Motifologi Kader Itu Harusnya Berperan Bukan yang Baperan
Oleh Ahmad Rody Nasution
Terkadang Mengingat itu Menyakitkan, Tetapi Melupakan itu Nikmat. –Ahmad Rody Nst
Di era sekarng ini sudah dalam era tengah perkembangan teknologi dan perubahan sosial. Dimana dalam bahasa trennya yaitu GENERASI Z. Memiliki karakteristik dan preferensi unik yang mempengaruhi keterlibatan mereka dalam organisasi.
Apa itu dimaksud motifologi.? Menggambarkan sebuah motif, yang sering digunakan dalam berbagai disiplin ilmu seperti budaya dan psikologi. Motif adalah elemen berulang yang memiliki makna simbolis atau termatik dalam kesenian berperilaku dan tradisi budaya yang sering di lakukan sehari-hari. Motif yang penulis katakan disini tentang kader terkhusus di IMM, yang merujuk pada situasi saat ini marak di dengar dan lihat dalam rumah merah tersebut. Dalam analisis penulis tentang kader sekarang itu jauh berubah dalam konteks tingkah laku dan sifatnya. Kalau kata khalayak banyak itu di pengaruhi zaman dimana bisa di kaitkan, digunakan dalam nilai tambah pada penjelasan tadi.
Kader pun harus memberikan sumbangsi yang merujuk kepada potensial dan keanggotaan aktif bertanggung jawab dalam menjalankan misi dan tujuan organisasi. Kewajiban seorang kader pun harus di ingatnya sebab itu bisa sebagai rujukan dalam pengambilan keputusan, yang merupakan pengembangan strategi organisasi.
Kader organisasi biasanya sangat berdedikasi terhadap tujuan dan nilai-nilai organisasi, dan mereka siap untuk berkontribusi secara maksimal. Mereka pun dikenal dengan keterampilan khusus melalui keahlian di bidang masing-masing dalam menjalankan fungsi guna pada organisasi, seperti: kepemimpinan, pengelolaan proyek atau keterampilan komunikasi. Sebagai seorang kader juga harus bisa memberikan motivasi untuk dirinya dan anggota lain, dikarenakan dalam memajukan tujuan bersama. Pergerakan kader ini juga harus pada poros kepemimpinan dalam mendapatkan pengembangan tambahan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan dalam mendukung misi organisasi.
Kecendrungan kader juga memiliki aspek yang diemban, dengan komitmen jangka panjang terhadap visi misi yang di kotribusikan pada nama organisasi. IMM-lah salah satu nama organisasi otonom muhammadiyah terbilang banyak kadernya, meliputi dalam sebuah kepengurusan yang mendukung keberlanjutan organisasi.
Bagaimana fungsi kader itu seharusnya.? Berperan sebagai penyokong sebuah organ inti organisasi dalam bergerak melaksanakan sebuah program dan tanjung jawab kepengurusan. Organisasi pun cacat bila kadernya tidak di atur secara sistematis yang telah disusun dengan tujuan diinginkan. Memelihara sebuah hubungan dan membangun jaringan juga fungsi kader dalam rumah organisasi dengan keanggotaan lain bersama membangun peran serta semangat aktif.
Adapun peran seorang kader itu dinilai dalam seseorang dapat di liputi melalui aktivitas dan proyek tertentu. Dengan kontibusi nyata dalam konteks apa yang sudah di berikannya pada sebuah organisasi bagaikan ide atau pun inisiatif dengan membawa solusi inovatif demi misi yang berkualitas hasil kerja. Kader juga harus melihat kedepan apa yang akan terjadi dalam hasil apa nanti berdampak atau tidak?, itu tergantung semua dengan tindakan dan keputusan kader dalam meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
Keterlibatan kader juga harus sebuah nilai plus dengan partisipasi tingkat ke ikut sertaan di forum diskusi dan kegiatan organisasi lainnya. Kader juga harus berkolaborasi dan kerja sama dengan berbagai jaringan dalam mendukung dan membantu pada tujuan sama menunjukkan profesional dirinya dengan komitmen dan dedikasi pekerjaan organisasi. Pada pendekatan tersebut, peran kader jadi bisa dinilai secara objektif dan komprehensif dalam membantu mengidentifikasi penilaian kekuatan serta merumuskan langkah untuk pengembangan lebih lanjut.
