Menyongsong Gerhana Matahari Hibrida di Timur Indonesia 20 April 2023
Oleh Dr. Arwin Juli Rakhmadi Butar-butar, Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah
April tahun ini menjadi bulan yang spesial bagi Indonesia. Indonesia akan menjadi satu dari 4 negara
yang mendapatkan kesempatan sebagai tuan rumah untuk Gerhana Matahari Hibrida pada 20 April
2023. Ini merupakan kali keempat Indonesia menjadi tuan rumah untuk Gerhana Matahari
Total/Cincin/Hibrida di abad ke-21. Sebelumnya Indonesia menjadi tuan rumah untuk Gerhana
Matahari Cincin pada 26 Januari 2009, Gerhana Matahari Total pada 9 Maret 2016 dan Gerhana
Matahari Cincin pada 26 Desember 2019.
Gerhana Matahari sendiri merupakan fenomena yang terjadi saat Bulan berada tepat di antara
Matahari dan Bumi sehingga menyebabkan terbentuknya bayangan Bulan yang jatuh di permukaan
Bumi. Bayangan inilah yang dilihat oleh pengamat di permukaan Bumi sebagai gerhana. Bayangan
Bulan yang jatuh pada permukaan Bumi dibagi menjadi tiga, yaitu penumbra, umbra, dan antumbra.
Penumbra adalah bayangan yang tipis namun luas, umbra adalah bayangan yang lebih gelap namun
lebih sempit, sementara antumbra adalah terusan dari umbra namun lebih terang.

Disebut Gerhana Matahari Hibrida dikarenakan gerhana Matahari yang terjadi merupakan kombinasi
antara Gerhana Matahari Total dan Cincin. Pada dasarnya Gerhana Matahari Hibrida merupakan
Gerhana Matahari Total, namun karena bentuk Bumi yang bulat dan jarak antara Bumi-Bulan-
Matahari sedemikian rupa menjadikan bayangan Bulan yang jatuh di permukaan Bumi berada pada
posisi ambang antara umbra dan antumbra. Sehingga pada sebagian jalur total gerhana akan terlihat
sebagai Gerhana Matahari Cincin.
Gerhana Matahari Hibrida merupakan fenomena yang sangat jarang dan luar biasa. Fenomena ini
hanya terjadi sekitar satu kali per dekade. Kelangkaan gerhana jenis ini karena diperlukan jarak yang
tepat agar bayangan umbra dan antumbra Bulan jatuh di permukaan Bumi sekaligus. Kendala dalam
konfigurasi ini adalah jarak Bumi-Bulan-Matahari yang selalu berubah-ubah. Jika posisi Bulan terlalu
dekat maka yang akan terjadi adalah gerhana total, sementara jika posisi Bulan terlalu jauh dari
Bumi maka yang terjadi adalah gerhana cincin. Gerhana Matahari Hibrida terakhir kali terjadi pada 3
November 2013 dengan jalur total di daerah Atlantik dan Gerhana Matahari Hibrida berikutnya akan
terjadi pada 14 November 2031 dengan jalur total di daerah Pasifik. Adapun jalur total untuk
Gerhana Matahari Hibrida 2023 adalah Australia, Timor Leste, Indonesia, Papua Nugini dan negara-
negara kecil di Oceania.
Di Indonesia, jalur total dari gerhana ini akan melewati Provinsi Maluku, Papua Barat, dan Papua.
Daerah dengan durasi gerhana paling lama adalah Pulau Kisar, Maluku dengan durasi total 1 menit 5
detik, dan Pulau Karas, Papua Barat dengan durasi total 1 menit 7 detik. Di seluruh jalur total yang
melalui Indonesia tidak dapat mengamati Gerhana Matahari Cincin. Gerhana Matahari Cincin dapat
diamati pada ujung jalur total, yaitu di Australia dan Papua Nugini. Walaupun demikian seluruh
masyarakat Indonesia dapat mengamati gerhana Matahari ini. Hanya saja untuk pengamat di luar
jalur totalitas hanya dapat mengamati gerhana sebagian dengan persentase yang beragam.
Persentase paling rendah di ujung barat Sumatera yaitu kurang dari 20% dengan rincian waktu dan
fase gerhana di kota Medan dapat dilihat pada tabel 1. Adapun persiapan untuk menyongsong
gerhana Matahari ini dapat dilakukan oleh masyarakat secara umum dari sekarang. Di antaranya
dengan mengetahui waktu tepat terjadinya gerhana di lokasi pengamat dan mempersiapkan
kacamata filter Matahari khusus atau instrumen teleskop yang telah dilengkapi dengan filter
Matahari. Hal ini penting dilakukan mengingat bahaya yang akan ditimbulkan jika mata manusia
melihat Matahari secara langsung tanpa pelindung yang dapat memfilter kuatnya pancaran sinar
Matahari.[]

