Selamatkan Diri Dan Keluargamu Dari Api Neraka
Oleh : Drs. Talkisman Tanjung
Bermacam-macam orang mengajukan pertanyaan tentang soal-soal agama. Tetapi tak satupun yang mengajukan pertanyaan, “Bagaimana diri saya selamat dari api neraka ? Harus mengerjakan perintah apa ? Beramal apa ? Menjauhi dan meninggalkan apa ?” (KH.A. Dahlan)
Apakah ada orang yang ingin masuk ke neraka ? Tentu jawabnya tidak ada, bukan? Ya, sebab kita tahu bahwa neraka adalah satu-satunya tempat siksaan yang mengerikan. Orang yang sudah masuk ke dalamnya, maka tak akan pernah bisa menyelamatkan diri. Oleh sebab itu, sebelum kita terlanjur masuk ke dalam neraka, maka kita harus bisa menyelamatkan diri dan keluarga kita. Tapi, bagaimana caranya? Tentunya dengan melakukan amal perbuatan yang dianjurkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Allah SWT dalam Al-Qur’an secara tegas memerintahkan kepada kita orang-orang yang beriman untuk selalu menjaga diri dan keluarganya dari ancaman api neraka. Apalagi, zaman sekarang ini semakin besar godaan untuk menjaga keluarga dari perbuatan-perbuatan yang dilarang Allah SWT.Ada judi online, ada narkoba, ada pencurian, perampokan dan pembunuhan serta kejahatan-kejahatan yang lainnya. Allah SWT berfirman dalam surat At-Tahrim ayat 6:
يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman ! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS At-taḥrim [66]:6).
Berdasarkan metode tafsir tahlili bahwa, dalam ayat tersebut Allah SWT memerintahkan orang-orang yang beriman agar menjaga dirinya dari api neraka yang bahan bakarnya terdiri dari manusia dan batu, dengan cara taat dan patuh melaksanakan perintah Allah. Karena, keluarga merupakan amanat yang harus dipelihara kesejahteraannya baik jasmani maupun rohani. Yang akan dimintai pertanggungjawabannya adalah kita sebagai orang tua, bukan pihak sekolahnya, dan apalagi organisasi kemasyarakstan (ormas).
Disebutkan dalam sebuah riwayat bahwa ketika Surat At-Tahrim ayat ke-6 ini turun, ‘Umar berkata, “Wahai Rasulullah, kami sudah menjaga diri kami, dan lalu bagaimana caranya menjaga keluarga kami ?” Rasulullah SAW menjawab, “Laranglah mereka mengerjakan apa yang kamu dilarang mengerjakannya dan perintahkan mereka melakukan apa yang diperintahkan Allah kepadamu. Begitulah caranya menyelamatkan mereka dari api neraka.Terkait dengan perintah ini, Rasulullah SAW telah menjelaskan, “ajari anakmu shalat ketika usia dini, dan jika sudah berusia 10 tahun, anakmu tidak melaksanakan Shalat, pukullah, sampai dia mengerjakan shalat. Pukul yang dimaksud Rasulullah SAW, tentu membutuhkan berbagai metode dan pendekatan, dan tidak boleh putus asa di dalam mendidik anak-anak kita tersebut, sebab mereka itu berada dibawah pertanggungjawaban kita dunia-akhirat.
Neraka itu dijaga oleh malaikat yang kasar dan keras yang pemimpinnya berjumlah sembilan belas malaikat. Mereka diberi kewenangan mengadakan penyiksaan di dalam neraka. Mereka adalah para malaikat yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya”.
Ayat tersebut di atas berisi perintah Allah Ta’ala kepada orang-orang beriman untuk melindungi diri dan keluarganya dari api neraka. Ayat ini menjadi pengingat bagi setiap Muslim yang beriman. Sebab ukuran kesuksesan dan kebahagiaan manusia di akhirat kelak adalah ketika dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga.Kalau didunia ini, kita tidak tega melihat anak-anak kita kekurangan makan, tidak memiliki belanja, hidupnya susah, tetapi apakah kita tega membiarkan mereka masuk api neraka ? Orang tua semacam apa kita ini ? Apakah kita akan biarkan seluruh anak dan istri kita terbakar didalam rumah, tidak bisa keluar dari kobaran api, jika rumah kita terbakar ? Apalagi terbakar dalam api neraka.
