Jakarta, InfoMu.co – Fenomena perubahan iklim juga menyerang Arab Saudi. Hal ini memberi dampak bagi para jamaah haji yang sedang melaksanakan ibadahnya di Negeri Dua Kota Suci itu.
Pada Senin, (17/6/2024), suhu di Makkah mencapai 51,8 derajat celcius. Akibat cuaca panas yang tinggi ini, terdapat 562 orang jamaah haji yang wafat.
Seorang saksi mengatakan jenazah tergeletak di pinggir jalan dekat Mina, di luar Mekah, ditutupi kain Ihram putih. Jenazah dibiarkan berada di tempat itu sampai kendaraan medis tiba.
“Suhunya sangat keras dan orang-orang tidak dapat menahan panas seperti itu,” kata Wilayet Mustafa, seorang jamaah haji asal Pakistan, dikutip Reuters.
Mustafa menambahkan bahwa saat panas terik menyengat, pihak berwenang Arab Saudi malah meminta para jamaah untuk terus berjalan. Dalam paparannya, tidak ada tempat berlindung yang diberikan untuk jamaah.
“Saya terkejut melihat tidak ada upaya yang dilakukan pemerintah Saudi untuk menyediakan tempat berlindung atau air apa pun,” tambahnya.
Dari jumlah korban tewas, 323 orang merupakan jamaah asal Mesir. Sumber medis Mesir mengatakan bahwa jumlah korban tewas tertinggi terjadi di antara jamaah haji yang tidak terdaftar secara resmi di otoritas haji. Pasalnya, mereka terpaksa tetap berada di jalan dan terus terkena panas.
Para ilmuwan iklim mengatakan kematian seperti itu memberikan gambaran sekilas tentang apa yang akan terjadi pada puluhan juta umat Islam yang diperkirakan akan melaksanakan ibadah haji dalam beberapa dekade mendatang.
“Ibadah haji telah dilakukan dengan cara tertentu selama lebih dari 1.000 tahun, dan iklimnya selalu panas. Tetapi… krisis iklim menambah parahnya kondisi iklim,” kata Carl-Friedrich Schleussner, penasihat ilmiah di lembaga Analisis Iklim Jerman.
Saudi sendiri disebut telah melakukan beberapa langkah untuk mengurangi dampak panas dengan penyemprotan air. Namun hal ini hanya akan efektif bila suhu berada di bawah 35 derajat celcius.
“Jika suhu terlalu tinggi, penyemprotan air tidak akan membantu dan dapat menambah risiko dalam kondisi lembab ketika orang kesulitan mengeluarkan panas melalui keringat,” tulis Reuters.
Tetangga RI
Selain Saudi, gelombang panas juga terus menerus menerjang India. Secara statistik, Negeri Hindustan itu mencatat lebih dari 40.000 kasus yang diduga terkait dengan cuaca panas dari tanggal 1 Mei hingga 18 Juni, di mana dari jumlah itu, ada sekitar 100 warga yang telah meninggal.
Dalam laporan, suhu di wilayah Utara India juga telah menyentuh di atas 50 derajat celcius. Suhu yang tinggi ini bahkan membuat burung-burung berjatuhan dari langit.
Dengan bahaya suhu tinggi ini, Kementerian Kesehatan memerintahkan lembaga-lembaga federal dan negara bagian untuk memastikan perhatian segera kepada pasien.
Tak hanya dampak langsung cuaca panas, fenomena perubahan iklim di India jjuga berdampak pada timbulnya bencana yang disebabkan oleh kondisi itu seperti banjir dan tanah longsor. Di Negara Bagian Assam, terdapat 6 korban jiwa yang ditimbulkan bencana itu.
“Longsor mengubur hidup-hidup seorang wanita dan ketiga putrinya,” kata pejabat penanggulangan bencana negara, Siju Das, melalui telepon.
“Rumah mereka berada di lereng, dan mereka meninggal di tempat sekitar tengah malam,” ungkapnya, seraya menambahkan bahwa jenazah tersebut diambil setelah operasi pencarian selama tiga jam oleh tim penyelamat. (cnbc-i)