• Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
Infomu
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
No Result
View All Result
Infomu
No Result
View All Result
Ulugh Bek (w. 853 H/1449 M) : Raja dan Astronom dari Samarkand

Ulugh Bek (w. 853 H/1449 M) : Raja dan Astronom dari Samarkand

Syaiful Hadi by Syaiful Hadi
31 Agustus 2025
in Literasi
0

Ulugh Bek (w. 853 H/1449 M) : Raja dan Astronom dari Samarkand 

Oleh : Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar – Dosen FAI UMSU dan Kepala OIF UMSU

 

Ulugh Bek (w. 853 H/1449 M) adalah ilmuwan Muslim yang menguasai matematika dan astronomi, dia juga pernah menjabat Kepala Observatorium Samarkand. Salah satu karyanya di bidang astronomi adalah “Zij Ulugh Bek” (Tabel Ulugh Bek) atau dikenal juga dengan “Zij al-Sulthany” (Tabel Raja). Karya ini mempengaruhi secara signifikan pemikiran dan perkembangan astronomi di dunia Islam dan termasuk di alam melayu-nusantara. Secara
akurasi dan konten data-data astronomis dalam zij ini terbilang akurat dan masih layak digunakan. Selain zij dan observatorium, sumbangan Ulugh Bek lainnya adalah madrasah.

Nama asli Ulugh Bek adalah Muhammad bin Syah Rukh bin al-Amir Taimur, namun ia lebih dikenal dengan “Ulugh Bek”. Ia hidup di abad ke-9 H/15 M (lahir di Iran tahun 796 H/1394 M) dan dia hidup dalam lingkungan istana. Ayahnya adalah seorang hakim, dia juga adalah cucu Timur Lenk, sang penakluk Asia. Saat usia 20 tahun, Ulugh Bek telah diamanahi menjadi raja di Samarkand, Uzbekistan. Ulugh Bek berjasa membangun kota Samarkand menjadi sebuah pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Dia juga memiliki etos yang tinggi dalam memajukan ilmu pengetahuan. Jamal Quthb (2017) dalam artikelnya yang berjudul “al-Mujaddidun fi al-Islam” (Para Pembaru dalam Islam) menetapkan Ulugh Bek sebagai
salah satu pembaru (mujaddid) di dunia Islam abad ke-9 H/15 M.

Abad ke-8-9 H/14-15 M, Samarkand menjelma menjadi pusat peradaban Islam menggantikan Bagdad pasca penaklukkan Mongolia. Salah satu indikasi kemajuan Samarkand adalah pembangunan madrasah yang setara universitas. Di masa Ulugh Bek, tepatnya di era Dinasti Timuriah, ada puluhan madrasah yang tumbuh dan berkembang. “Madrasah Ulugh Bek” (dibangun tahun 1417 M dan selesai tahun 1420 M) yang dibangun
sendiri oleh Ulugh Bek dan tim adalah salah satu madrasah yang memainkan peranan penting di Samarkand. Motivasi pembangunan madrasah ini diantaranya dilatari oleh motif pendidikan dan politik secara sekaligus. Keunikan dan kelebihan madrasah ini adalah pada kurikulum dan sistem pengajarannya dimana materi sains matematika dan astronomi menjadi materi ajar utama dan sekaligus menjadi distingsi madrasah.

Madrasah Ulugh Bek bertahan sampai 32 tahun (mulai 1417 M sampai 1449 M). Dimana dalam periode 32 tahun ini pula muncul inisiasi mendirikan observatorium, yang kini dikenal dengan “Observatorium Samarkand” sebagai pendukung madrasah. Observatorium ini tidak lain sebagai tempat praktikum dan observasi benda-benda langit. Adanya observatorium ini juga menjadi sarana untuk mengaplikasikan riset-riset teoretis di madrasah,
yang pada akhirnya melahirkan zij-zij astronomi. Sistem pendidikan yang sedemikian ini pada akhirnya merupakan bentuk integrasi dan interkoneksi antara madrasah sebagai ranah teoretis dan observatorium sebagai tempat aplikasi praktis. Ulugh Bek sendiri adalah salah satu staf pengajar madrasah dan dia berperan secara langsung mengelola madrasah. Dalam perkembangannya, madrasah ini terus berkembang khususnya di Samarkand dan menyebar ke berbagai wilayah. Oleh karena itu pula kala itu madrasah ini menjelma sebagai salah satu pusat pendidikan sains terbaik kala itu. Tepat tahun 1420 M, seiring operasional madrasah, Ulugh Bek membangun sebuah observatorium di Samarkand yang dipersiapi sejumlah peralatan astronomi. Tujuan pembangunan observatorium ini tidak lain adalah guna mengobservasi benda-benda langit.