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ وِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَما الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُورِ ( آلعمران :185 )
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”. ( Ali Imran :185 )
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma dalam sebuah majlis ilmu pernah berkata bahwa makna “jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka” adalah lakukanlah ketaatan kepada Allah dan tinggalkan maksiat serta suruhlah mereka untuk berdzikir kepada Allah. Maka dengannya Allah selamatkan kalian dari api neraka”.
Sedangkan Muqatil dan Ad Dhahak dalam tafsir Ibnu Katsir:4/391 berkata, makna peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”, adalah, “Engkau memerintahkan mereka untuk mentaati Allah dan mencegah mereka dari bermaksiat kepada Allah, hendaklah engkau menegakkan perintah Allah teradap mereka, memerintahkan mereka dengan perintah Allah dan membantu mereka dalam urusan tersebut, dan jika engkau melihat kemaksiatan dari mereka maka hendaklah engkau menghardik mereka”.
Sementara Ali bin Abi Thalib ra mengatakan bahwa makna “peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”, adalah “didiklah mereka dan ajarkan ilmu kepada mereka (addibhum wa ‘allimhum)”. Beliau juga menjelaskan bahwa dalam menjaga keluarga dari Api Neraka dapat dilakukan dengan berbagai hal berikut:
1. Bekali Keluarga dengan Ilmu dan Akhlaq yang baik. Karena ilmu merupakan perkara yang sangat penting dan dipentingkan oleh Islam. Ia merupakan poros dan asas kebaikan. Singkatnya, ilmu adalah bekal sekaligus panduan dalam mengarungi kehidupan dunia menuju kehidupan akhirat. Makanya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ وَإِنَّ طَالِبَ الْعِلْمِ يَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ حَتَّى الْحِيتَانِ فِي الْمَاءِ وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ إِنَّ الْعُلَمَاءَ هُمْ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ إِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
“Barangsiapa meniti jalan untuk mencari ilmu, Allah akan permudahkan baginya jalan menuju surga. Para Malaikat akan membentangkan sayapnya karena ridla kepada penuntut ilmu. Dan seorang penuntut ilmu akan dimintakan ampunan oleh penghuni langit dan bumi hingga ikan yang ada di air. Sungguh, keutamaan seorang alim dibanding seorang ahli ibadah adalah ibarat bulan purnama atas semua bintang. Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi, dan para Nabi tidak mewariskan dinar maupun dirham, akan tetapi mereka mewariskan ilmu. Barangsiapa mengambilnya, maka ia telah mengambil bagian yang sangat besar. (HR Ibnu Majah)
Syeikh Naquib al-Attas, seorang cendekiawan muslim pernah berkata bahwa Sebab utama berbagai masalah dunia Islam saat ini adalah problem ilmu dan ketiadaan adab (the loss of adab). Oleh karena itu menurut beliau, solusi mendasar bagi persoalan ummat Islam saat ini adalah pendidikan berbasis adab. Beliau menyebutnya dengan istilah ta’dib. Rasulullah SAW bersabda:
مَا نَحَلَ وَالِدٌ وَلَدًا مِنْ نَحْلٍ أَفْضَلَ مِنْ أَدَبٍ حَسَنٍ
“Tidak ada suatu pemberian seorang ayah kepada anaknya yang lebih utama daripada adab (akhlak) yang baik.” (HR Tirmidzi)
Adapun Adab atau Akhlak yang dimaksud di sini bukan sekadar sopan santun dan tata krama terhadap sesama manusia. Tetapi adab yang mencakup adab kepada Allah, Rasul-Nya, dan sesama manusia seperti adab kepada orang tua, guru, kawan, dan sebagainya. Karena pada hakekatnya makna adab dalam bahasa Islam adalah memberikan kepada yang berhak akan haknya. Memuliakan yang harus dimuliakan dan tidak memuliakan yang tidak pantas untuk dimuliakan.
