Banda Aceh, InfoMu.co – Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh merilis profil kemiskinan dan ketimpangan penduduk di Provinsi Aceh Maret 2021. Rilis berita resmi ini disampaikan langsung oleh Kepala BPS Aceh Ihsanurrijal secara daring. Dari data yang disampaikan BPS, Aceh masih berada pada posisi nomor satu sebagai provinsi termiskin di Sumatera dengan angka persentase 15,33 persen.
“Selama periode September 2020–Maret 2021, persentase penduduk miskin di Aceh turun dari 15,43 persen menjadi 15,33 persen,” kata Ihsanurrijal.
Dia menjelaskan, meskipun persentase penduduk miskin di tanah rencong menurun, namun jumlah penduduk miskin bertambah menjadi 834,24 ribu orang atau 15,33 persen.
“Di daerah perdesaan turun 0,18 poin (dari 17,96 persen menjadi 17,78 persen) sedangkan di perkotaan persentase penduduk miskin naik sebesar 0,15 poin (dari 10,31 persen menjadi 10,46 persen). Pada Bulan Maret 2021, jumlah penduduk miskin di Aceh sebanyak 834,24 ribu orang (15,33 persen), bertambah sebanyak 330 orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada September 2020 yang jumlahnya 833,91 ribu orang (15,43persen),” terangnya.
Lebih lanjut, katanya, ada beberapa faktor yang menyebabkan Provinsi Aceh masih bertahan sebagai daerah termiskin di Sumatera.
“Beberapa faktor yang diduga terkait dengan tingkat kemiskinan di Aceh pada periode September 2020–Maret 2021 antara lain tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Februari 2021 (6,30 persen) lebih rendah dibanding Agustus 2020 (6,59 persen),” ujarnya.
Selain itu, pandemi Covid-19 juga berdampak pada bertambahnya penduduk miskin di Aceh.
“Dampak covid 19 terhadap penduduk usia kerja baik itu menjadi pengangguran, sementara tidak bekerja, pengurangan jam kerja maupun menjadi bukan angkatan kerja (selain bekerja dan pengangguran) pada Februari 2021 lebih rendah dibanding Agustus 2020, yaitu menjadi 4,32 persen dari 10,01 persen terhadap penduduk usia kerja,” sebut Ihsanurrijal.
Kemudian faktor penyebab lainya karena Nilai Tukar Petani (NTP) pada Maret 2021 untuk beberapa subsektor mengalami peningkatan dibanding September 2020 seperti tanaman perkebunan rakyat yang meningkat 3,22 persen, hortikultura (3,31 persen) dan perikanan (4,49 persen). Realisasi bantuan sosial baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah relatif berjalan dengan baik,” katanya.
Menurut Ihsanurrijal, komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di erkotaan relatif sama dengan di perdesaan, diantaranya adalah beras, rokok, dan ikan tongkol/tuna/cakalang. Sedangkan untuk komoditi bukan makanan yang berpengaruh terhadap nilai Garis Kemiskinan adalah biaya perumahan, bensin, dan listrik.
Pada periode September 2020–Maret 2021, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) mengalami kenaikan dari 2,847 pada September 2020 menjadi 2,863 pada Maret 2021. Sementara itu Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami penurunan dari 0,831 pada September 2020 menjadi 0,749 pada Maret 2021.
Ihsanurrijal juga memaparkan, pada Maret 2021, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Aceh yang diukur oleh Gini Ratio tercatat sebesar 0,324. Angka ini sedikit mengalami kenaikan dibanding September 2020 yang tercatat sebesar 0,319.
“Distribusi pengeluaran kelompok penduduk 40 persen terbawah adalah sebesar 20,67 persen pada Maret 2021. Jika dirinci menurut wilayah, di daerah perkotaan angkanya tercatat sebesar 18,73 persen, sementara untuk daerah perdesaan angkanya tercatat sebesar 22,73 persen,” ungkapnya.
Bila dilihat tingkat kemiskinan di Pulau Sumatera, Aceh masih menduduki peringkat pertama. Daerah kedua termiskin yaitu Bengkulu (15,22%) diikuti Sumatera Selatan (12,84%) dan Lambung (12,62%).
Sementara jika dilihat secara nasional, provinsi yang mempunyai nilai Gini Ratio tertinggi tercatat di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu sebesar 0,441, sementara yang terendah tercatat di Provinsi Bangka Belitung dengan Gini Ratio sebesar 0,256.
“Sedangkan Aceh berada pada urutan ke dua belas Gini Ratio terendah dari seluruh provinsi se-Indonesia,” pungkasnya. (kbrn)

