Oleh: Ubaidillah Ichsan, S.Pd
Korps Mubaligh Muhammadiyah (KMM) PDM Jombang.
“In a world full of differences, the most valuable thing is the willingness to appreciate”
“(Dalam dunia yang penuh perbedaan, Satu hal yang paling berharga adalah kesediaan untuk menghargai )”
Dalam kehidupan bermasyarakat, perbedaan pendapat, termasuk dalam hal politik, adalah hal yang wajar. Islam mengajarkan kita untuk menyikapi perbedaan ini dengan bijaksana. Sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya:
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Qs. Al-Hujurat:13)
Ayat ini juga menegaskan kesatuan asal-usul manusia dengan menunjukkan kesamaan derajat kemanusiaan manusia. Tidak wajar jika seseorang berbangga dan merasa diri lebih tinggi dari yang lain. Sebab, semua manusia derajat kemanusiaannya sama di sisi Allah SWT.
Dalam hadis, Dari Abu Hurairah ia berkata, Rasûlullâh Saw bersabda,
لاَ تَحَاسَدُوْا ، وَلاَ تَنَاجَشُوْا ، وَلاَ تَبَاغَضُوْا ، وَلاَ تَدَابَرُوْا ، وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ ، وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا ، اَلْـمُسْلِمُ أَخُوْ الْـمُسْلِمِ ، لاَ يَظْلِمُهُ ، وَلاَ يَخْذُلُهُ ، وَلاَ يَحْقِرُهُ ، اَلتَّقْوَى هٰهُنَا ، وَيُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ ، بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْـمُسْلِمَ ، كُلُّ الْـمُسْلِمِ عَلَى الْـمُسْلِمِ حَرَامٌ ، دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ.
Artinya:
Kalian jangan saling mendengki, jangan saling najasy, jangan saling membenci, jangan saling membelakangi ! Janganlah sebagian kalian membeli barang yang sedang ditawar orang lain, dan hendaklah kalian menjadi hamba-hamba Allâh yang bersaudara. Seorang muslim itu adalah saudara bagi muslim yang lain, maka ia tidak boleh menzhaliminya, menelantarkannya, dan menghinakannya. Takwa itu disini –beliau memberi isyarat ke dadanya tiga kali-. Cukuplah keburukan bagi seseorang jika ia menghina saudaranya yang Muslim. Setiap orang Muslim, haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya atas muslim lainnya.” (HR. Muslim No. 2564)
Dalam hadis lainnya, Dari Abdullah bin Mas’ud berkata: Rasulullah SAW bersabda,
لَا حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَسَلَّطَهُ عَلَى هَلَكَتِهِ فِي الْحَقِّ وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ حِكْمَةً فَهُوَ يَقْضِي بِهَا وَيُعَلِّمُهَا
Artinya:
“Tidak boleh hasad kecuali pada dua hal: (Pertama) kepada seorang yang dikaruniakan Allah harta kekayaan, lalu ia membelanjakannya dalam kebenaran. (Dan yang kedua) kepada seorang laki-laki yang diberi Allah hikmah (ilmu), hingga ia memberi keputusan dengannya dan juga mengajarkannya.” (HR.Bukhari No. 73 dan Muslim No. 816)
Hasad di sini bermakna gibthah atau cemburu dalam kebaikan. Yakni keinginan untuk mendapatkan keutamaan yang sama seperti saudaranya tanpa menghendaki hilangnya keutamaan tersebut dari saudaranya.
Hasad adalah benci melihat orang lain mendapatkan nikmat dan dia berharap nikmat tersebut hilang dari orang tersebut, baik dia mengharap nikmat itu pindah kepada dirinya maupun tidak. Ini adalah sifat yang sangat tercela yang dilarang oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam karena bisa merusak hubungan baik di antara manusia dan menyebabkan sebagian mereka membahayakan sebagian lainnya.
Berbeda halnya dengan gibthah yaitu keinginan untuk mendapatkan nikmat yang sama dengan yang diperoleh oleh orang lain tanpa mengharapkan nikmat itu hilang dari orang tersebut. Karena gibthah ini adalah sifat yang terpuji dan dianjurkan oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam.
Jadi Islam mengajarkan kita untuk menghargai perbedaan pendapat, termasuk dalam hal politik. Perbedaan tidak boleh menjadi alasan untuk saling membenci atau bermusuhan. Sebaliknya, kita harus saling menghormati dan menjaga persatuan umat. Dengan demikian, kita dapat membangun masyarakat yang damai dan harmonis.
Menghargai perbedaan politik sangat penting untuk menjaga keutuhan bangsa dan negara. Dengan saling menghormati, kita dapat mencegah terjadinya konflik dan perpecahan. Selain itu, perbedaan pendapat juga dapat menjadi sarana untuk mengembangkan pemikiran dan menemukan solusi terbaik bagi masalah yang dihadapi.
Mari kita jadikan ajaran Islam sebagai pedoman dalam menyikapi perbedaan politik. Dengan saling menghormati dan menghargai, kita dapat membangun masyarakat yang lebih baik dan mewujudkan cita-cita bersama. (tabligh)