Jelajah Bumi Para Rasul dan Nabi (16)
Kota Taba, Memasuki Border Israel dan Cerita si Kukuruyuk
Catatan : Syaiful Hadi JL, Jurnalis InfoMu.co
Perjalanan di Teluk Aqaba menjelang Kota Taba, kami mulai sedikit membisu. Border (perbatasan) Mesir dan Israel sudah semakin dekat. Kami sejak awal sudah dikondisikan, bahwa untuk masuk ke Kota Jerusalem tidaklah mudah. Kita harus membuat skenario sebaik mungkin agar selama pemeriksaan dokumen dan barang di Imigrasi Israel tidak ada halangan.
Cerita banyak orang, untuk ‘lolos’ masuk ke border Israel tidaklah mudah. Pemeriksaan yang ketat, tanya sana sini, periksa sana-sini. Kuatirnyanya, kita kemudian ditolak untuk masuk dengan alasan yang tidak jelas. Sementara jamaah lain bisa masuk. Apa yang akan terjadi jika salah satu jamaah kita tertinggal. Kondisi inilah yang membuat kami sedikit membisu.
Kami diingatkan lagi, kalau nanti petugas imigrasi bertanya tentang sesuatu, maka kita harus pura-pura bodoh aja, cuek bebek, kayak enggak ngerti. “karena kalau kita menjawab dalam bahasa Inggris yang baik, maka pertanyaan petugas pun akan semakin banyak,” kata Mitha Hayati Tanjung, Leader dari Almerah Plaza & Travel. Demikian juga penjelasa gudei Kami dari Mesir, si Ali Kukuruyuk itu.
Sebelum masuk ke border Mesir dan Iseral, Alhamdulillah, kami sampai di Taba, Kota di tepi laut yang Indah. Kota Taba inilah kota terakhir yang berbatasan dengan Israel. Dari jauh kami sudah melihat menara pengamat berwarna hijau tua dengan bendera Israel di atasnya. Duh, pikir kami.
Di Taba kami turun sebentar untuk meredakan tensi darah yang mulai naik.. Taba adalah kota kecil yang terletak di sebelah utara wilayah Mesir dan berbatasan dengan tiga negara. Batas terdekat adalah negara Israel yang memanjang dari wilayah Israel Eilat hingga ke Taba. Taba juga berbatasan dengan Yordania yang berada di teluk Aqaba dan batas yang agak jauh adalah negara Saudi Arabia. Dalam sejarahnya, Taba adalah satu wilayah di Mesir yang seringkali menjadi rebutan Israel.
Posisinya yang sangat strategis di muara laut merah, menjadikan Taba selalu menjadi bidikan Israel. Pertama kali Taba jatuh ke tangan Mesir pada tahun 1949 lewat genjatan senjata. Ketika krisis Suez di Sinai memanas pada tahun 1956, Taba jatuh ke tangan Israel dan satu tahun setelahnya kembali ke pangkuan Mesir kembali. Namun, Israel berhasil menduduki Sinai setelah terjadi perang enam hari pada tahun 1967 dan Taba jatuh lagi ke tangan Israel. Perebutan Taba antara Mesir Israel terus berlanjut ketika pada tahun 1979 terjadi perang Yom Kippur.
Alotnya perebutan wilayah Taba antara Mesir dan Israel, menjadikan komisi internasional harus turun tangan, pada tahun 1988. Komisi memutuskan untuk mendukung Mesir sebagai pemegang kekuasaan atas Taba dan Israel menyepakati keputusan itu pada tahun 1989.
Sejarah Taba yang sarat konflik antara Mesir dan Israel tidak mengurani jumlah wisatawan di Taba karena Taba memiliki pemandangan alam pinggir laut yang indah.
Seharusnya Kami bermalam di Taba, tepat di Tolip Resort. Sayang karena ada gangguan pada perjalanan Kami, maka keindahakan Tolip Resort harus dilupakan. Akhirnya kami cuma bisa berfoto sebagai jejak kenangan di kota Taba.
