Medan Bergumul Strategi Atasi Banjir
Oleh Arifulhaq A, S.Pd.,M.Hum.
Di keheningan malam, sayup-sayup terdengar desis air. Dan benar saja, aku mendengar teriakan tetanggaku. “Air,Air,..! Banjir..Banjir…!Ayo…keluar…!” Dengan sigap aku tarik isteriku yang sedang lelap dan menggendong anakku usia 1 tahun yang masih tidur.
Alhamdulillah, kami selamat dan dari dataran yang tinggi kami sekeluarga menyaksikan rumah kami dan rumah tetangga terbawa arus sungai yang sangat dahsyat. Selanjutnya, kesedihan yang terbaru adalah sekeluarga hanyut dan meninggal dalam mobil. (Cuplikan banjir yang dialami warga Medan pada 4 Desember 2020 dan 28 Pebruari 2022)
Peristiwa beruntun saat banjir ini meninggalkan pilu mendalam bagi warga. Apabila mendekati akhir tahun, maka warga yang berada di bantaran sungai berharap-harap cemas agar sungai tidak meluap. Waktu berlalu, pemerintah berganti namun persoalan banjir tidak selesai juga.
Lantas, masyarakatpun mempertanyakan kesigapan aparatur pemerintah dalam hal ini Pemko Medan dan Pemkab Deli Serdang apakah “keduanya” sudah pernah duduk bersama mencari titik utama masalah banjir ini.
Medan yang terdiri dari 21 Kecamatan dan dilintasi 12 sungai memang sangat rentan ketika musim hujan tiba. Kualitas drainase, parit-parit tumpat, gundukan tanah yang diletakkan sembarangan, perbaikan pipa (air,telepon,listrik) yang tak kunjung selesai menjadi penyebab utama banjir di dalam kota Medan.
Selain itu, pendangkalan sungai, tanggul jebol,penggundulan hutan di bagian hulu juga menambah beban eskalasi banjir yang terjadi tiba-tiba melanda.
Jenis-Jenis Banjir
Berkenaan dengan banjir yang sering melanda di seluruh dunia, European Union (2009, 6) mengkategorikan beberapa tipe banjir, yaitu (1) Banjir inter (spring) dengan mencairnya salju,
(2) Banjir es,
(3) Banjir musim panas karena hujan permanen – banjir yang terjadi dengan curah hujan yang lebih intensif dalam jangka panjang; Agregat curah hujan sangat tinggi, melebihi kemampuan retensi kapasitas lembah sungai sehingga air tidak tertampung lagi. Kondisi semakin memburuk oleh perluasan wilayah hujan yang meluas,
(4) Banjir deras musim panas (flash) – yang disebabkan oleh hujan deras. Selama puluhan menit hingga beberapa jam, curah hujan terjadi dalam area lokal yang terbatas, yang melampaui bahkan 100 mm,
(5) Banjir khusus – banjir yang terjadi sehubungan dengan kecelakaan fasilitas hydrotechnical; ledakan kolam atau bendungan menjadi penyebab yang paling sering terjadi.
Strategi Integratif dan komprehensif
Sekilas dalam sejarah, pada masa Orde Baru (Pak Harto), setiap bencana terjadi di sudut wilayah negeri ini, penanganannya begitu cepat ditangani.
Seluruh elemen pemerintah, TNI, Polisi, dibantu oleh masyarakat begitu cekatan membangun tanggul darurat untuk menghalangi laju air dan memberikan bantuan pangan dan sandang.
Tradisi menyalurkan bantuan kepada saudara-saudara kita yang terkena dampak bencana/banjir hingga saat ini memang masih berlanjut akan tetapi dengan model dan gaya yang mirip satu sama lainnya.
Mari kita perhatikan ketika bencana banjir. Individu atau kelompok tiba-tiba muncul di lokasi dan menjadikannya sebagai trending topic di media. Hal ini seolah menjadi kebanggaan bagi kelompok tertentu bahwa merekalah yang paling peduli dan berkontribusi menolong.
Hingga saat ini, baik pemerintah pusat maupun daerah sepertinya belum berhasil menemukan solusi yang mumpuni untuk menyelesaikan masalah ini. Peristiwa air meluap alias banjir seolah menjadi tradisi akhir tahun. Rasanya tinggal di kawasan langganan banjir tidak lengkap bila tak merasakan banjir. Pokoknya tak top lah disebut orang Medan kalau tak pernah merasakan pahitnya banjir.
Padahal sebagai peristiwa yang sudah berulang hampir setiap tahun, banjir seharusnya bisa ditanggulangi dengan sistem yang baik dan terintegrasi sehingga tidak lagi menjadi topic trending mencekam dan kegagalan kolektif.
Belajar dari Negeri Lain
Untuk mengatasi banjir ini, negeri kita-Indonesia cq. Pemerintah Daerah sepertinya harus banyak belajar dari negara lain yang sudah berhasil mengatasi permasalahan serupa.
