MENULIS ITU PERLU
Oleh : Hasan Bakti Nasution
“Bacalah”, begitu perintah pertama ayat pertama al-Qur’an, sebagaimana terekam dalam surat al-‘Alaq/30: 1-4. Teks lengkapnya ialah: “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah Menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia. Yang Mengajari manusia dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”.
Begitulah al-Qur’an selalu menggunakan satu kata untuk dua perintah, yaitu dengan perintah membaca sekaligus melakukan perintah menulis. Seolah al-Qur’an berkata “jika ingin membaca sesuatu tulislah tentang sesuatu”. Intinya ialah, perlu adanya aktifitas menulis. Itulah yang menjadi aspirasi yang dituangkan dalam tulisan ini, sesuai judul di atas “menulis itu perlu”.
Tulisan itu perlu, karena sebuah tulisan akan bercerita mengenai masa lalu, berkat tulisanlah kita mengetahui masa lalu. Banyak ulama terkenal dan kurang terkenal karena tulisan terkait mereka. Ambillah contoh Imam al-Ghazali, adalah ulama terkenal, selain keilmuannya yang luar biasa juga terkait dengan banyaknya tulisan beliau. Sangkin banyaknya, terdapat buku yang khusus mencatat semua karya beliau, yaitu Al-Mu’allafat al-Ghazaliy (karya-karya Imam Ghazali).
Terkait karya beliau, dapat dikelompokkan kepada tiga klassifikasi, yaitu karya asli beliau, karya murid beliau lalu ditashhih beliau dan kemudian dijadikan sebagai karyanya, dan karya-karya yang dikaitkan dengan beliau, padahal belum tentu karya beliau. Semua klassifikasi itu terkait, sekali lagi, dengan aktifitas “menulis”.
Dari pesan inilah kemudian muncul berbagai teori dan ungkapan, misalnya “tulislah apa yang dipikirkan, dan kerjakanlah apa yang ditulis”. Dalam penyusunan suatu kebijakan dikenal namanya “naskah akademik”, yaitu data tertulis mengenai suatu kebijakan yang akan diambil. Dalam kebijakan publik dikenal tiga unsur dan proses, yaitu konsep, narasi, dan pelaksanakan.
Konsep yaitu gambaran utuh mengenai suatu secara rasional. Narasi ialah pernyataan tertulis mengenai konsep tersebut, dan pelaksanaan ialah aplikasi dalam bentuk tindakan berdasarkan narasi yang ditulis. Ketiganya menyatu secara utuh sehingga dapat terukur.
Dalam dunia akademik, otoritas keilmuan seseorang ditentukan oleh karyanya. Misalnya, si A dikukuhkan sebagai ilmuan yang menangani suatu bidang ilmu tertentu. Pertanyaan pertama ialah “apa saja karya beliau tentang bidang tersebut”, baik buku maupun jurnal.
Alhamdulillah dengan kemajuan teknologi, menulis suatu ide walaupun yang belum utuh dapat secara mudah diabadikan melalui komputer, bahkan yang lebih simpel laptop atau Hp sendiri. Jika ada perubahan akan secara mudah diedit kembali. Jika sudah selesai bisa disimpan dalam bentuk file khusus, atau jika takut hilang bisa dalam bentuk data abadi seperti di email, face book, dan sebagainya.
Bayangkan dengan ilmuan dulu, harus tulis tangan sendiri, jika salah dicoret llau dibetuli di bawah atau di samping. Kemudian naskah itu harus disimpan dalm lemari atau rak buku yang harus terjaga. Kini semua itu, hanya sebuah cerita yang mungkin aneh bagi generasi depan.
Dari semua gambaran di atas, nampaknya betullah bahwa “menulis itu perlu”. Awal 2021 adalah momen yang baik untuk memulai rencana besar setahun ke depan dan setersunya. Selamat menulis…!!!
Penulis, Prof. Dr. Hasan Bakti Nasution, Guru Besar UINSU