Kami Harus Berpisah dengan si Alu Kukuruyuk
Di sinilah saatnya kami harus berpisah dengan tour gudei Kami Ahmed Ali Abdelmoty. Biasanya, Kami memanggilnya Ali saja. Empat hari bersamanya, menjadikan hari-hari penuh canda. Saya banyak bertemu guide dalam berbagai perjalanan wisata di dalam ataupun Luar Negeri. Ada yang baik, ramah, kocak dan friendly. Tapi ada juga yang tidak bersahabat. Ali adalah guide yang sangat freindly. Humoris dan enak dijakan diskusi.
Setiap kali dia mau bercerita, Ali selalu mengawali kata-kata sandi : Ku-ku-Ruyuk. Seperti suara ayam di pagi hari. Lalu Ali meminta Kami menyahutinya dengan : Habibi !. Cara Ali ini sangat komunikatif. Dan selama 4 hari pula, ku-ku-ruyuk itu menjadi cara mengawali komunikasi dalam bus. Bahasa Indonesia si Ali sangat bagus dan referensinya tentang sejarah dan budaya Mesir cukup komplit. Ali sebenarnya punya satu assisten yang sangat banyak membantu dia dalam perjalanan itu, namanya si Hantu. Tentu saja itu buka nama sebenarnya, tapi lama kelamaan, kami pun memanggilnya si hantu, juga, hahaha !
Kali ini, harus berpisah dengan Ali. ” Doakan Kami warga Mesir bisa sampai ke Aqsho. Saya belum pernah ke sana,” katanya haru. kami jadi ikut sedih. Itulah konflik yang berkepanjangan antara Israel dan Negara-negara Arab menjadi warga negara bertetangga itu memiliki akses yang terbatas untuk saling berkunjung. Ali, Kami rindu Kamu. See You Again.
Saatnya memasuko Border Israel
Kami pun Masuk ke Border Israel dengan rasa cemas. Sekarang harus bersiap-siap memasuki Border Israel. Inilah saat yang mencemaskan. Kami pun turun dari Bus. Barang-barang besar semua diurus porter untuk sampai ke Border Taba, Imigrasi Mesir. Kami hanya membawa tas kecil, saja. Kemudian porter menyerahkan barang masing-masing saat memasuki border Israel, dan Kami pun harus membawa barang sendiri. Perlahan Kami menyeret barang bawaan yang berat itu untuk sampai ke Imigrasi Israel.
Indonesia dan Israel tidak memiliki hubungan diplomatik. Visa Israel harus diurus oleh agen perjalanan di Mesir atau Yordania, dua negara yang berbatasan dengan Israel. Kami baru mendapat informasi visa keluar satu hari sebelum Kami berangkat menuju Israel. Ini lagi salah satu yang membuat kami cemas. Apakah Kami bisa masuk ?
Kami pun berbaris satu memasuki Border Israel. Tak ada bicara. Semua pakai muka ketat. Ada yang ditanyi. Ada yang bagasinya dibongkar. Bagi yang lolos segera masuk ke bus. Yang masih menjalani pemeriksaan, apa boleh harus berdzikir panjang , semoga bisa segera melewati border yang sangar ini.
Alhamdulillah, pemeriksaan tidak terlalu lama. Walau ada yang diperiksa dan harus membongkar tas besarnya, tetap saja lolos untuk meneruskan perjalanan ke Jerusalem. Di Border Israel Pasport kami tidak di stempel seperti lazimnya imigrasi yang lalu di negeri lain. Mungkin karena Indonesia dan Israel tidak memiliki hubungan diplomatik. Kami hanya diberikan satu potong kertas saja sebagai tanda pengganti visa izin masuk Israel.
Jerusalem, Palestine, Aqsho, Kami datang …… (bersambung)