• Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
Infomu
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
No Result
View All Result
Infomu
No Result
View All Result
amrizal

Amrizal MPd

Tumbuh Sebelum Patah Menjaga Nyawa Kaderisasi Muhammadiyah

Syaiful Hadi by Syaiful Hadi
12 Agustus 2025
in Opini
0

Tumbuh Sebelum Patah Menjaga Nyawa Kaderisasi Muhammadiyah

(Tulisan ke-16 dari Beberapa Tulisan Terkait Kaderisasi)

Oleh : Amrizal, S.Si., M.Pd – Wakil Ketua MPKSDI PWM Sumatera Utara / Dosen Unimed

 

“Gerakan besar tidak pernah mati, selama ia tahu cara melahirkan pejuang baru.”

Beberapa waktu lalu, saya berdiri di depan puluhan anak muda dalam sebuah pelatihan kader. Gedungnya sederhana, kursinya tak seragam, bahkan pengeras suara kadang mati-hidup. Namun di mata saya, tempat itu adalah pabrik masa depan. Di sana, saya melihat mata yang berbinar, tangan yang mencatat, dan hati yang siap disulut semangatnya. Itulah sebabnya saya percaya: kaderisasi bukanlah pilihan, melainkan nyawa gerakan.
Muhammadiyah memiliki falsafah yang menjadi pegangan: “Sebelum patah telah tumbuh, sebelum hilang telah berganti.” Kalimat sederhana ini menyimpan strategi bertahan hidup, visi pergerakan, dan sikap mental seorang pejuang dakwah.

Mengapa Etos Ini Penting?
Kita hidup di era percepatan. Generasi berganti lebih cepat, pola pikir berubah lebih drastis, dan tantangan ideologi semakin kompleks. Jika kita hanya menunggu kekosongan untuk bertindak, kita akan selalu terlambat. Nilai Islam Berkemajuan yang menjadi napas Muhammadiyah menuntut kita untuk proaktif, bukan reaktif. Etos “sebelum patah telah tumbuh” adalah peringatan sekaligus panduan: regenerasi harus dimulai sebelum kita kehilangan. Ini bukan soal menggusur, tapi soal menumbuhkan. Bukan sekadar menambal kekosongan, tapi menyiapkan pelanjut ketika kepemimpinan masih kokoh.

Pelajaran dari Sejarah Muhammadiyah
Sejarah membuktikan, ketika KH Ahmad Dahlan wafat, Muhammadiyah tidak limbung. Sosok seperti KH Fakhruddin, KH Ibrahim, dan tokoh pembaru lainnya telah siap memikul amanah. Ini bukan kebetulan, tapi buah dari tradisi kaderisasi. Dahulu, keluarga Muhammadiyah mewakafkan anaknya untuk perjuangan. Amal usaha bukan hanya menghasilkan lulusan pintar, tetapi melahirkan aktivis yang mengerti ruh perjuangan. Sayangnya, kini tak semua pimpinan menurunkan semangat bermuhammadiyah pada keluarganya. Ada ranting yang hanya diisi satu-dua orang yang sama setiap tahun.  Di beberapa tempat, “pohon kader” mulai menunjukkan ranting yang kering.

Tumbuh Itu Perlu Disemai

Kader tidak lahir dari undangan rapat mendadak. Ia lahir dari proses panjang—teladan, pengajaran, pembiasaan, dan pembinaan. Di MPKSDI, kami sering mengatakan: kaderisasi adalah pekerjaan sunyi. Tidak selalu mendapat tepuk tangan, tidak cepat terlihat hasilnya, tapi dampaknya akan terasa puluhan tahun.

Langkah menumbuhkan kader:
 Menanam nilai ideologi di keluarga, sekolah, dan komunitas.
 Menyediakan pelatihan hingga tingkat ranting.
 Menciptakan ekosistem yang mendorong partisipasi generasi muda.
Jika ini dilakukan, kita tidak hanya punya anggota, tetapi pewaris nilai.

Ranting yang Tak Pernah Sepi
Di sebuah ranting di pesisir Sumatera Utara, setiap kali pengurus pindah atau wafat, selalu ada pengganti siap. Bahkan kadang lebih dari satu calon. Rahasia mereka sederhana: rutin mengadakan halaqah keluarga setiap pekan. Anak-anak, remaja, ibu, dan ayah berkumpul di masjid, belajar Al-Qur’an, berdiskusi, lalu makan bersama. Dari kebiasaan ini tumbuh rasa memiliki, ikatan emosional, dan kesadaran bahwa Muhammadiyah adalah rumah bersama.

Menghidupkan Kembali Pohon Kaderisasi
Untuk menghidupkan etos ini, kita perlu:
1. Menjadikan keluarga sebagai madrasah kader. Orang tua Muhammadiyah harus sadar anak adalah pewaris gerakan.
2. Mengintegrasikan kaderisasi dalam amal usaha. Sekolah, universitas, dan rumah sakit harus menjadi ladang dakwah dan pengkaderan.
3. Mendistribusikan pelatihan hingga akar rumput. Prioritaskan ranting dan cabang, bukan hanya wilayah dan daerah.
4. Memberi ruang bagi generasi muda memimpin. Kepercayaan adalah pupuk terbaik untuk pertumbuhan kader.

Warisan Terbaik: Kader, Bukan Jabatan
Jabatan akan selesai, struktur akan berganti, tapi kader yang kita tinggalkan akan terus menghidupkan gerakan. Sebagaimana firman Allah: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar;
mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran: 104). Ayat ini bukan hanya seruan dakwah, tapi juga panduan kaderisasi: siapkan mereka yang akan menyeru, sebelum yang lama tiada.

Patah adalah keniscayaan, hilang adalah takdir. Tetapi Muhammadiyah tidak boleh kalah oleh waktu. Selama kita menumbuhkan tunas sebelum batang tua rebah, selama kita mengganti sebelum kehilangan, maka gerakan ini akan terus berjalan, bahkan melaju. Jika setiap pimpinan, aktivis, dan simpatisan mau menanam benih kader hari ini, kita tidak akan pernah takut pada kata “krisis kader”. Karena di setiap generasi, akan selalu ada yang siap memikul panji dakwah pencerahan. Wallahu a’lam bish-shawab.

Bagikan ini:

  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
  • Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
  • Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
  • Klik untuk mengirimkan email tautan ke teman(Membuka di jendela yang baru) Surat elektronik
  • Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
  • Klik untuk mencetak(Membuka di jendela yang baru) Cetak
Tags: amrizalKaderisasiopini
Previous Post

Perpustakaan dan Pustakawan UMSU Raih Juara I ALIA dan IALA FPPTI Tingkat Sumut

Next Post

Menghidupkan Semangat Ranting dan Cabang, Turba LPCR-PM Sumut yang Bukan Seremonial

Next Post
Menghidupkan Semangat Ranting dan Cabang, Turba LPCR-PM Sumut yang Bukan Seremonial

Menghidupkan Semangat Ranting dan Cabang, Turba LPCR-PM Sumut yang Bukan Seremonial

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • Beranda
  • Kabar
  • Literasi
  • Kolom
  • Kesehatan
  • Muktamar
  • Pendidikan
  • Redaksi
Call us: +1 234 JEG THEME

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.