Menhan Israel: Kami Berperang Melawan Binatang
Oleh DWINA AGUSTIN
TEL AVIV — Pemerintah Zionis Israel menunjukkan kembali watak apartheid saat mengeluarkan pernyataan untuk mengepung Jalur Gaza. Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan, tindakan tersebut dilakukan karena mereka sedang berperang melawan binatang. Gallant menggunakan diksi tersebut pada Senin (9/10/2023). “Kami berperang melawan para binatang dan bertindak sesuai dengan hal tersebut,” ujar Yoav, dilansir dari AP.
Dalam upaya untuk lebih meningkatkan tekanan terhadap Hamas, Gallant memerintahkan pengepungan total terhadap Gaza. Dia mengatakan, pihak berwenang akan memutus aliran listrik dan mencegah makanan dan bahan bakar memasuki wilayah tersebut.
Yoav Gallant dikenal sebagai seorang politikus Israel dan mantan komandan Komando Selatan dalam Pasukan Pertahanan Israel (IDF). Gallant sempat dipecat oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu karena menentang kebijakan reformasi peradilan pada Maret 2023. Netanyahu yang diguncang demonstrasi warga Israel akhirnya kembali mengangkat Gallant sebulan setelah pemecatan.
Baik Gallant maupun Netanyahu dikenal sebagai pemimpin sayap kanan Israel yang keras terhadap masyarakat Palestina. Dalam laporannya yang dirilis pada Mei 2021, Amnesty Internasional menunjukkan hasil investigasi bahwa Israel menerapkan sistem penindasan dan dominasi terhadap warga Palestina.
Kebijakan tersebut diberlakukan di seluruh wilayah yang berada di bawah kendalinya: di Israel dan wilayah Palestina yang diduduki, dan terhadap pengungsi Palestina. Hal tersebut mereka lakukan demi memberikan manfaat bagi warga Yahudi Israel. Kebijakan itu dinilai sama dengan apartheid yang dilarang dalam hukum internasional.
Hukum, kebijakan, dan praktik yang dimaksudkan untuk mempertahankan sistem kontrol yang kejam terhadap warga Palestina telah membuat mereka terfragmentasi secara geografis dan politik. Amnesty menulis, akibat kebijakan tersebut, warga Palestina sering kali menjadi miskin dan terus-menerus berada dalam ketakutan dan ketidakamanan.
Blokade
Israel dan Mesir telah memberlakukan berbagai tingkat blokade di Gaza sejak Hamas mengambil alih kekuasaan. Meski demikian, dalam beberapa tahun terakhir, Israel hanya menyediakan listrik secara terbatas dan mengizinkan impor makanan, bahan bakar, dan barang-barang konsumsi, serta sangat membatasi perjalanan masuk dan keluar.
Setelah 48 jam pertempuran sengit di Israel pada akhir pekan lalu, kepala juru bicara militer Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan, Israel memiliki kendali atas komunitas perbatasannya. Dia menjelaskan, ada beberapa insiden yang terjadi pada Senin pagi, hanya saja pada tahap saat ini tidak ada pertempuran di masyarakat.
Hagari menyatakan, Hamas mungkin masih berada di wilayah Israel. Sebanyak 15 dari 24 komunitas perbatasan telah dievakuasi dan sisanya diperkirakan akan dikosongkan dalam beberapa hari mendatang. Juru bicara Hamas Abdel-Latif al-Qanoua mengatakan sebelumnya, para pejuang kelompok tersebut terus bertempur di luar Gaza dan telah menangkap lebih banyak warga Israel pada Senin pagi. Dia menegaskan, kelompok itu bertujuan untuk membebaskan semua tahanan Palestina yang ditahan oleh Israel.
Hamas mengaku telah menahan lebih dari 130 orang yang ditangkap di Israel dan diseret ke Gaza. Sayap bersenjata Hamas mengatakan di saluran Telegram bahwa empat dari mereka yang ditawan tewas dalam serangan udara Israel. Setelah tiga hari pertempuran antara Israel dan Hamas, warga sipil telah menanggung akibatnya yang sangat besar. Sekitar 700 orang telah terbunuh di Israel. Hampir 500 orang meninggal di Gaza, daerah kantong berpenduduk 2,3 juta warga Palestina yang berbatasan dengan Israel dan Mesir.
Mesir sedang berusaha menengahi kesepakatan awal. Menurut laporan surat kabar milik Pemerintah Mesir Al-Ahram, Hamas akan melepaskan tawanan perempuan dengan imbalan Israel membebaskan tahanan perempuan Palestina. Jika kedua belah pihak sepakat, akan ada gencatan senjata sementara untuk memfasilitasi pertukaran.
Beberapa media Israel mengutip pejabat layanan penyelamatan mengatakan, sedikitnya 73 tentara Israel telah mati. Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan, 493 orang, termasuk 78 anak-anak dan 41 perempuan, meninggal di wilayah tersebut. Ribuan orang terluka di kedua sisi. Seorang pejabat Israel mengatakan, pasukan keamanan telah membunuh 400 pejuang dan menangkap puluhan lainnya.
Israel membalas Hamas dengan sangat keras. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), serangan udara Israel hingga Ahad telah menghancurkan 159 unit rumah di seluruh wilayah dan merusak 1.210 unit lainnya dengan parah. Lebih dari 123 ribu warga Gaza telah mengungsi akibat pertempuran tersebut. Warga khawatir akan terjadinya eskalasi lebih lanjut.
Selain itu, tentara Israel mengumumkan penutupan menyeluruh wilayah pendudukan Tepi Barat pada Ahad (8/10/2023). Militer juga menutup pintu masuk ke sejumlah kota dengan gerbang besi, gundukan tanah, dan balok semen.
Menurut laporan Anadolu Agency, pasukan militer Israel mendirikan pos pemeriksaan militer di beberapa lokasi. Mereka menutup semua toko di kota-kota yang terletak di jalan-jalan utama yang digunakan para pemukim. (REP)
