• Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
Infomu
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
No Result
View All Result
Infomu
No Result
View All Result
Sumatera Utara di Simpul Strategis: Mampukah Muhammadiyah Wujudkan 60% Cabang Aktif

Menyapa Ujung Tombak di Tengah Tantangan Minoritas

Syaiful Hadi by Syaiful Hadi
16 Agustus 2025
in Opini
0

Menyapa Ujung Tombak di Tengah Tantangan Minoritas

Oleh: Partaonan Harahap, ST,.MT – 

 

Lembaga Pengembangan Cabang, Ranting, dan Pembinaan Masjid (LPCR-PM) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara pada minggu mendatang akan memulai sebuah perjalanan penting menuju tiga daerah Pimpinan Daerah Muhammadiyah: Kabupaten Karo, Pakpak Barat, dan Dairi. Ini bukanlah kunjungan biasa, bukan pula sekadar seremoni yang meninggalkan jejak dokumentasi tanpa perubahan nyata. Perjalanan ini dimaksudkan sebagai langkah strategis untuk memastikan cabang dan ranting tetap berfungsi sebagai ujung tombak dakwah, meski berada di wilayah di mana umat Islam menjadi minoritas. Dalam situasi seperti ini, penguatan basis organisasi di tingkat akar rumput bukan hanya penting, tetapi mendesak.

Realitas dakwah di wilayah minoritas menyimpan kompleksitas tersendiri. Cabang dan ranting Muhammadiyah di daerah seperti ini beroperasi dengan sumber daya terbatas, jumlah kader yang sedikit, dan akses informasi yang minim. Mereka menghadapi tantangan sosial yang khas, yakni bagaimana menjaga eksistensi keislaman di tengah komunitas non-Muslim, sekaligus menjalin hubungan harmonis yang penuh toleransi. Pada saat yang sama, mereka juga dihadapkan pada persoalan ekonomi yang tak kalah berat. Banyak warga yang bergantung pada sektor pertanian tradisional dan perkebunan skala kecil. Ketergantungan ini membuat pendapatan mereka sangat bergantung pada musim, cuaca, dan harga pasar yang fluktuatif. Kondisi ini berdampak langsung pada kemampuan mereka membiayai program masjid, kegiatan dakwah, dan pembinaan jamaah.

Masjid di wilayah minoritas memegang peran ganda yang krusial. Selain sebagai tempat ibadah, masjid menjadi benteng identitas umat, pusat pembinaan kader, dan ruang pemberdayaan sosial-ekonomi. Namun, realitas di lapangan menunjukkan bahwa banyak masjid masih berada
dalam kondisi sederhana, dengan fasilitas terbatas. Beberapa masjid bahkan belum memiliki sarana yang memadai untuk mendukung program pemberdayaan ekonomi atau pendidikan agama anak-anak. Dalam situasi ini, penguatan masjid tidak bisa ditunda.

Perjalanan LPCR-PM ke Karo, Pakpak Barat, dan Dairi harus menempuh medan yang berat. Daerah-daerah ini berada di kawasan pegunungan dengan jalan yang berliku-liku, tanjakan curam, serta kondisi cuaca yang cepat berubah. Tetapi, medan yang sulit ini seolah menjadi simbol tantangan dakwah di daerah minoritas: penuh rintangan, namun menyimpan potensi besar jika dijalani dengan kesungguhan. Di Karo, PDM mengelola tiga PCM aktif (Kabanjahe, Berastagi, Mardinding) dan sembilan PRM. Ada tujuh masjid Muhammadiyah yang berdiri di tengah lingkungan mayoritas non-Muslim. Ekonomi umat di sini sebagian besar bertumpu pada pertanian hortikultura—sayur-sayuran, buah-buahan, dan bunga. Sektor ini rawan fluktuasi harga yang tajam. Ketika harga anjlok, penghasilan petani menurun drastis, dan kemampuan untuk mendukung program dakwah ikut terpengaruh. Karena itu, kegiatan pembinaan yang akan dipusatkan di Kabanjahe akan menitikberatkan pada pemetaan potensi masjid, penyusunan
program berbasis kebutuhan lokal, serta pelatihan penggunaan aplikasi SICARA baik secara online maupun offline. Pelatihan offline menjadi penting karena keterbatasan jaringan internet di beberapa titik.

Pakpak Barat menghadirkan situasi yang berbeda namun sama menantangnya. PDM di sini membina dua PCM dan lima PRM, dengan empat masjid Muhammadiyah yang sebagian besar masih menggunakan fasilitas sederhana. Ekonomi umat di daerah ini didukung oleh perkebunan kopi dan hasil hutan. Namun, harga kopi yang sering berfluktuasi dan keterbatasan akses pasar membuat pendapatan masyarakat tidak stabil. Belum tersedianya aula pertemuan membuat kegiatan pembinaan akan dilaksanakan di Masjid Muhammadiyah Salak, memanfaatkan ruang utama masjid atau mendirikan tenda darurat di halaman. Materi pembinaan akan fokus pada strategi memaksimalkan fungsi masjid dengan sumber daya yang ada,
penguatan kegiatan TPA, penyelenggaraan kajian rutin, serta pendataan jamaah secara manual yang nantinya akan diintegrasikan ke SICARA.

