• Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
Infomu
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
No Result
View All Result
Infomu
No Result
View All Result
Nasionalisme Menipis, Dr. Wiratmadinata : Pemerintah Gagal Melakukan National Building

Dr. Wiratmadinata SH MH Dekan Fakutas Hukum Abulyatama Aceh

Nasionalisme Menipis, Dr. Wiratmadinata : Pemerintah Gagal Melakukan National Building

Syaiful Hadi by Syaiful Hadi
4 Oktober 2021
in Literasi
86
Banda Aceh, InfoMu.co –  Persoalan menipisnya nasionalisme, khususnya di kalangan generasi milenial harus menjadi perhatian serius. Menipisnya rasa nasionalisme itu sungguh sangat memerihatinkan. Adakah ini bukti dari gagalnya pemerintah orde reformasi dalam membangun nasionalisme itu ? Tentu saja banyak faktor yang menjadi penyebab.
Dr. Wiratmadinata, Dekan Fakultas Hukum Abulyatama, Aceh itu manjawab pertanyaan InfoMu seputar menipisnya nasionalisme  khususnya dikalangan generasi milenial. Kata Wira,  ada beberapa faktor yang  menyebabkan menurunnya nasionalisme di kalangan generasi muda atau pemuda-pemudi Indonesia. Pertama; faktor internal, yaitu; pemerintah kita lalai atau bahkan gagal mengagendakan pendidikan Kebangsaan kepada generasi muda secara sistemik, komprehensif dan teratur. Dimasa Orde Baru kita masih punya program Penataran P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila).
Menurut, Wirad, setelah reformasi seakan terjadi  kehilangan orientasi, atau reformasi yang “disoriented”, P4 dihilangankan, begitu saja; Sehingga proses pembudayaan ideologi negara tidak dapat berlangsung dan akibatnya generasi muda kehilangan pedoman tentang bagaimanakah caranya hidup sebagai warganegara di dalam NKRI yang memiliki keragaman suku, agama, bahasa, budaya dan berbagai perbedaan lainnya.

Nyaris, generasi muda Indonesia sekarang yang berusia 15-25 tahun, secara umum tidak memiliki kedalaman pahaman mengenai  ideologi negara Pancasila, apalagi amalannya. Sementara, pada generasi yang lebih tua yang sekarang berusia 25-50 tahun pun, pemahaman nasionalisme sudah mengalami degradasi, karena pengaruh transformasi sosial yang begitu pesat, mulai era 70 dan 80-an yang melahirkan pragmatisme dan materialisme.

Faktor internal kedua adalah; gagalnya proses pembudayaan ideologi Pancasila, karena negara tidak memiliki tools atau skema pembudayaan Pancasila, sehingga generasi muda yang masuk kelompok generai millenial tidak mewarisi tradisi kebangsan yang ideologis. Bahkan, lahirnya BPIP (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila), ternyata belum menunjukkan adanya peta-jalan yang masuk akal dalam hal pendidikan ideologi kebangsaan bagi generasi muda modern Indonesia.

Kemudian, Wiratmadinata yang pernah menjadi jurnalis dari berbagai media nasional itu menyebut faktor kedua, adalah faktor External; yaitu kencangnya penetrasi budaya luar melalui revolusi dalam bidang komunikasi dan informasi (IT) selama 25 tahun terakhir, sehingga arus budaya asing tidak mampu dibendung dan masuk menjadi bagian budaya kontemporer yang sangat cepat mempengaruhi budaya baru kaum muda Indoneisa.

Transformasi Sosial
Dijelaskan, dalam fenomena transformasi sosial dunia modern, ada kecenderungan untuk cepat menerima budaya luar, baik perubahan cara befikir, gaya hidup dan cara bertindak. Sehingga, orang kehilangan orientasi kebangsaan, karena hal itu tidak dianggap lagi penting. Sebab yang diutamakan adalah pencapaian karier dan keunggulan finasial untuk dapat bertahan hidup di dunia modern yang semakin menuntut kekuatan finansial dan material.

Namun dari dua faktor yang dijelaskan Wiratmadinata itu,  faktor internal justru sangat menentukan dalam hal ini. Katanya, jika generasi muda Indonesia memiliki ketahanan ideologis yang cukup kuat, maka pragmatisme bisa dikalahkan dengan kesadaran kebangsaan yang kuat itu. Sayang negara kita lalai mengantisipasi hal ini. Kita gagal melakukan “Nation Building” dan  “Character Building” sekaligus, pada saat bersamaan. Padahal founding father kita mengamanatkan hal tersebut. Akibatnya generasi muda kita tumbuh tanpa katakter Keindonesiaan yang kuat. Mungkin karakter mereka jauh dipengaruhi gaya hidup hollywood, Drakor, dan beragam mode asing lainnya. Negara semakin dianggap jauh, apalagi ideologi, semakin dianggap hanya jargon.

Persoalan pembentukan karakter nasionalisme ini tidak bisa dipandang enteng, ini persoalan serius dari dari nasib bangsa ke depan.  Pemerintah dari semu pihak harus memberi perhatian bagi penyelamatan nasionalisme generasi muda Indonesia.

Untuk persoapan ini, Dr. Wiratmadinata menyebut, konsep terbaik untuk pembentukan karakter nasionalisme generasi muda Indonesia, jelas Konsep Ideal Pancasila. Terlalu panjang kalau harus saya jelaskan bagaimana idealnya konsep Pancasila itu. Hal inilah yang justru harus dijadikan materi utama dalam proses pendidikan karakter anak muda Indonesia. Disinilah justru masalahnya.
Konsep    Pancasila sebagai Paradigma Negara Hukum Indonesia itulah yang harus dijelaskan kepada generasi muda dalam suatu kurikulum kebangsaan yang dikerjakan secara sistematis oleh Pemerintah RI. Proses itu yang kita sebut, mengutip Yudi Latif, sebagai; pembudayaan Pancasila. Tanpa itu; bangsa ini akan tumbuh tanpa ideologi, dimulai dari menurumnya rasa nasionalisme generasi muda, jelas Wira.

Bagikan ini:

  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
  • Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
  • Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
  • Klik untuk mengirimkan email tautan ke teman(Membuka di jendela yang baru) Surat elektronik
  • Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
  • Klik untuk mencetak(Membuka di jendela yang baru) Cetak
Tags: karakternasionalismewiratmadinata
Previous Post

Mualaf Dewa Putu: Berita Soal Islam Ada di Semua Kitab Suci

Next Post

PDPM Way Kanan Lampung, Fokus pada Pengembangan Infokom

Next Post
PDPM Way Kanan Lampung, Fokus pada Pengembangan Infokom

PDPM Way Kanan Lampung, Fokus pada Pengembangan Infokom

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • Beranda
  • Kabar
  • Literasi
  • Kolom
  • Kesehatan
  • Muktamar
  • Pendidikan
  • Redaksi
Call us: +1 234 JEG THEME

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.