Medan, InfoMu.co – Pimpinan Pusat Muhammadiyah menggelar Halal bi Halal – Silaturrahim Idulfitri 1442 H Keluarga Besar Muhammadiyah secara daring. Kegiatan ini menghadirkan seluruh Keluarga Besar Muhammadiyah dari seluruh Indonesia hingga luar negeri.
Di Medan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah dan Pimpinan Wilayah Aisyyah hadir menyaksikan siaran zoom meeting kegiatan halal bi halal yang dipusatkan di Gedung PP Muhammadiyah, Jalan Cikditiro, Yogyakarta, Ahad 23/5.
PW Muhammadiyah Sumut yang hadir Ketua Prof. Dr. Hasyimsyah Nasution, dua wakil ketua Prof. Dr. Nawir Yuslem MA, Dr. Muhammad Qorib MA, Sekretairs Irwan Syahputra MA dan Bendahara Prof. Dr. Agussani MAP. Dari PW Aisyiyah hadir Ketua Hj. Elynita Kota dan Sekretaris Zubaidah Pohan.
Silaturrahim Idul Fitri PP Muhammadiyah itu juga diikuti Pimpinan Daerah Muhammadiyah se-Sumatera Utara secara virtual.
Silaturrahim PP Muhammadiyah diawali dengan tausiah yang disampaikan oleh Ketua PP Aisyiyah Shoimah Kastolani kemudian diikuti dengan ucapan selamat Idul Fitri dari Pimpinan Wilayah Muhammadiyah di berbagai kawasan di tanah air, dari PCIM Muhammadiyah dari berbagai berbagai belahan negara serta dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah.


Eksistensi organisasi, menurut Haedar, harus dijaga kokoh dan jangan sampai goyah. Muhammadiyah, menurutnya, adalah kapal besar yang mesti dijaga dengan amanah.
“Harus ada sikap bertanggungjawab pada bangunan sistem, kolektif kelogial, dan koridor organisasi yang berlaku. Tidak bertindak sendiri-sendiri, apalagi yang dapat menggoyahkan kebersamaan dan bangunan berpersyarikatan,” kata Haedar saat halal bi halal sekaligus silaturahmi 1442 H Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Haedar juga mengingatkan ihwal misi keagamaan. Pertama adalah misi menegakkan akhlak mulia. Dalam hadits Abu Hurairah riwayat Al-Baihaqi, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan kesalehan akhlak.”
Kedua, adalah misi mewujudkan rahmatan lil ‘alamin, sebagaimana Surat Al-Anbiya Ayat 107. Nabi Muhammad SAW diutus dengan membawa ajaran Islam, maka Islam adalah rahmatan lil ‘alamin. Islam adalah rahmat bagi seluruh manusia. Secara bahasa, rahmat artinya kelembutan yang berpadu dengan rasa iba. “Rahmat dapat diartikan dengan kasih sayang,” tuturnya.
Ketiga, dalam misi keagamaan juga terdapat kandungan bahwa agama adalah nasihat. Dari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus Ad-Daari, dia berkata, Nabi SAW bersabda, “Agama adalah nasihat.” Kami bertanya, “Untuk siapa?” Beliau menjawab, “Bagi Allah, bagi kitab-Nya, bagi Rasul-Nya, bagi pemimpin-pemimpin kaum Muslimin, serta bagi umat Islam umumnya.”
“Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW ialah apa yang diturunkan Allah dalam Alquran dan yang tersebut dalam Sunnah yang maqbullah berupa perintah dan larangan serta petunjuk untuk kebaikan manusia di dunia dan akhirat,” kata Haedar.
Lebih lanjut, Haedar menyampaikan, Muhammadiyah berkomitmen pada misi dakwah sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Ali Imran Ayat 104 dan An-Nahl Ayat 125. Komitmen tersebut juga untuk pembaharuan dalam Islam (tajdid fil Islam), seperti dalam hadits riwayat Abu Dawud yang dishahihkan as-Sakhawi dalam Maqashid al-Hasanah. “Sesungguhnya Allah mengutus untuk umat ini, pada setiap akhir 100 tahun, orang yang memperbaharui untuk umat agama mereka.”

Krisis Kejujuran
Shoimah Kastolani dalam tausiahnya mengatakan puasa itu ibadah yang tidak terlihat oleh orang lain. Apakah seseorang itu puasa ataukah tidak, orang lain tidak mengetahui. Inilah kehebatan ibadah puasa. Hanya pelaku dan Tuhan saja yang tahu. Ketua Pimpinan Pusat Aisyiyah Shoimah Kastolani menyebut bahwa puasa melatih kejujuran jiwa.
“Bulan Ramadan mengajarkan kepada kita mendidik jiwa kita supaya jujur dan amanah. Ibadah puasa memang ujian kejujuran, karena yang tahu hanya Allah Swt,” tutur Shoimah Kastolani dalam acara HalalBihalal – Silaturahmi Idulfitri 1442 H Keluarga Besar Muhammadiyah pada Ahad (23/05).
Menurutnya, kejujuran adalah kekuatan yang terdapat dalam jiwa yang apabila pemiliknya mampu mempertahankan kejujuran tersebut, maka ia akan menjalankan tugas-tugas yang diamanahkan. Jika seseorang pandai dan taat memegang amanah maka dia akan menjadi seorang yang terpercaya.
“Sifat jujur dan keadilan adalah tuntutannya harus diemban oleh seluruh masyarakat baik dia sebagai pejabat, sebagai pimpinan, sebagai hakim, politikus, pengugasa, wartawan, akademisi, rakyat jelata sekalipun,” ungkapnya.
Ketidakjujuran hanya akan menghancurkan puing-puing keharmonisan, memutuskan tali persatuan, dan memecahkan wadah kedamaian. Shoimah menegaskan bahwa andaikan kejujuran yang didapat dari sekolah Ramadan bisa dipertahankan dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara, maka akan menjadi modal untuk menjadi bangsa yang kuat dan tangguh.
“Jangan sampai terjadi krisis kejujuran, karena akan menjadi kehancuran. Ketidakharmonisan dalam rumah tangga pun itu karena diawali dari ketidakjujuran, yang mungkin juga akan merusak persyarikatan dan amal usahanya,” tegas alumni Pondok Pesantren Muallimat Muhammadiyah Yogyakarta ini. (Syaifulh)

