PDM Tapsel Dan Tim MDMC Evaluasi Penanganan Pengungsi Batu Hula
* Siapkan Langkah Pasca Tanggap Darurat
INFOMU.CO | Tapanuli Selatan – Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Tapanuli Selatan melaksanakan rapat evaluasi penanganan korban bencana alam di lokasi pengungsian Batu Hula, Ahad (21/12). Rapat ini dihadiri oleh Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah (PDA) Tapanuli Selatan, Pimpinan Cabang Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah (PCM–PCA) Batangtoru, serta Pimpinan Ranting Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah (PRM–PRA) Batu Hula.
Rapat evaluasi tersebut bertujuan untuk mengetahui secara langsung kondisi para pengungsi yang berada di pengungsian Batu Hula, yang saat ini menjadi tanggung jawab Muhammadiyah di bawah koordinasi PDM Tapanuli Selatan. Evaluasi ini menjadi penting mengingat status tanggap darurat bencana yang ditetapkan pemerintah akan segera berakhir pada 24 Desember 2025.
PDM Tapanuli Selatan menilai bahwa pencabutan status tanggap darurat tidak serta-merta berarti persoalan pengungsi selesai. Sebagian besar masyarakat terdampak masih berada dalam kondisi yang lemah, terutama karena kehilangan tempat tinggal dan mata pencaharian. Kondisi tunawisma yang dialami para pengungsi menyebabkan mereka belum mampu memenuhi kebutuhan hidup secara mandiri.
Laporan lapangan disampaikan oleh Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Jawa Tengah yang diwakili oleh Doni Halim Mutiasa, Ketua Bidang Kebencanaan MDMC Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah. Dalam laporannya, Doni menyampaikan bahwa kondisi pengungsi hingga saat ini secara umum dalam keadaan baik dan pelayanan masih berjalan maksimal.
Menurutnya, dinamika sosial di pengungsian seperti konflik kecil antarwarga terkadang muncul, namun masih dapat dikelola dengan baik oleh tim. Doni juga menjelaskan bahwa tim MDMC Jawa Tengah merupakan tim lanjutan dari tim sebelumnya sehingga masih dalam proses adaptasi. “Namun demikian, kami telah mempelajari kondisi pengungsian berdasarkan data dan laporan yang telah dikumpulkan oleh tim sebelumnya,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua PDM Tapanuli Selatan, Dr. Lazuadi Harahap, M.Ag., menegaskan bahwa fase pascatanggap darurat justru merupakan masa paling krusial bagi para pengungsi. Ia mengajak seluruh unsur Muhammadiyah di tingkat cabang dan ranting untuk tetap bersinergi dalam memberikan pelayanan dan pendampingan.
“Kondisi yang paling berat bagi para pengungsi adalah ketika status tanggap darurat dicabut, sementara mereka belum memiliki rumah, belum memiliki pekerjaan, dan belum mampu memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri. Di saat seperti inilah Muhammadiyah harus tetap hadir,” tegas Lazuadi.
Ia menambahkan bahwa Muhammadiyah tidak boleh berhenti hanya pada fase darurat, tetapi harus terus menguatkan peran pada fase pemulihan melalui pendampingan sosial, penguatan psikososial, serta upaya pemulihan ekonomi masyarakat terdampak.
“Kami berharap PCM, PCA, PRM, dan PRA dapat terus bergerak bersama MDMC. Pelayanan kepada pengungsi adalah amanah kemanusiaan yang harus dijaga, meskipun perhatian publik dan status darurat sudah berakhir,” tambahnya.
Melalui rapat evaluasi ini, PDM Tapanuli Selatan menegaskan komitmennya untuk tetap mendampingi para pengungsi Batu Hula hingga mereka benar-benar mampu bangkit dan kembali menjalani kehidupan secara layak dan bermartabat.
Rapat evaluasi ini menjadi pengingat bahwa kerja-kerja kemanusiaan tidak berhenti ketika status tanggap darurat dicabut. Bagi Muhammadiyah, melayani para penyintas bencana merupakan bagian dari dakwah amar ma’ruf nahi munkar dan perwujudan nilai Islam berkemajuan yang menempatkan kemanusiaan sebagai poros utama gerakan. Kehadiran Muhammadiyah di tengah pengungsi Batu Hula diharapkan tidak hanya meringankan beban fisik, tetapi juga menumbuhkan harapan, keteguhan iman, dan semangat bangkit menuju kehidupan yang lebih bermartabat. (arifana)