Keunggulan observatorium ini terletak pada kreativitas dan konstruksi instrumen-instrumen astronominya seperti Rubu Lingkaran (rub’ ad-da’irah) yang digunakan untuk menentukan ketinggian sebuah titik. Observatorium ini konon sangat megah dan beberapa bagiannya masih dapat disaksikan hingga kini. Observatorium ini sekaligus menjadi kebanggaan masyarakat Samarkand selama ratusan tahun.

Kevin Krisciunas dalam artikelnya yang berjudul “The Legacy of Ulugh Beg” mengungkapkan bahwa Observatorium Samarkand adalah diantara bangunan termegah yang pernah dibangun oleh para sarjana Muslim. Konstruksi bangunan observatorium ini berupa kubah melingkar dan menjulang tinggi yang dihiasi dengan inkripsi yang menggambarkan aneka benda langit. Konstruksi lengkungan ini pada akhirnya menjadi keistimewaan tersendiri observatorium ini. Arsitektur bangunannya juga sangat teratur, rinci, dan penuh inovasi. Dengan demikian banyak orang yang datang berkunjung ke observatorium ini dari berbagai wilayah dan negeri. Bahkan, dalam konteks waktu itu bangunan observatorium ini
terhitung sebagai salah satu keajaiban dunia.

Adapun di observatorium ini bekerja astronom-astronom berpengalaman seperti Ghiyātsuddin al-Kasyani, Qadhi Zadah ar-Rumi, dan Ali al-Qusyji. Mereka ini adalah periset-periset langit yang secara rutin melakukan pengamatan benda-benda langit dan menelaahnya di madrasah. Motivasi lain pendirian observatorium ini adalah koreksi atas beberapa data astronomis yang dihasilkan oleh astronom-astronom Yunani khususnya oleh
Ptolemeus. Ulugh Bek memandang sejumlah perhitungan terhadap berbagai fenomena sebagaimana ditetapkan Ptolemeus terdapat kesalahan dan ketidak sesuaian. Untuk alasan ini pula Ulugh Bek terinspirasi menulis dan menyusun zijnya.

“Zij Ulugh Bek” atau “Zij al-Sulthany” berisi empat pembahasan. Pertama, tentang hisab (perhitungan) berbagai fenomena dan penananggalan (fi hisab at-tauqi’at ‘ala ikhtilafiha wa at-tawarikh az-zamaniyyah), di dalamnya terdiri dari satu mukadimah dan 5 bab. Kedua, tentang waktu-waktu dan matlak setiap saat, terdiri dari 22 bab. Ketiga, tentang peredaran planet-planet dan posisinya, terdiri dari 13 bab. Keempat, tentang tempat-tempat
bintang ‘diam’ (fi mawaqi’ an-nujum ats-tsabitah). Secara umum zij ini memuat rincian posisi bintang-bintang dan planet-planet di langit dalam satuan derajat, menit, dan detik.

