• Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
Infomu
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
No Result
View All Result
Infomu
No Result
View All Result
Sastra : Menikmati Sajak-sajak Pendek Porman Wilson Manalu

Sastra : Menikmati Sajak-sajak Pendek Porman Wilson Manalu

Syaiful Hadi by Syaiful Hadi
6 Juli 2021
in Literasi, Seni dan Budaya
86
Menikmati Sajak-sajak Pendek Porman Wilson Manalu
Oleh : Suratman Suras
CINTA

sejak mengenalmu mencintai adalah kegemaranku
dan jangan larang sekalipun, aku bisa marah
aku bersyukur kepada maha pemberi
karena cintaku bertepuk tangan
(medan, 2016)

Ini hanya keinginan hati saja. Kuat. Bukan berarti sajak-sajak atau puisi-puisi panjang sang penyair Bang Porman Wilson Manalu tak kuat, tak menyengat. Tapi untuk saat ini saya lebih tertarik puisi-puisi pendeknya. Mungkin lain kali bisa saya ungkap lebih puisi-puisi panjangnya.

Coba kita baca lagi puisi Cinta di atas.
Nampak penyair cukup lugas dalam mengungkapkan cinta. Cinta dalam hal ini saya tangkap bukan hanya cinta kepada lawan jenis. Cinta asmara. Rindu dendam. Remuk redam. Tapi lebih cinta kepada hidup itu sendiri. Kedalamannya.
Hemat kata penyair dalam mengalami kehidupan ini berjalan mulus. Tanpa hambatan. Jika pun ada, ia tenang saja. Slow. Sebab selain ia punya landasan kuat, cinta dan syukur. Saya merasakan betul. Dari empat baris puisi pendeknya di atas itu. Bahwa ia sejak mengenal kehidupan ini, sejak itu pula mengenal cinta. Cinta jadi kegemaran. Tak ada seorang pun boleh melarangnya. Ia akan marah. Puisi ini dihentikan dua baris terakhir sebagai landasan syukur kepada pemberi cinta sesungguhnya. Hingga cintanya bertepuk tangan. Ini berarti, sebuah cita-cita dan cinta penyair selama ini baik-baik saja. Bahkan bertepuk tangan, tanda gemuruh sukses atas keberhasilan menggapai segala cintanya

Coba kita simak puisi Cinta yang lain

melalui sajak ini
hujamkan cinta
berulangkali
tanpa dengki ini

dari bait ke kalimat
selipkan kembang kasih
dari kata ke huruf
lakoni kesetiaan

(medan, 2016)

Puisi ini makin mempertegas sikap hidup penyair. Selain bersyukur kepada pemilik cinta sejati. Ia juga berpesan, bahwa untuk menggapai cinta yang bertepuk tangan juga harus punya sikap tegas, tanpa iri dengki , kasih yang tulus ikhlas, dan kesetiaan.

Fenomena ini, kesetiaan,  memang menjadi barang langka, ketika arus global melibas kehidupan. Tak ada lagi sekat-sekat. Segalanya bebas lepas tanpa kendali. Bebas tanpa batas-batas otoritas, dan privasi seseorang.  Cinta yang berhakekat jadi sesuatu yang payah digapai. Susah direngkuh. Dengan bercucur peluh. Sekali pun. Tapi pesan penyair dengan setia dengan tulus segalanya bisa tercapai.

SAJAK YANG HILANG

satu sajak amaniata yang hilang
telah ditemukan di lapangan bola kaki
kemarin terbit di halaman depan koran pagi
hari ini ada di bungkusan cabai
besok akan kutulis ulang di kantor polisi

(medan, 2016)

Ketika fakta diungkap dengan gamblang. Baik politik, ekonomi, sesuatu rezim, biasanya bisa membuat kuping penguasa panas kelabakan. Penyair yang memang lama bergelut di jalur jurnalis, pandai menyiasati dengan jalan menulis sajak atau puisi. Betapa derasnya sebuah peristiwa, baik peristiwa cinta dan khianat sekali pun. Jika diungkap ke dalam sastra/ puisi, kita akan tercengang menanggapinya. Ada kabar lain, dengan puisi sebuah berita yang biasa saja, akan jadi luar biasa. Hanya dengan ungkapan pendek, namun penuh pilihan kata jadi lebih punya makna. Itulah gaya jurnalis yang nyastra.