Dairi, sebagai daerah terakhir dalam rute turba, memiliki cakupan organisasi yang cukup luas: empat PCM, dua belas PRM, dan sepuluh masjid Muhammadiyah. Sebagian masjid berada di wilayah dengan akses sulit, bahkan membutuhkan perjalanan panjang melewati jalan tanah atau bebatuan. Ekonomi umat di Dairi bergantung pada pertanian jagung, kopi, dan peternakan skala kecil. Namun, harga komoditas yang tidak menentu membuat kemampuan pembiayaan dakwah sangat terbatas. Kegiatan pembinaan di Dairi akan dipusatkan di Masjid Muhammadiyah Sidikalang, dengan fokus pada kemandirian program cabang dan ranting, pengelolaan keuangan masjid secara transparan, perencanaan kaderisasi, serta strategi pelibatan generasi muda agar regenerasi berjalan lancar.

Turba ini bukan sekadar pertemuan di ruang tertutup. LPCR-PM akan melakukan kunjungan langsung ke masjid-masjid dan ranting, mengamati kondisi fisik dan sosial di lapangan, serta menjalin silaturahmi dengan tokoh masyarakat setempat. Pendekatan ini memungkinkan pimpinan wilayah memahami realitas di lapangan secara langsung, bukan hanya berdasarkan laporan tertulis. Dengan pemahaman ini, strategi penguatan dapat dirumuskan secara lebih tepat sasaran. Kehadiran LPCR-PM di daerah minoritas seperti ini memiliki makna strategis yang mendalam. Di wilayah mayoritas Muslim, dukungan moral, sosial, dan material terhadap gerakan dakwah relatif mudah diperoleh. Sebaliknya, di wilayah minoritas, setiap
langkah memerlukan usaha berlipat ganda. Tanpa perhatian dan dukungan struktural yang berkelanjutan, semangat para penggerak dakwah di cabang dan ranting akan tergerus oleh keterbatasan dan rasa terisolasi.

Oleh karena itu, masjid di wilayah minoritas harus dipandang sebagai pusat gravitasi komunitas Muslim. Penguatan perannya mencakup aspek ibadah, pendidikan, sosial, dan ekonomi. Program pemberdayaan ekonomi jamaah—meski sederhana—bisa menjadi penopang keberlangsungan kegiatan masjid. Sementara itu, cabang dan ranting harus difasilitasi agar mampu mengembangkan jaringan, meningkatkan kapasitas kader, dan mengelola program secara mandiri. Perjalanan ini menjadi ujian sekaligus pembuktian bagi pimpinan wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara. Ujian untuk menunjukkan kepedulian dan komitmen terhadap wilayah yang sering kali luput dari sorotan, dan pembuktian bahwa gerakan dakwah tidak
meninggalkan daerah-daerah kecil di garis depan. Dengan penguatan organisasi, pemanfaatan teknologi, pembinaan yang konsisten, serta perhatian terhadap kondisi ekonomi-sosial setempat, cabang dan ranting di Karo, Pakpak Barat, dan Dairi akan mampu bertahan dan berkembang.

Menguatkan dakwah di daerah minoritas bukan sekadar agenda pilihan, melainkan kewajiban strategis bagi keberlanjutan gerakan dakwah yang merata dan berkeadilan. Tantangan yang dihadapi di Karo, Pakpak Barat, dan Dairi adalah gambaran bahwa dakwah bukan hanya berbicara tentang ceramah dan kajian, tetapi juga tentang ketahanan ekonomi umat, pengelolaan sumber daya, dan kemampuan beradaptasi di tengah keragaman sosial.

Dengan tekad yang kuat, dukungan yang nyata, dan strategi yang tepat, Muhammadiyah Sumatera Utara dapat memastikan bahwa denyut dakwah di daerah minoritas akan terus hidup. Meski medan berat dan keterbatasan menghadang, langkah-langkah kecil namun konsisten akan membuahkan hasil besar di masa depan. Dari wilayah yang mungkin secara jumlah kecil, justru akan lahir kekuatan dakwah yang tahan uji, yang menjadi teladan bagaimana dakwah dijalankan dengan kesabaran, keteguhan, dan pengabdian yang tulus. (***)

 

*** Penulis adalah Sekretaris LPCR-PM Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara, Dosen Fakultas Teknik UMSU dan Ketua Asosiasi Alumni Teknologi Teladan Medan (AATT)

Bagikan ini:

  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
  • Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
  • Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
  • Klik untuk mengirimkan email tautan ke teman(Membuka di jendela yang baru) Surat elektronik
  • Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
  • Klik untuk mencetak(Membuka di jendela yang baru) Cetak
Tags: lpcropinipartaonan harahap
Previous Post

102 Pendidik PAUD ‘Aisyiyah ikuti Bimtek Pendampingan Pembelajaran Mendalam untuk Wilayah Sumatera Utara

Next Post

Rektor USU Muryanto Amin Dipanggil KPK Terkait Korupsi Proyek Jalan di Sumut

Next Post
Rektor USU Muryanto Amin Dipanggil KPK Terkait Korupsi Proyek Jalan di Sumut

Rektor USU Muryanto Amin Dipanggil KPK Terkait Korupsi Proyek Jalan di Sumut

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • Beranda
  • Kabar
  • Literasi
  • Kolom
  • Kesehatan
  • Muktamar
  • Pendidikan
  • Redaksi
Call us: +1 234 JEG THEME

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.