Bandung, InfoMu.co – Dalam acara Gerakan Subuh Mengaji yang diadakan pada Rabu (30/10), Ketua Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah Jawa Barat, Ia Kurniati, mengajak para mubalig dan mubaligat untuk memperkuat kapabilitas dalam berdakwah, terutama di tengah pesatnya perubahan sosial.
“Menjadi seorang mubalig atau mubaligat tidak hanya tentang menyampaikan kepada orang lain, tetapi juga kepada diri sendiri,” tegas Ia Kurniati dalam acara yang diadakan secara daring melalui Zoom dan disiarkan langsung di YouTube ini menghadirkan pesan tentang pentingnya kepribadian tangguh dan berkeahlian bagi para penyampai dakwah.
Beliau menekankan bahwa tanggung jawab seorang penyampai dakwah meliputi seluruh aspek kehidupan mereka, mulai dari perilaku hingga tutur kata yang menjadi cerminan dakwah itu sendiri. “Seorang mubalig itu harus memiliki kepribadian yang tangguh. Jika ia tidak menunjukkan kepribadian yang kuat, siapa yang akan mengikutinya?” lanjutnya.
Ia juga menyoroti bahwa dakwah bukanlah tugas yang terbatas hanya pada mereka yang memiliki latar belakang akademis agama. “Berkeahlian bukan berarti hanya dimiliki oleh mereka yang bergelar. Setiap orang bisa berkontribusi, dan gerakan Subuh Mengaji ini adalah upaya untuk menuntun kita semua agar berkeahlian dalam menyampaikan ilmu,” ujarnya.
“Sekarang ini kita melihat, murid menolak teguran, dan orang tua pun kadang tidak mendukung peran guru. Ini adalah tantangan yang memerlukan kesadaran semua pihak untuk menjaga norma dan nilai kita,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Ia Kurniati menekankan pentingnya mubalig dan mubaligat untuk tetap tangkas dan responsif terhadap perubahan. “Kita dituntut untuk cepat respon. Bukan hanya milik MDMC dalam menangani bencana, tetapi mubalig juga harus cepat tanggap,” jelas Ia.
Ia mengingatkan bahwa pendiri Muhammadiyah, K.H. Ahmad Dahlan, telah menunjukkan contoh ketanggapan ini dengan memprakarsai perubahan arah kiblat dan mendirikan organisasi pendidikan dan kesehatan yang tetap relevan hingga hari ini.
Terakhir, Ia Kurniati menekankan pentingnya ketahanan mental bagi mubalig dalam menghadapi tantangan dakwah. Ia mengajak para mubalig untuk mengembangkan sikap fleksibel dan resilien, yakni kemampuan bangkit setelah mengalami kesulitan.
“Dakwah saat ini bukan seperti dulu yang satu arah. Kita harus dapat menarik perhatian, terutama bagi anak-anak muda yang tidak lagi mau sekadar mendengarkan,” katanya. Ia juga mengapresiasi kontribusi LPCR (Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting) Muhammadiyah dalam memfasilitasi masjid sebagai ruang yang nyaman bagi masyarakat dan generasi muda untuk mendapatkan inspirasi. (muhammadiyah.or.id)