مَا مِنْ شَيْءٍ يُوضَعُ فِي الْمِيزَانِ أَثْقَلُ مِنْ حُسْنِ الْخُلُقِ وَإِنَّ صَاحِبَ حُسْنِ الْخُلُقِ لَيَبْلُغُ بِهِ دَرَجَةَ صَاحِبِ الصَّوْمِ وَالصَّلَاةِ
“Tidak ada yang lebih berat dalam timbangan daripada akhlak yang baik, dan sesungguhnya orang yang berakhlak baik akan mencapai derajat orang yang berpuasa dan shalat.” (HR Tirmidzi)
2. Mengajak Keluarga Selalu Taat Pada Allah dan menghindari maksiat. Karena salah satu Makna, “peliharalah dirimu dari api neraka” adalah “lakukan ketaatan kepada Allah dan tinggalkan maksiat kepada-Nya”, kata Ibnu Abbas dan “Engkau memerintahkan mereka untuk mentaati Allah dan mencegah mereka dari bermaksiat kepada Allah”, kata Muqatil dan ad-Dhahak. disebutkan: surat an-Nuur : 54
قُلۡ اَطِيۡعُوا اللّٰهَ وَاَطِيۡعُوا الرَّسُوۡلَۚ فَاِنۡ تَوَلَّوۡا فَاِنَّمَا عَلَيۡهِ مَا حُمِّلَ وَعَلَيۡكُمۡ مَّا حُمِّلۡتُمۡؕ وَاِنۡ تُطِيۡعُوۡهُ تَهۡتَدُوۡاؕ وَمَا عَلَى الرَّسُوۡلِ اِلَّا الۡبَلٰغُ الۡمُبِيۡنُ
Katakanlah, “Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya kewajiban Rasul (Muhammad) itu hanyalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu hanyalah apa yang dibebankan kepadamu. Jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. Kewajiban Rasul hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan jelas.” (Qs. an-Nuur : 54)
يَوۡمَ تُقَلَّبُ وُجُوۡهُهُمۡ فِى النَّارِ يَقُوۡلُوۡنَ يٰلَيۡتَـنَاۤ اَطَعۡنَا اللّٰهَ وَاَطَعۡنَا الرَّسُوۡلَا
Pada hari (ketika) wajah mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata, “Wahai, kiranya dahulu kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul.” (QS. Al-Ahzab Ayat 66)
Ketaatan pertama yang harus menjadi perhatian seorang Muslim dalam mendidik keluarganya adalah tauhid dan shalat. Sebab tauhid merupakan kebaikan yang paling baik. Karena kebaikan dan ibadah yang dikerjakan seorang hamba harus tegak di atas tauhid.
Tauhid merupakan kunci syurga dan jalan keselamatan dari neraka. Bahkan tauhid merupakan tujuan hidup manusia di dunia ini. Imam Ibn Katsir rahimahullah ketika menafsirkan, “Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”, mengatakan, Termasuk bagian dari makna ayat ini adalah hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad, Abu Daud, dan Tirmidziy, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perintahkan anak kalian melakukan shalat bila telah berusia 7 tahun, dan bila telah berusia 10 tahun maka pukullah jika enggan melakukan shalat”. (Terj. HR. Ahmad, Abu Daud, dan Tirmidziy)
Pernahkah kita selaku orang tua mendidik anak-anak kita seperti yang diperintahkan Rasulullah SAW ini ? Bahkan Rasulullah begitu respon terhadap kejahatan. Di dalam sabdanya belisu menegaskan, “…..seandainya putriku Fatimah mencuri, niscaya aku sendiri yang akan memotong tangannya”. Ini adalah sebuah spirit yang diajarkan Rasulullah SAW kepada para ayah yang memegang kendali serta tampuk kekuasaan di Rumah Tangga. Nah, persoalannya, apakah kita sebagai Kepala Rumah Tangga sudah mengikuti spirit yang diajarkan Rasulullah ini ? Nampaknya disinilah letsk masalahnya. Hari ini mita sering menyaksikan banyaknya calon pengantin (Catin) yang ketika menikah tidak punya bekal ilmu sama sekali, bagaimana bisa nanti menyelamatkan dirinya yang bakal menjadi pemimpin dirumah tangganya, begitu juga dengan anggota keluarganya yang berada dibawah tanggungjawabnya. Setiap selesai ijab qabul, kita selalu mendo’akan semoga keluarga yang baru terbentuk itu menjadi keluarga SAMAWA(Sakinah Mawaddah Warahmah). Apakah hal itu akan terwujud ? Sedangkan ketika akan dilangsungkan ijab qabul dari wali kepada calon kepala keluarga itu, membaca Al-qur’an tidak pandai, bahkan ada yang lebih parah lagi, membaca syahatain saja masih harus dibimbing seperti mengajari anak TK, sementara dengan bekal ilmu seperti itu, dia akan segera menjadi Pemimpin (kepala) Rumah Tangga. Nah, pertanyaan yang menukik lagi, apakah kita tidak berdosa menikahkan mereka dalm kondisi ilmu yang tidak siap ini ? Apakah pstokan kita cuma madalah harta/ekonomi dan nafsu syahwatnya saja ? Ibarat pilot sebuah pesawat, apakah kita amanahkan kepada seseorang yang tidak punya ilmu sama sekali dibidang penerbangan untuk membawa pesawat untuk diterbangkannya ? Demikian seterusnya, bagi orang tua si perempuan, spakah tega menyerahkan anaknya untuk menjadi penumpang di pesawat yang pilotnya tidak kompeten ? Teganya…….teganya…….teganya dirimu……
Selain taat kepada Allah, menjauhkan diri dari berbuat maksiat merupakan salah satu perintah Allah dan Rasulullah SAW. hal ini ditegaskan dalam Al-Quran: surat an-Nuur : 21: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Barangsiapa mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya dia (setan) menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan mungkar. Kalau bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu, niscaya tidak seorang pun di antara kamu bersih (dari perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.
Setelah Allah melarang perkara dosa itu secara khusus, maka Dia melarang dosa-dosa yang lain secara umum. Termasuk langkah-langkah setan adalah semua maksiat, baik yang terkait dengan hati, lisan maupun anggota badan. Perbuatan keji adalah perbuatan yang dipandang keji oleh akal dan semua syariat, berupa dosa-dosa besar. Mungkar adalah perbuatan yang diingkari oleh akal dan syariat. Maksiat yang merupakan langkah-langkah setan tidak lepas dari perkara keji dan mungkar, maka Allah melarang hamba-hamba-Nya dari yang demikian sebagai nikmat-Nya kepada mereka agar mereka bersyukur dan mengingat-Nya, karena dengan menjauhinya dapat membuat diri mereka bersih dari kotoran dan noda yang mengotori dirinya dan menjauhkannya dari api neraka.
Persoalan hidup berkeluarga adalah persoalanbyang sangat berat, sampai-sampai Radulullah mengingatkan, apabila para pemuda ini belum sanggup untuk menikah, hendaklah dia berpuasa, dan siapkan bekal sebaik mungkin sehingga bisa menjadi kepala rumah tangga yang diharapkan bisa menjadi keluarga Sakinah, Mawaddah, warahmah. sebagai orang tua yang perempuan, hendaklah berfikir ulang kepada siapa putrimu engkau serahkan ? Kepada pilot pesawat yang sudah profesional (punya bekal dan skill) atau kepada calon pilot yang tidak punya kapasitas dan kompetensi sama sekali. Wallahu a’lam bish-shawab.
*** Penulis, Drs. Talkisman Tanjung, Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Mandailing Natal, tinggal di Batahan