Variasi karakteristik kader juga ada dimana bertolak belakang dengan apa yang kita pikirkan secara persuasif. Mengapa demikian?, karena namanya juga memiliki perasaan. Pasti setiap melakukan dan menghadapi tantangan, kader kitu baper atau bawa perasaan dengan mudah merasa tersinggung emosional, atau terlalu sensitif. Apalagi kita berkaca kembali terkhusus kader GEN Z ini yang rentan pada sebuah karakteristik terbilang serba salah dalam reaksi. Menghadapi sebuah masalah itu kader baperan ini kalau merasa diserang secara pribadi langsung marah dan sedih. Kader macam ini juga sukit menerima kritik sebab menganggap kritik sebagai serangan terhadap karakter atau kompetensi pribadi. Dan juga kader beginian sangat sulit berbaur karna mudah tersinggung berbagai situasi terutamanya dalam organisasi. Terlalu sensitif berbagai reaksi pun sangat salah dimata kader macam beginian apalagi diabaikan dan arahan yang di tujukan kepadanya.
Penyebab kader macam begitu karna kurangya cinta pada dirinya atau kurang mengenali siapa dia. Pengalaman juga salah satu faktor penolakan yang melatar belakangi kader ini karna trauma akan pada masa lalu yang dapat mempengaruhi respons emosional seseorang.
Mengatasi kader baperan begitu ada trik dan tripnya antara lain: membangun komunikasi yang empatik, guna pendekatan yang lembut dan masukan motivasi bersifat konstruktif. Peningkatan keterampilan emosional, yaitu untuk dorongan bagi kader dalam mengembangkan kecerdasan untuk kemampuan mengelola emosi dan memahami perasaan orang lain, dan memberikan pelatian atau workshop tentang manajemen stres juga pengembangan diri. Membangun kepercayaan diri, ini sebuah pengakuan yang tulus dalam pencapaian dan usaha mereka yang terlibat tugas atau proyek dengan meningkatkan rasa percaya dirinya. Menciptakan lingkungan yang mendukung, buat budaya organisasi bagi kader yang mendukung dan saling menghargai dengan merasa aman untuk berkontribusi tanpa dihakimi. Maka dengan begitu seorang kader yang baperan bisa belajar untuk mengelola emosinya dengan baik dan menjadi anggota yang lebih produktif dan harmonis dalam berorganisasi.
Mungkin lebih jelasnya coba baca buku dari E.Mulyasa berjudul “Pengembangan Kader dan Aktivis”. dengan isi, memberikan panduan tentang pengembangan kader dan aktivis dalam berorganisasi sosial dan politik. Fokus pada strategi, pelatihan dan motivasi kader. Atau bisa di lihat dalam buku karya Rini Wulandari berjudul “Motivasi dan Kinerja Kader Studi Kasus di Organisasi Sosial”, Tentang menganalisis faktor-faktor motivasi dan kinerja kader dalam organisasi sosial dengan studi kasus kongkret yag memberikan gambaran nyata tentang dinamika internal kader. Dan juga bisa di baca karya buku oleh Andi Malarangeng dengan judul ”Kepemimpinan kaderisasi Membangun Kepemimpinan Kader yang Berkarakter”, meneritakan tentang pengeksplorasian konsep kepemimpinan dan kaderisasi menekankan pada pentingnya pembentukan karakter dan nilai-nilai kepemimpinan pada kader. Serta buku Suprayitno Bagi penulis enak dibaca berjudul “Manajemen Partisipatif: Mengelola Organisasi Publik dan Nirlaba dengan Memberdayakan kader” membahas bagaimana mengelola organisasi publik dan nirlaba dengan pendekatan partisipatif, ternasuk pemberdayaan kader. Ditekan pada pentingnya peran kader dalam memperkuat organisasi.
*** Ahmad Rody Nasution, Aktifin IMM FAI UMSU

