Sekjen MUI Sampaikan Momentun Tahun 2025 Jadi Perbaikan Akhlak Bangsa
Jakarta, InfoMu.co – Sekjen MUI, buya Dr. Amirsyah Tambunan menyampaikan pesan sebagai pembicara kunci dalam acara pembukaan Pelatihan Pusat Dakwah dan Perbaikan Akhlak Bangsa (PDPAB) Majelis Ulama Indonesia (MUI) angkatan 9 yang diadakan di Aula Buya Hamka (28/12/24)
Sekjen memberikan catatan penting sepanjang 2024 banyak peristiwa yang memilukan dan memalukan kita sebagai bangsa yang religius, karenanya mari kita perkuat tekad dan komitmen untuk lebih baik pada tahun 2025 mendatang.
“Oleh sebab itu momentum ini jangan kita sia-siakan dan harus kita manfaatkan sebagaimana pesan Rasulullah tahun depan harus lebih baik dari tahun yang lalu,” ujar Buya Sekjen MUI.
Rasulullah SAW bersabda,
من كان يومه خيرا من امسه فهو رابح. ومن كان يومه مثل امسه فهو مغبون. ومن كان يومه شرا من امسه فهو ملعون.( رواه الحاكم)
Artinya: “Barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, dialah tergolong orang yang beruntung, (dan) barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin dialah tergolong orang yang merugi dan bahkan, barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin dialah tergolong orang yang celaka.” (HR Al Hakim).
Lebih lanjut Buya Amirsyah juga mengatakan bahwa ini salah satu akhlak yang di ajarkan Rasul agar kita terhindar dari perbuatan yang celaka. Oleh sebab itu MUI bertekad mempersiapkan duta akhlak bangsa melalui pelatihan PDPAB di tengah carut marutnya perilaku anak bangsa yang bertentangan dengan akhlak seperti korupsi, judi online, pinjol illegal, dll yang nyata-nyata merusak kedaulatan ekonomi bangsa.
Untuk itu pihaknya mengimbau bahwa keberhasilan mengubah wajah Indonesia yang ramah, penuh kasih sayang, budi pekerti yang mulai dapat dilakukan melalui; pertama, bentuk keteladanan berdasarkan nilai-nilai akhlakul karimah bagi umat Islam dengan memperkuat pemahaman dan pengamalan rukun Islam yakni dua kalimat syahadat, melaksanakan salat, melaksanakan puasa, membayar zakat, dan pergi haji (bagi yang mampu) semua menghasilkan buah amalan akhlakul karimah.
Jadi semua menghasilkan kemuliaan akhlak sebagaimana pesan Rasulullah :
إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاَقِ
Artinya: “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Al-Baihaqi).
“MUI juga mengajak umat Islam untuk mengimplementasikan akhlak dengan cara memperkuat akhlak kepada Allah, Rasul, ibu dan ayah, orang tua, tetangga dan seluruh umat manusia tanpa kecuali, bahkan kepada hewan dan tumbuhan,” tandasnya.
Ketiga, sebagai manusia biasa yang mempunyai sifat khilaf adalah saat seseorang baru saja melakukan kesalahan, maka segera minta maaf dan minta ampun dengan bertaubat kepada Allah.
Seorang ulama Hasan Al Bashri berkata: taubat adalah jika seorang hamba menyesal akan perbuatannya pada masa lalu, serta berjanji untuk tidak mengulanginya.
Keempat, Allah memuliakan umat dan bangsa, saat yang kesalahan umat dan bangsa di ampuni Allah atas penyesalan dengan minta ampun kepada Allah dengan cara bertaubat atas pengakuan perbuatan korupsi, menipu rakyat, dll;
Kelima, bangsa yang di ampuni Allah, ketika seluruh pemimpin bersama rakyat bertaubat atas kesalahan dan kehilafan serta bertekad untuk hidup lebih baik (2025) seperti mengapresiasi pernyaaan Presiden RI Prabowo Subiantor agar uang korupsi kembalikan kepada negara. Jika belum mau mengembalikan negara harus tegas menegakkan hukum agar koruptor memiliki efek jera.
“Semoga kehidupan umat dan bangsa kedepan lebih baik menuju masa depan bangsa yang lebih bermartabat,” pungkasnya. (dunis)
