Langkah Muhammadiyah Langkat Tangani Krisis Banjir: Dari Evakuasi hingga Pemulihan Berkelanjutan
INFOMU.CO | Langkat – Kabupaten Langkat tengah menghadapi ujian berat setelah hujan intensitas tinggi sejak pertengahan November 2025 memicu banjir besar, banjir bandang, hingga tanah longsor. Meluapnya sejumlah sungai di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) mengakibatkan ribuan rumah terendam, akses transportasi lumpuh, dan ribuan warga terpaksa mengungsi ke posko-posko darurat.
Respons Cepat dan Komando Terpusat
Merespons situasi kritis ini, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Langkat, Abdi Sukamto, M.Si, langsung mengambil langkah taktis melalui komando darurat satu jalur. Muhammadiyah mengerahkan seluruh lini kekuatannya, mulai dari Pimpinan Cabang, Organisasi Otonom (Ortom), KOKAM, hingga Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) untuk tugas di poskorda di Gedung Dakwah Muhammadiyah Stabat dan pembagian tim untuk tugas turun ke lapangan.
Langkah cepat Muhammadiyah Langkat sejak awal banjir melanda melalui Tim Lazismu Langkat yang diketuai M. Sholihin Tarigan Tua, S.Pd.I, bersama MDMC (Muhammadiyah Disaster Management Center), serta para Relawan menjadi garda terdepan dalam menyalurkan bantuan logistik ke wilayah-wilayah terdampak parah, meliputi: Kecamatan Tanjungpura, Pangkalan Berandan, Besitang, Padang Tualang, dan Secanggang.

Sinergi Lintas Provinsi: Solidaritas Tanpa Batas
Skala bencana yang luas memicu gelombang solidaritas dari berbagai institusi Muhammadiyah di luar Sumatera Utara. Secara bergilir, tim bantuan medis dan logistik datang membantu dari berbagai penjuru, di antaranya: (1) Koordinasi Pusat: MDMC PP Muhammadiyah dan LAZISMU PP Muhammadiyah; (2) Dukungan Wilayah: MDMC dan Lazismu Jawa Timur; (3) Layanan Kesehatan Profesional: RSI Aisyiyah Malang, RS Muhammadiyah Lamongan, dan RS Muhammadiyah UMSU; (4) Tenaga Ahli Akademis: Relawan ahli dari Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMSurabaya), Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), dan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Menjalankan Misi dengan Etika Fikih Kebencanaan
Bukan sekadar memberikan bantuan fisik, setiap petugas kemanusiaan di lapangan wajib mematuhi Sepuluh Pedoman Perilaku yang bersumber dari Fikih Kebencanaan (sebagaimana dalam Himpunan Putusan Tarjih 3). Pedoman ini menekankan bahwa bantuan didasarkan pada kebutuhan (prioritas), bukan atas pertimbangan ras atau keyakinan.
Prinsip utama seperti menjaga martabat korban (bukan sebagai objek tak berdaya) dan akuntabilitas kepada pemberi sumbangan menjadi standar moral yang dijunjung tinggi oleh para relawan MDMC dan Lazismu dalam setiap langkah operasionalnya.

Peta Jalan Pemulihan hingga Juli 2026
Meski air di beberapa titik mulai surut, dampak kerusakan infrastruktur dan trauma psikologis warga masih sangat terasa. Oleh karena itu, MDMC telah menetapkan linimasa penanganan bencana yang terukur:
Fase Tanggap Darurat (Hingga 5 Januari 2026): Fokus pada evakuasi, kesehatan darurat, dan logistik dasar.
Fase Transisi (6 – 31 Januari 2026): Persiapan menuju pemulihan dan pembersihan area permukiman.
Fase Rehabilitasi & Rekonstruksi (Februari – Juli 2026): Perbaikan rumah warga yang hanyut/rusak serta penguatan mitigasi bencana jangka panjang agar masyarakat lebih tangguh di masa depan.
Peningkatan Kapasitas dan Kolaborasi
Selain penanganan fisik, Muhammadiyah menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, individu, dan kelompok masyarakat dalam sistem penanggulangan bencana yang terpadu. Peningkatan kemampuan tim evakuasi, tim psikososial bagi kelompok rentan, serta tim pendamping pendidikan saat darurat menjadi fokus utama guna memastikan hak-hak warga tetap terpenuhi di tengah bencana.
Bagi masyarakat yang ingin bergabung menjadi relawan atau memantau informasi koordinasi, MDMC menyediakan jaringan posko di berbagai wilayah, termasuk 5 lokasi strategis di Sumatera Utara dan 8 lokasi di Aceh sebagai bagian dari jaringan siaga bencana regional. (faisal amri al-azhari)

