Kolom Dr. Junaidi : Syawal, Momentun Peningkatan Amal

Oleh: Dr.  Junaidi MSi

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَاكَاتُهُ
اَلْحَمْدُللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِأَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ  يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَمُضِلَ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لآ إِلَهَ اِلآّ اَللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ  وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْ لُهُ وَلآنَبِىَ بَعْدَهُ. اُوْصِيكُمْ عِبَادَ اللهِ وَاِيآيَ بِتَقْوَي اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْن.
اَلله اَكْبَرُ, اَلله اَكْبَرُ. لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ. اَللهُ اَكْبَرُ كَبِيْرَا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرَا وَسُبْحَان للهِ بُكْرَةَ وَاَصِيْلاَ, لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ, اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ.

Allahu Akbar, wa lillahilh hamd Dengan bersyukur ke hadirat Allah SWT atas karunia dan rahmat-Nya pagi hari yang berbahagia ini kita menyambut kedatangan hari yang agung, hari raya fitri, hari raya kemuliaan dan kesucian.

Dengan rasa haru dan penuh ikhlas, kita semua melepas bulan Ramadhan, bulan yang luhur dan mulia yang dipenuhi dengan ampunan dan karunia. Kita bertakbir, mengagungkan Allah SWT dan menyucikan-Nya dengan bertasbih, menyucikan dari segala sesuatu yang tidak layak pada-Nya. Takbir, tahlil dan tahmid silih berganti, berkumandang di angkasa raya diucapkan dengan lisan yang fasih dengan penuh keikhlasan dan kepasrahan.

Kita sudah masuk bulan Syawwal bermakna peningkatan. Saya menyebutnya sebagai bulan pembuktian.  Kalau selama Ramadhan kita mend apatkan DikLat (Pendidikan dan Latihan), maka mulai dari bulan Syawwal sampai bertemu dengan Ramadhan berikutnya adalah saatnya membuktikan hasil dari DikLat yang Allah berikan pada kita.

Diantara yang harus meningkat adalah:
Pertama, Rajin Memakmurkan Masjid. Selama Ramadhan, banyak agenda yang sengaja dirancang oleh pengurus (takmir masjid) untuk mengundang umat Islam agar mau datang ke masjid. Diantaranya shalat Tarawih/witir berjamaah, pengajian Ramadhan sebelum tarawih, tadarrus, dan di akhir Ramadhan, ada juga program i’tikaf.

Kedua: , Sabar. Melalui ibadah puasa ramadhan, umat Islam sebenarnya di-didik oleh Allah SWT untuk menjadi pribadi yang sabar, baik dalam ucapan maupun dalam perilaku.  Perhatikan hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh dari  Abu Hurairah  yang artinya: “Sesungguhnya puasa itu bukan menahan dari makan dan minum saja, hanyalah puasa yang sebenarnya adalah menahan dari laghwu (ucapan sia-sia) dan rafats (ucapan kotor), maka bila seseorang mencacimu atau berbuat tindakan kebodohan kepadamu katakanlah: ‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa’. (hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim).

Dalam hadits di atas, Rasulullah SAW menjelaskan kepada kita bahwa ketika seseorang sedang berpuasa maka hendaklah ia mampu menahan mulutnya dari ucapan kotor dan sia-sia. Dan seandainya ada seseorang yang mencaci dan mengajak berkelahi maka kita dianjurkan agar tidak meladeni (menanggapi) ajakan atau tantangan itu. Akan tetapi hendaklah kita jawab saja dengan  “aku sedang berpuasa”.

Ketiga: Taat.  Puasa yang kita lakukan sebulan lamanya merupakan cara yang diberikan Allah untuk melatih ketaatan. Saya katakan demikian karena ketika sedang berpuasa, seseorang tidak akan mau makan dan minum, walaupun dia merasakan lapar dan dahaga. Padahal makanan dan minuman itu halal dan tidak ada orang yang menyaksikannya.  Orang yang berpuasa  akan menahan dirinya dari syahwat seksualnya walaupun dengan istrinya.  Padahal istrinya itu merupakan perempuan yang sudah halal baginya.

Keempat:   Jujur/benar. Puasa yang dilakukan selama sebulan lamanya  adalah dalam rangka mendidik kita menjadi pribadi yang jujur. Mari perhatikan hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan dari Abu Hurairah yang artinya; “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan suka mengerjakannya, maka Allah tidak perlu dengan puasanya itu (dengan meninggalkan makan dan minumnya)” .
Dalam hadits tersebut  Rasulullah SAW menjelaskan bahwa puasa yang kita lakukan tidak dibutuhkan oleh Allah (tidak ada nilainya di hadapan Allah) jika  kita tidak mampu meninggalkan perkataan bohong/dusta.  Bohong/dusta tidak hanya dilarang saat puasa.

Kita tidak boleh berkata bohong kapanpun dan di manapun. Dengan menahan diri dari berbohong selama sebulan lamanya, mudah-mudahan setelah selesai puasa kita mampu menjadi orang yang jujur dalam kehidupan ini. Marilah kita jadi pribadi yang jujur, karena kejujuran  disamping simbol keberhasilan puasa, juga dapat mengantarkan kita ke dalam surga dan sumber segala kebaikan.
Akhirnya, marilah kita berdoa, semoga Allah memberikan kekuatan pada kita untuk tetap bisa mempertahankan dan meningkatkan kebaikan-kebaikan yang kita lakukan selama Ramadhan.

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ.
اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعاً مَرْحُوْماً، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقاً مَعْصُوْماً، وَلا تَدَعْ فِيْنَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُوْماً.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنْ تَرْزُقَ كُلاًّ مِنَّا لِسَاناً صَادِقاً ذَاكِراً، وَقَلْباً خَاشِعاً مُنِيْباً، وَعَمَلاً صَالِحاً زَاكِياً، وَعِلْماً نَافِعاً رَافِعاً، وَإِيْمَاناً رَاسِخاً ثَابِتاً، وَيَقِيْناً صَادِقاً خَالِصاً، وَرِزْقاً حَلاَلاً طَيِّباً وَاسِعاً، يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ.
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوْفَهُمْ، وَأَجمع كلمتهم عَلَى الحق، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظالمين، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ لِعَبادك أجمعين.
اللَّهُمَّ رَبَّنَا اسْقِنَا مِنْ فَيْضِكَ الْمِدْرَارِ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الذَّاكِرِيْنَ لَكَ في اللَيْلِ وَالنَّهَارِ، الْمُسْتَغْفِرِيْنَ لَكَ بِالْعَشِيِّ وَالأَسْحَارِ.
اللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاء وَأَخْرِجْ لَنَا مِنْ خَيْرَاتِ الأَرْضِ، وَبَارِكْ لَنَا في ثِمَارِنَا وَزُرُوْعِنَا يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ.
رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ.