• Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
Infomu
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
No Result
View All Result
Infomu
No Result
View All Result
Takwa Bukan Identitas Melainkan Proses Berkelanjutan

Takwa Bukan Identitas Melainkan Proses Berkelanjutan

UMSU Gelar Pengajian Ramadan 1442 H

Syaiful Hadi by Syaiful Hadi
19 April 2021
in Kampus
86

Medan, InfoMu.co – Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara ( UMSU ) menggelar Pengajian Ramadan dengan menghadirkan Ketum Prof. Dr. Haedar Nashir. Pengajian yang dilakukan secara hybrid itu mendapat apresiasi dari banyak wagra Muhammadiyah di Sumatera Utara. Pengajian berlangsung pada Senin siang melalui ruang kendali virtual UMSU di Kampus Utama, Jalan Mukhtar Basri Medan.

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan,  tujuan utama disyariatkan ibadah pada bulan Ramadan adalah untuk meningkatkan ketakwaan orang-orang yang beriman (QS. Al-Baqarah: 183). Takwa adalah predikat yang paling mulia di sisi Allah, bekal hidup yang diperlukan agar dapat hidup bahagia di dunia dan di akhirat. “Berbekallah, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa”, demikian kutipan arti surah al-Baqarah ayat 197.

Haedar Nashir menjelaskan bahwa kata “tattaqun” cenderung dipahami sebagai hadiah yang akan didapatkan oleh orang yang telah berpuasa. Seringkali “takwa” dijelaskan sebagai pangkat, gelar, dan identitas yang melekat pada diri orang yang berpuasa. Padahal ungkapan “tattaqun” adalah proses berkelanjutan dari perilaku takwa.

“Yang ingin hendak dicapai dari puasa supaya kita menjadi orang-orang yang bertakwa. Jadi bukan ‘al-muttaqun’ tapi ‘tattaqun’, sebuah proses untuk menjadi bertakwa. Bukan identitas tapi agar kita terus membentuk diri orang yang bertakwa dengan penuh kesadaran. Kesadaran yang terus menerus itulah yang sesungguhnya sebagai transformasi kita berpuasa,” terang Haedar Nashir.

Penjelasan Haedar ini ingin menjabarkan bahwa “tattaqun” adalah fiil mudlari, salah satu turunan kata bendanya adalah “muttaqun”. Kedua kelas kata ini mengindikasikan makna yang berbeda. Fiil mudlari menginginkan konteks aktual sebuah pekerjaan, sementara ism atau kata benda mengindikasikan makna kemapanan.

Dengan demikian, “tattaqun” bukanlah pangkat, gelar, atau identitas, yang mungkin lebih dekat kepada kata “muttaqun”. Sementara “tattaqun” mensyaratkan aktualitas riil dari sebuah perbuatan takwa. Karenanya, bila selepas Ramadan tindak takwa tidak dilanjutkan, maka “la’allakum tattaqun” tidak akan didapat; sepadan dengan kembali ke kondisi sebelum Ramadan.

Inilah yang disayangkan Haedar, di mana banyak yang berbuat baik di bulan Ramadan, tetapi setelah bulan suci itu berakhir, tidak sedikit dari kaum muslimin kembali ke titik nol. Akan tetapi di alam media sosial, Haedar mencotohkan, banyak sekali pagelaran keburukan yang dipertontonkan, di samping juga banyak konten-konten yang positif.

“Contohnya hoax atau dusta. Dusta itu tidak diperbolehkan atau disebarkan. Tapi sudah tahu itu hoax, masih kita posting juga. Mestinya kalau sudah tahu itu hoax, jangan dikirim. Aib orang jangan dikirim. Ketika mengirim hoax dengan penuh kesadaran, berarti kita setuju dengan isi hoax tersebut,” Haedar mencontohkan. (SM)

Bagikan ini:

  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
  • Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
  • Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
  • Klik untuk mengirimkan email tautan ke teman(Membuka di jendela yang baru) Surat elektronik
  • Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
  • Klik untuk mencetak(Membuka di jendela yang baru) Cetak
Tags: pengajian ramadan umsu
Previous Post

66 Perguruan Tinggi Semarakkan Gebyar Ramadan UHAMKA

Next Post

Dakwah Bil Hal Muhammadiyah Dilakukan Secara Inklusif dan Sistematis

Next Post
Dakwah Bil Hal Muhammadiyah Dilakukan Secara Inklusif dan Sistematis

Dakwah Bil Hal Muhammadiyah Dilakukan Secara Inklusif dan Sistematis

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • Beranda
  • Kabar
  • Literasi
  • Kolom
  • Kesehatan
  • Muktamar
  • Pendidikan
  • Redaksi
Call us: +1 234 JEG THEME

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.