Over Protective Menurut Pandangan Islam.
Oleh Isa Anshari SF. -Wakil Ketua PCM Helvetia Medan
Pendahuluan:
Setiap manusia pasti memiliki rasa cinta dan kasih sayang kepada orang yang dekat dengannya—pasangan, anak-anak, saudara, atau sahabat. Salah satu wujud cinta itu adalah keinginan untuk melindungi. Namun, tidak jarang keinginan melindungi ini berubah menjadi sikap over protective—atau terlalu melindungi secara berlebihan—sehingga justru menimbulkan masalah dalam hubungan. Sikap yang berlebihan ini bisa jadi Mudharat.
Apa Itu Over Protective?
Istilah “over protective” berarti terlalu melindungi. Ini biasanya menggambarkan sikap seseorang (sering orang tua, pasangan, atau atasan) yang sangat menjaga atau mengawasi orang lain sampai melewati batas kewajaran, sehingga bisa membuat yang dilindungi merasa terkekang atau tidak dipercaya. Sikap over protective yakni ketika seseorang terlalu mengatur dan membatasi kehidupan orang yang disukainya, dengan alasan “demi kebaikan” atau “agar tidak terjadi hal buruk.” Contohnya: seorang suami yang melarang istri bersosialisasi.
Seorang istri selalu curiga dan ingin tahu semua aktivitas pasangannya, sehingga membuat hubungan menjadi tidak sehat. Seorang ibu yang selalu mencampuri semua keputusan anak, atau seorang ayah yang mengatur seluruh pilihan hidup anaknya, bahkan sampai pada hal yang seharusnya menjadi ranah pribadi.
Pandangan Islam Terhadap Sikap Ini?
Islam mengajarkan keseimbangan dalam segala hal, termasuk dalam rasa cinta dan perlindungan. Ada beberapa prinsip penting yang diajarkan:
1. Tidak Memaksakan Kehendak Islam tidak membenarkan sikap memaksa dan menekan dalam hubungan. Sebagai firman Allah: “”Tidak ada paksaan dalam agama Islam, sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat…. (QS. Al-Baqarah: 256). Prinsip ini berlaku juga dalam kehidupan sehari-hari: membimbing dan melindungi itu baik, tetapi tidak boleh sampai memaksa atau mengatur secara berlebihan.
2. Menjaga Akhlak Mulia dalam Hubungan
Rasulullah SAW bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik akhlaknya kepada keluarganya.” (HR. Tirmidzi) Perlindungan yang dilakukan dengan niat sayang atau suka seharusnya tetap mencerminkan akhlak yang baik: dengan lemah lembut, tidak marah-marah, tidak cemburu buta, dan tidak mengekang. Berjiwa besar dengan hati yang lapang dalam enjaga silaturahmi karena Allah, bukan karena cemburu atau lainnya sehingga membatasi aktifitas orang yang disukai. Selalu perlakukan orang sukai dengan penuh hormat, Ucapkan kata-kata yang baik dan hindari ucapan yang bisa menyakiti apa lagi mengekang.
Menjaga akhlak yang mulia dalam Islam adalah bagian penting dari keimanan seseorang. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad). Akhlak yang mulia mencerminkan kualitas keimanan dan memperkuat hubungan seseorang dengan Allah serta sesama manusia.
3. Menghormati Kepercayaan dan Kebebasan
Setiap individu memiliki hak untuk berkembang dan bertanggung jawab atas dirinya. Suami-istri, orang tua-anak, harus saling menghormati kepercayaan itu. Dalam Islam, tidak dianjurkan melarang istri untuk berbuat baik, mencari ilmu, atau anak-anak untuk mengeksplorasi potensi mereka, selama tetap dalam koridor syariat.
Sebagai Muslim dianjurkan untuk menghindari sikap memaksakan pandangannya kepada anggota keluarganya, walaupun ia merasa lebih tahu atau lebih benar, kecuali dalam hal yang jelas bertentangan dengan syariat.
Islam mengajarkan pentingnya menjaga rahasia keluarga, menghormati privasi masing-masing anggota, serta tidak mencampuri urusan pribadi dengan paksaan.
Dalam Islam diyakini bahwa hidayah dan takdir adalah hak prerogatif Allah. Tugas kita adalah menyampaikan kebaikan dan mengajak, bukan memaksa. Islam melarang sikap berlebihan yang bisa mengakibatkan tekanan atau ketegangan dalam keluarga.
4. Dampak Negatif Sikap Over Protective
Sayangnya, sikap over protective yang dianggap sebagai wujud menyukai malah sering menimbulkan:
• Rasa tertekan dan hilangnya kepercayaan diri pada orang yang dilindungi.
• Hubungan yang diwarnai curiga, ketidakpercayaan, bahkan konflik.
• Tumbuhnya pemberontakan atau perasaan ingin lepas dari kontrol.
• Hambatan dalam perkembangan kepribadian dan sosial.
5. Islam Mengajarkan Keseimbangan
Nabi SAW mengingatkan: “Cintailah orang yang kamu cintai sekadarnya, boleh jadi dia akan menjadi orang yang kamu benci suatu saat; dan bencilah orang yang kamu benci sekadarnya, boleh jadi dia akan menjadi orang yang kamu cintai suatu saat.” (HR. Tirmidzi)
Hadist diatas menegaskan: jangan berlebihan dalam mencintai, jangan pula berlebihan dalam membenci. Segala sesuatu harus seimbang. Perlindungan yang sehat adalah yang memotivasi, membimbing, dan memberikan ruang bagi orang yang kita cintai untuk bertumbuh.
Kesimpulan
Over protective bukanlah sikap yang dianjurkan dalam Islam. Justru Islam mengajarkan kita untuk menjaga keseimbangan: antara rasa cinta, rasa ingin melindungi, dan menghormati hak-hak orang lain. Dengan pemahaman ini, hubungan dalam keluarga dan masyarakat akan menjadi lebih sehat, harmonis, dan penuh keberkahan. (***)

