Penyebaran pandemi Virus Corona atau Covid-19 di Indonesia membuat banyak sekolah dan kampus menghentikan proses pembelajaran tatap muka. Sebagai gantinya, dilakukan dengan menerapkan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau daring (dalam jaringan). Hal ini dilakukan untuk mencegah penyebaran dan pengendalian Covid-19 di lingkungan pendidikan. Penerapan pembelajaran daring ini menuntut kesiapan bagi kedua belah pihak, baik itu dari penyedia layanan pendidikan yaitu sekolah dan dari peserta didik itu sendiri.
SMK Telkom Medan adalah salah satu pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan khususnya berbasis komputer yang digemari kalangaan masyarakat mulai dari kota sampai pelosok desa. Pada bulan Agustus 2020 jumlah siswa SMK Telkom Medan sebanyak 975 orang yang tersebar di berbagai daerah dengan prosentasi 63% berada di Kota Medan, 31% berada di luar Medan bahkan 6% berada di luar Sumatera Utara yaitu dari Jambi dan Papua. Perbandingan siswa SMK Telkom juga bila dilihat dari jenis kelamin dengan prosentasi 70% siswa berjenis kelamin laki-laki dan 30% siswa berjenis kelamin prempuan.

Kebutuhan siswa untuk mendapatkan pendidikan dan upaya untuk mencegah penyebaran dan pencegahan Covid-19 khususnya di dunia pendidikan, maka SMK Telkom Medan tetap mengadakan pembelajaran berbasis daring. Tentunya pelaksanaan pembelajaran daring ini juga mengacu kepada kebijakan pemerintah daerah Sumater Utara setelah Gubernur Sumut Edy Rahmayadi menerbitkan surat edaran mengenai peningkatan kewaspadaan terhadap risiko penularan infeksi Covid-19 di Sumatera Utara.
Dalam surat edaran Gubernur disebutkan untuk mencegah penyebaran virus Covid-19 di lingkungan Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara disepakati untuk belajar mandiri di rumah masing-masing melalui metode belajar jarak jauh bagi siswa kelas X dan XI SMA, SMK dan SLB negeri/swasta mulai tanggal 17 Maret sampai 3 April 2020.
Bagi siswa yang tinggal di sebagian besar kota Medan dan kota-kota lainnya tentunya tidak mendapat kendala khususnya jaringan akses internet, namun ada sebagian siswa yang tinggal di daerah pelosok yang mendapat kendala pada jaringan internet. Untuk melaksanakan pembelajaran daring mereka harus berpindah dari rumah mereka menuju tempat yang tersedia jaringan internet, bahkan karena sulitnya jaringan internet ada siswa yang disamping berpindah tempat, siswa tersebut harus menaiki pohon setinggi 6 meter dan ada juga harus naik ke gunung hanya untuk bisa mengikuti pembelajan daring.
Tentunya semua itu tidak menjadi kendala buat mereka, bahkan mereka tetap semangat dan bisa melanjutkan pembelajaran daring walau dalam keterbatasan. Memang sangat berbeda dengan siswa yang tinggal di kota dimana pendukung pembelajaran daring sudah tersedia, bahkan sejak awal pandemi Covid-19 dari bulan Maret 2020, SMK Telkom Medan terus mensupport seluruh siswa dengan kuota internet untuk pembelajaran daring. Tentunya ini menjadi motivasi untuk lebih giat lagi belajar bagi siswa yang mendapat kemudahan dari fasilitas ini.Berikut beberapa siswa yang tinggal di pelosok daerah yang mendapat kendala dalam mendapatkan jaringan internet, namun mereka tetap semangat dan melanjutkan pembelajaran daring.
Harto Wisno, siswa kelas XI-TJ2 SMK Telkom Medan tinggal desa
Lae Tanggian Kabupaten Dairi. Anak ke-2 dari 6 bersaudara pasangan L. Tondang dan R. br Situmorang melakukan daring dengan berpindah dari rumah menuju lokasi yang tersedia akses internet kemudian memanjat pohon setinggi 6 meter, ini dilakukan mulai bulan Maret 2020 sampai saat ini.
Yamagitsu, siswa kelas XI-TJ2 SMK Telkom Medan tinggal di desa Kuta Pengkih Kabupaten Karo. Anak ke 4 dari 4 bersaudara pasangan Jasa Ginting seorang guru SD Negeri dan Ikut Astria br Perangin-Angin mendapat kesulitan dalam mendapatkan akses intenet dan harus berpindah dari rumah menuju tower yang ada sinyal internet selama 1 jam dengan medan jalan yang sangat buruk.
Rifky Syarif Hidayat, siwa kelas XI-TKJ1, tinggal Desa Rintis Kabupaten Labuhan Batu Selatan. Anak pertama dari 3 bersaudara pasangan Rabiyanto dan Elviani, S.Pd: mendapatkan kesulitan akses internet, harus berpindah tempat dengan ketinggian 3 meter dan menyediakan tempat khusus untuk bisa belajar daring.
Syara Ketaren, siswi kelas XI-TKJ3 SMK Telkom Medan tinggal di Desa Pintu Angin Kec. Lao Balang Kabupaten Karo. Anak tunggal dari pasangan Jedelta Ketaren dan Nurlela br Tarigan mulai bulan Maret 2020 melakukan daring dengan berpindah dan berjalan selama 1 jam menuju Gunung Pola. Biasanya pergi dari rumah menuu gunung sekitar jam 07.00 dan kembali turun gunung sekitar jam 15.00. Kendala yang biasa dialami apabila cuaca dan turun hujan sehingga tidak bisa sama sekali tidak bisa ikut belajar.
Penulis, Guru SMK Telkom Medan & Dosen Politeknik Ganesha Medan, Praktisi IT, Bisnis Online dan Pemerhati Pendidikan
jangan putus asa tetap berjuang walau pun wabah virus dan kita harus semanga dalam menghadapi apa yang trjadi di dalam hidup kita