PP ‘Aisyiyah Gandeng Jurnalis Perkuat Jurnalisme Inklusif Berbasis GEDSI
INFOMU.CO | Yoqyakarta – Untuk meningkatkan kesadaran dan edukasi sesuai konteks pengarusutamaan GEDSI (Gender, Disabilitas, dan Inklusi Sosial) dan penguatan kapasitas jurnalis agar mampu menghasilkan karya jurnalistik yang inklusif dan berperspektif GEDSI, Pmpinan Pusat (PP) ‘Aisyiyah terus menunjukkan komitmennya dengan menggandeng kalangan jurnalis dari berbagai media, baik umum maupun media afiliasi Muhammadiyah dan media komunitas.
Komitmen ini ditegaskan dalam kegiatan Workshop Mainstreaming GEDSI di Media: Mengembangkan Jurnalisme Inklusif yang digelar pada Rabu (6/8/2025) di Hotel SM Malioboro, Yogyakarta. Workshop ini diikuti oleh jurnalis dari berbagai platform—media massa, tim media PP Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah, media afiliasi persyarikatan dan pengelola program inklusi ‘Aisyiyah secara luring dan daring.
Adapun Narasumber dalam kegiatan kali ini adalah : Dr. Tri Hastuti Nur Rochimah, M.Si Sekretaris Umum PP ‘Aisyiyah, Niki Alma Febriana Fauzi, S.Th.I, M.Us dari Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah dan Sonya Hellen Sinombor seorang jurnalis Senior KOMPAS. Kegiatan berlangsung sejak pukul 09.00 WIB – 17.00 WIB.
Dalam.sambutannya Sekretaris PP ‘Aisyiyah, Siti Hastuti Nur Rochimah, menegaskan pentingnya kolaborasi dengan media dalam menyuarakan kelompok marjinal yang selama ini kerap terpinggirkan.
“Ini bagian dari semangat no one left behind—tidak satu pun boleh tertinggal. Semua kelompok masyarakat harus terlibat dan menikmati hasil pembangunan. Media punya peran besar dalam memperjuangkan itu,” ungkapnya.
Menurutnya, suara jurnalis lebih nyaring dan memiliki daya dorong kuat untuk mengangkat realitas yang sering diabaikan, mulai dari perempuan tertindas, masyarakat adat, penyandang disabilitas, hingga kelompok minoritas lain.
“Menyuarakan kebenaran adalah tugas utama jurnalis. Dan itu bagian dari amal salih,” ujarnya. Ia juga mengingatkan bahwa kelompok marginal kerap mengalami dampak sosial dan ekonomi yang berlapis, sehingga perspektif GEDSI penting untuk diarusutamakan dalam kerja-kerja media.

Perspektif Islam yang Inklusif
Niki Alma Febriana Fauzi, anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah juga memberikan materi berikutnya. Ia membawakan tema Islam dan GEDSI dengan menekankan bahwa nilai-nilai keislaman sejatinya sangat mendukung inklusivitas.
Ia menyoroti berbagai fakta lapangan yang menunjukkan bahwa kelompok rentan, seperti penyandang disabilitas, masih mendapatkan perlakuan tidak adil—bahkan di ruang ibadah.
“aMasih ada masjid yang belum ramah difabel. Bahkan di Yogyakarta, akses bagi pengguna kursi roda belum tersedia di semua masjid,” ujar Niki. Menurutnya, rumah ibadah harus menjadi ruang terbuka dan ramah bagi siapa pun, termasuk kaum disabilitas dan lansia.
Lebih jauh, ia mengajak peserta melihat bahwa prinsip rahmatan lil ‘alamin dalam Islam adalah kasih sayang yang inklusif—melampaui sekat agama, status sosial, dan kemampuan fisik. Al-Qur’an mengajarkan bahwa kesetaraan dan amal saleh adalah dasar bagi derajat kemuliaan manusia, tanpa diskriminasi gender maupun kondisi fisik.
Kolaborasi Media dan Masyarakat Sipil
Workshop ini mendorong para jurnalis untuk memposisikan diri sebagai agen perubahan sosial yang berpihak pada keadilan dan kemanusiaan. GEDSI bukan sekadar isu marjinal, tetapi panggilan tanggung jawab publik dan spiritual bagi media dan masyarakat sipil.
“Media bisa menjadi kanal harapan bagi yang tak bersuara. Kita boleh mandiri, tapi tak bisa berjalan sendirian. Kolaborasi jadi kunci agar perubahan bisa dirasakan semua,” pungkas Siti Hastuti. (***)