Sebagai contoh secara internasional, ada 4 (empat) kota yang telah berhasil menerapkan model dan solusi mengatasi banjir, diantaranya :
a.Kota Curitiba,Brazil menerapkan konsep radial linear branching pattern. Teknologi ini fokus pada penataan lahan untuk menciptakan kota yang lebih tertib dan bersih. Pemerintah merelokasi pemukiman, industri, dan pusat perekonomian ke wilayah yang sudah diperhitungkan. Kemudian area yang rawan banjir di perkotaan diubah menjadi lahan terbuka hijau. Selain itu juga dibangun danau-danau buatan untuk menampung air hujan.
b.Kota Tokyo, Jepang dengan menerapkan konsep “Deep Tunnel Tokyo” kota yang memiliki terowongan tanah komplit : drainase kota, pipa air minum, dan pipa gas yang semua ada di bawah permukaan tanah.
c.Kota Kuala Lumpur,Malaysia menggunakan konsep SMART (Stormwater Management and Road Tunnel), proyek pemerintah, namun pengerjaannya dilakukan oleh pihak swasta. Proyek SMART mencakup beberapa sub proyek sebagai berikut: Pembangunan twin box outlet structure, dan Pembangunan kolam untuk menampung air hujan Pembangunan by pass tunnel atau terowongan yang panjangnya mencapai 9,7 Km. Kolam serta terowongan tersebut mampu menampung volume air mencapai 3 juta meter kubik.
d.Kota Bangkok,Thailand menerapkan “monkey face” membangun penampungan air di 21 titik. Ketika musim kemarau, air tersebut bisa dimanfaatkan oleh masyarakat dan pada musim hujan air sebanyak 3 juta kubik bisa tertampung
Kebijakan Pemerintah
Bencana merupakan peristiwa yang tak diinginkan oleh siapapun karena adanya yang meninggal dunia, kerusakan lingkungan dan harta benda.
Dalam konteks bencana banjir, kerentanan tersebut dapat berupa adanya pemukiman dekat dengan sungai yang dangkal.
Untuk mengurangi dampak banjir, Pemerintah bersama masyarakat biasanya melakukan hal-hal berikut:Evakuasi masyarakat di sekitar wilayah banjir, menyediakan peralatan yang akan digunakan untuk evakuasi, menyediakan tempat evakuasi sementara, menyediakan kebutuhan dasar,memberbaiki tanggul (dan lain-lain) yang jebol bila ada.
Selain itu, upaya pemerintah untuk mengurangi dampak banjir bencana banjir antara lain: Menjaga lingkungan sekitar,hindari membuat rumah di pinggiran sungai, melaksanakan program tebang pilih dan reboisasi,membuang sampah pada tempatnya, rajin membersihkan saluran air, memperbanyak dan menyediakan lahan terbuka untuk membuat lahan hijau untuk penyerapan air.
Selanjutnya langkah-langkah sistematis guna memberikan perlindungan dan meningkatkan kepedulian sosial terhadap banjir, termasuk prediksi dan layanan peringatan dari kemungkinan kualitas tertinggi (Republika, 4 Desember 2020).
Simpulan Dan Saran
Strategi penanganan banjir di kota khususnya Medan sangatlah penting direalisasikan segera mengingat dampaknya sangat membekas bagi warga Medan. Rumah dan harta yang bertahun-tahun dikumpulkan akhirnya lenyap seketika pada saat air menunjukkan taringnya. Kita tentu tidak menginginkan korban semakin banyak berjatuhan hampir setiap tahun.
Peningkatan kerja sama dengan instansi pemerintah baik pusat maupun provinsi dan kabupaten tetangga serta pihak lain untuk mendukung pencapaian visi misi pemerintah. Kerja sama yang selama ini berjalan baik perlu ditingkatkan mengingat penanganan banjir tidak dapat dilakukan sendiri oleh pemerintah kota Medan.
Berbagai keterbatasan yang dimiliki oleh kota Medan dapat diatasi dengan kerja sama yang dilakukan terhadap pihak-pihak yang memiliki kemampuan.
Selain itu sosialisasi kepada masyarakat terkait regulasi serta masterplan drainase untuk meningkatkan partisipasi masyarakat perlu ditingkatlkan sehingga masyarakat benar-benar dilibatkan dan tersadarkan agar tetap betapa menjaga lingkungan dan mentaati peraturan pemerintah.
Gerakan lingkungan sehat berorientasi konservasi dan gerakan organisasi- organisasi non-pemerintah lebih bersifat lokal harus aktif menjadi mitra pemerintah untuk berkontribusi terhadap masyarakat sehingga manfaatnya dapat dirasakan (baik secara langsung maupun tidak langsung).
Dari ke-empat model yang ditampilkan dalam tulisan ini barangkali pemerintah kota Medan bisa mencontoh salah satu atau mengkombinasikannya untuk mengatasi banjir yang selama ini menyisakan duka nestapa bagi warga kota. Semoga !
*Penulis adalah Dosen FKIP UMSU Medan /SMK Negeri 1 Pancur Batu Deli Serdang, Wakil Ketua PD Muhammadiyah Deli Serdang, Mahasiswa Program Doktor LTBI UNIMED Medan dan Aktivis Sosial.