MENGEJAR BULAN

aku mengejar bulan yang kaujunjung
berlari menggapai sekedar cahya
sebagai bukti kau itu ada

(medan, 2016)

Puisi ini nampaknya terpendek di antara yang pendek. Cuma tiga baris. Jika kita baca berulang-ulang. Ada banyak pelajaran yang bisa kita petik. Dari judulnya saja kita bisa terka. Mengejar bulan. Jelas sesuatu lukisan perasaan yang bergembira. Bulan gambaran cita-cita kesenangan. Daya hidup. Sebagai manusia. Penyair sesadar sadarnya. Bulan sebagai lambang lentera dalam gelap gulita. Bukan hanya sekedar sinar, cahya, tapi penyair bersaksi bahwa aku si mahluk menyatakan bahwa sang pemilik Cahya itu pun memang akan selalu ada dalam dekapan jiwa raganya.

Tingkat kesadaran penyair sebagai hamba yang lemah tak berarti apa-apa, jika di depan sang khalik pemilik alam semesta, dan akan kembali kepadanya. Tentunya dalam kepasrahan yang memusat. Seperti seseorang yang bepergian tentunya suatu saat pasti akan kembali, pulang ke rumah tujuan yang sesungguhnya.

KEMBALI

apimu hangatkan tegak tubuh
yang mengembalikan segala tegak
airmu sejukkan tunduknya kepala
yang memulangkan segala tunduk
tanahmu dudukkan tujuan hati
yang menyerahkan segala tujuan

(medan, 2016)

Dari lima sajak-sajak penyair Porman Wilson Manalu, saya banyak belajar. Bahwa memotret kehidupan dengan sajak atau puisi bukan perkara panjang pendek. Jauh dekat. Gelap terang. Besar kecil. Sikap hidup itu nampak lebih penting. Bagaimana menjalani hidup yang lebih hidup. Untuk apa hidup yang nampak rumit dibuat lebih rumit? Artinya
hidup itu ya mengalir apa adanya. Jangan terlalu dirumit-rumitkan. Tapi bukan berarti hidup harus selalu digampangkan? Coba baca sekali lagi Kembali. Di mana segala unsur hidup diungkap dengan sederhana tapi cukup menggigit sekaligus membumi. Padat pemilihan kata-katanya, tapi jika didedah akan mengalirkan pemahaman yang cukup serius dan indah. Api, air yang sejuk, udara, dan tanah adalah unsur kehidupan?  Saya wajib merenung lebih dalam lagi. Dan segalanya akan kembali ke tanah, bumi?

Dalam jagad seni. Siapa yang tak kenal beliau. Apalagi di dunia teater. Obsesi Bah, dan Dialog Kursi, lewat Teater Que, telah dipentaskan di beberapa wilayah di negeri ini. Dan menjadi perbincangan hangat kala itu. Bekerja sama dengan Kampusi Promo, beliau menggebrak menyutradarai Mentang-mentang dari New York, karya Marcelino Acana Jr saduran Noorca Mahendra (2005) Maling Menuntut Keadilan, karya  Verdi Km (2006) pada 2009, dianugerahi sebagai Tokoh Teater Sumatera-Utara, oleh UKM Teater O USU. Sedang puisi-puisinya ada dalam antologi bersama Bumi (1996) Tengok (2003) Airmata Rohingya (2017) Nyanyian Puisi Untuk Ane Matahari (2017)  Amaniata, Sajak-sajak Porman Wilson Manalu, Penerbit Elmatera (2017) Yogjakarta adalah antologi puisi tunggalnya.  Penyair ini lahir di Medan, 23 Juli 1966. Kini beliau aktif pada Komunitas Kata-kata, dan Bengkel Monolog, yang senantiasa menghidupkan pertunjukan sastra dan teater di tengah-tengah redup dan sunyi kedua dunia ini khususnya di kota Medan, Sumatera-Utara. Puisi-puisi pendek ini saya kutip dari Antologi tunggalnya tersebut. Tetap semangat, Abangda Porman Wilson Manalu.

Suratman Suras, Tanjung Anom 3621

Bagikan ini:

  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
  • Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
  • Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
  • Klik untuk mengirimkan email tautan ke teman(Membuka di jendela yang baru) Surat elektronik
  • Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
  • Klik untuk mencetak(Membuka di jendela yang baru) Cetak
Tags: porman wilson manalusajak-sajaksastrasuratman suras
Previous Post

Terkait Penanganan Covid19, PP Muhammadiyah Minta Pemerintah Konsisten

Next Post

Kolom Dr. Sulidar : Hikmah Ibadah Kurban dan Pandemi Covid 19, Serta Wawasan Idul Adha dan Kurban (Bagian ke III)

Next Post
Kolom Dr. Sulidar: Memanfaatkan Stay At Home Dengan Selalu Berzikir (Bagian I)

Kolom Dr. Sulidar : Hikmah Ibadah Kurban dan Pandemi Covid 19, Serta Wawasan Idul Adha dan Kurban (Bagian ke III)

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • Beranda
  • Kabar
  • Literasi
  • Kolom
  • Kesehatan
  • Muktamar
  • Pendidikan
  • Redaksi
Call us: +1 234 JEG THEME

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.