Sidomulyo Stabat, InfoMu – Terasa terenyuh di hati saat melihat santri Ponpes Muhammadiyah, Kuala Madu Stabat, Langkat terus beradaptasi dengan lingkungan sekaligus membekali diri untuk menjadi kader dakwah yang mumpuni. Hal lain adalah, bagaimana nikmatnya melihat para satri-santriah belajar tulisan indah (khat) atau kaligrafi di alam terbuka.
Demikianlah dua suasana yang terekam jurnalis InfoMu.co dari kawasan madrasan Aliyah dan Tsanawiyah Muhammadiyah yang berlokasi di desa Sidomulyo, Langkat itu.
Mendidik anak-anak untuk beradaptasi dengan lingkungan sudah menjadi keharusan agar mereka terdidik inklusif ( tidak tertutup ) dan dapat memahamai persoalan masyarakat yang sesungguhnya. Santri Ponpes Kwala Madu kemudian diterjunkan ke masjid yang berada di dekat pondok menjadikan mereka sebagai imam salat. Tentu saja, santri yang sudah siap dan terpilih yang direkomendasi untuk menjadi imam salat.
Biasanya, mereka akan menjadi imam salat maghrib dan Isha, jelas Mudir Ponpes Kuala Madu, Ustadz Ramdani Lc seputar program latihan menjadi imam salat itu. Selain menjadi imam mereka juga menjadi muazzin. ” Selain melatih mereka menjadi imam salat, juga meningkatkan ghirah ibadah di tengah masyarakat,” tambah Ramdani.
Adaptasi dengan lingkungan lainnya adalah santri-satriah ikut bergotongroyong bersama warga membersihkan lingkungan. Bahkan ikut membersihkan pekuburan yang ada tak jauh dari pondok, kata Kepala Madrasah Aliyah Ustadz Pujiono.


Kaligrafi dan Alam Terbuka
Yang menarik adalah adaptasi dengan alam. Mata pelajaran ekskul kaligrafi biasanya tidak dilakukan di dalam kelas tapi di alam terbuka. Suasana pekarangan pondok yang asri menjadi proses belajar tulisan indah Arab di alam terbuka itu memberi inspirasi tersendiri bagi santri-santriah. Tentu saja akan berbeda bila mereka belajar kaligrafi di dalam kelas. ” Lingkungan yang asri memberi inspirasi bagi santri-satriah untuk menulis khat menjadi lebih berwarna,” jelas Waliadi Tarigan, Kepala Madrasah Tsanawiyah pula.
Dengan berlatih kaligrafi dengan baik diharapkan akan muncul penulis kaligrafi berkualitas dikalangan milenial Muhammadiyah.
Masih dari Ponpes Muhammadiyah Kwala Madu, kita bisa menemukan santri-santriah yang belajar kosa kata arab guna memperkaya kosa kata mereka dalam percakapan. Belajar dan menghafal kosa kata dilakukan oleh kelompok kecil dan itu dilakukan setiap malam, Dengan tiga kosa kata baru kemudian mereka mencobanya dalam satu kalimat dan mendialogkannya dengan kelompok kecilnya diharapkan kemampuan berbahasa arab mereka akan setiap hari akan semakin baik.
Proses belajar malam, mulai dari berbuka puasa, salat tahajjud, hafalan qur’an dibimbing oleh musyrif dan musyrifah yang sudah terlatih.
Itulah gambaran tiga aktifitas santri dan satriah Ponpes Kuala Madu Langkat, yang kini memiliki hampir 1000 santri-santriah ( Aliyah dan Tsanawiyah) dan menjadi salah satu pesantren favorit di Sumatera Utara. (Syaifulh)