Demikian lagi terdapat data perhitungan gerhana, perhitungan bintang-bintang ‘pengembara’ (sayyarāt), bintang-bintang ‘tetap’ (tsawābit), hisab gerak Matahari dan Bulan, data penjelasan lintang dan bujur berbagai daerah, dan lain-lain. Zij ini sendiri disusun berd asarkan observasi yang dilakukan Ulugh Bek dan tim di Observatorium Samarkand. Dalam perkembangannya, zij ini digunakan baik di Timur maupun di Barat. Menurut Hajji
Khalifah dan Shalih Zaky, zij karya Ulugh Bek ini adalah yang terbaik dan terinci di zamannya. Dalam perkembangannya zij ini telah dikomentari (syarah) oleh sejumlah ilmuwan diantaranya Miryam Jalby dan Ali al-Qusyjy, demikian lagi pernah diringkas oleh Al-Shufi (Muhammad bin Abi al-Fath ash-Shufy al-Mashry).

Dalam faktanya Zij Ulugh Bek memainkan peranan penting dalam perkembangan ilmu falak di alam melayu-nusantara. Dalam konteks kehadiran awalnya di Nusantara, tabel-tabel astronomi Ulugh Bek ini merupakan sumber primer yang sangat berharga. Tabel-tabel ini banyak digunakan dan sangat memengaruhi corak pemikiran para ulama falak alam melayu-nusantara. Dalam konteks alam melayu-nusantara lagi, Zij Ulugh Bek dapat
dinyatakan merupakan buku induk ilmu falak waktu itu dan yang paling memengaruhi perkembangan ilmu falak di Nusantara. Dalam perkembangannya tokoh-tokoh (ulama) alam melayu-nusantara yang memiliki telaah di bidang ilmu falak melakukan adaptasi dan sintesa kreatif atasnya sehingga lahirlah karya-karya semisal “al-Jawāhir an-Naqiyyah” oleh Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau (w. 1334 H/1915 M), “Natījah al-‘Umr” oleh Syaikh Thahir Jalaluddin (w. 1376 H/1956 M), “Ad-Durūs al-Falakiyyah” oleh Syaikh Muhammad Ma’shum Jombang (w. 1351 H/1933 M), “Natījah Abadiyah” oleh Syaikh Hasan Ma’shum (w. 1355 H/1937 M), “Sullam an-Nayyirain” oleh Syaikh Muhammad Manshur Betawi (w. 1388 H/1968 M), dan lainnya. Kehadiran “Zij as-Sulthāny” di alam melayu-nusantara agaknya serupa dengan kehadiran “Almagest” karya Ptolemeus (dari Yunani) dan “Sindhind” karya Brahmagupta (dari India) yang menjadi titik awal perkembangan astronomi di dunia Islam abad pertengahan.

Zij Ulugh Bek atau “Zij al-Sulthany” memberi gambaran globalitas dan kedalaman pengetahuan seorang Ulugh Bek yang banyak dirujuk oleh tokoh-tokoh di zamannya dan yang datang sesudahnya. Zij Ulugh Bek juga memberi sumbangan konkret kajian keislaman di alam melayu-nusantara, khususnya diskursus ilmu falak dan jaringannya dengan khazanah keilmuan Timur Tengah. Ada banyak segmen yang penting untuk diangkat dari sosok Ulugh Bek dan segenap karya dan kontribusinya guna pengembangan ilmu falak hari ini dan di masa yang akan datang.

Wallahu a’lam[]

Bagikan ini:

  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
  • Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
  • Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
  • Klik untuk mengirimkan email tautan ke teman(Membuka di jendela yang baru) Surat elektronik
  • Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
  • Klik untuk mencetak(Membuka di jendela yang baru) Cetak
Tags: arwin juli rakhmadiulugh bek
Previous Post

PWM Sumatera Utara Kembangkan Reputasi Digital

Next Post

Beasiswa Penuh di KAUST Arab Saudi, Ada Tunjangan Bulanan Capai Rp 35 Juta

Next Post
Mewujudkan Aceh Tengah Hijau, ini Misi Keempat Pasangan Bardan Kariman

Beasiswa Penuh di KAUST Arab Saudi, Ada Tunjangan Bulanan Capai Rp 35 Juta

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • Beranda
  • Kabar
  • Literasi
  • Kolom
  • Kesehatan
  • Muktamar
  • Pendidikan
  • Redaksi
Call us: +1 234 JEG THEME

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.