara nyata. Kisah tentang komitmen membangun peradaban, menjalin ukhuwah tanpa sekat perbedaan, dan menyalakan lentera pencerahan di tengah gelapnya zaman.

Mari jadikan Muhammadiyah bukan hanya sebagai identitas, tetapi sebagai jalan hidup untuk mengabdi, berjuang, dan berbagi. Jika Anda mencari wadah untuk menanam amal jariyah yang terorganisir, tempat menumbuhkan iman yang membebaskan, serta ruang untuk berkontribusi bagi bangsa dan dunia, maka jawabannya telah jelas:

Bermuhammadiyah adalah jalan pencerahan yang berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah demi terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

Mari bersama-sama kita lanjutkan jejak perjuangan mulia ini.

Wallahu a’lam bish-shawab.

Bagikan ini:

  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
  • Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
  • Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
  • Klik untuk mengirimkan email tautan ke teman(Membuka di jendela yang baru) Surat elektronik
  • Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
  • Klik untuk mencetak(Membuka di jendela yang baru) Cetak
Tags: amrizalbermuhammadiyahKaderisasi
Previous Post

Kedaulatan Negara Tumbang di Ruang Digital

Next Post

10 Negara dengan Kuota Haji 2025 Tertinggi di Dunia, Indonesia Nomor 1

Next Post
MBS Setuju, Kampung Haji Indonesia Berjarak 400 Meter dari Masjidil Haram

10 Negara dengan Kuota Haji 2025 Tertinggi di Dunia, Indonesia Nomor 1

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • Beranda
  • Kabar
  • Literasi
  • Kolom
  • Kesehatan
  • Muktamar
  • Pendidikan
  • Redaksi
Call us: +1 234 JEG THEME

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.