Metode Nasihat ala Mba Socrates untuk Anak Muda
Oleh Adam Chairivo
Setiap manusia pasti mengalami dinamika dan dialektika yang berbeda-beda dalam kehidupan sehari-harinya. Tak terkecuali kehidupan amak muda yang penuh dengan banyak hal yang menjadi misteri dan harus dicari seperti tentang nanti ingin menjadi apa, bagimana dan seperti apa, membuat mereka terjebak pada proses kehidupan yang agak rumit untuk dijalani. Salah mengambil keputusan, melakukan hal-hal konyol dan melakukan tindakan kenakalan remaja rasanya sudah menjadi makanan sehari-hari bagi siapa saja yang mengalami transisi remaja menuju dewasa. Namun hal ini terkadang tidak dimengerti oleh kebanyakan orang tua yang menganggap kenakalan di masa muda adalah sebuah kegagalan dan harus dihempaskan bahakan dimusnahkan. Lalu apakah mereka para orang tua tidak pernah menjadi muda? Tentu saja pernah, namun eranya berbeda.
DOSA DAN SALAH ANAK MUDA HARUS DIDEWASAKAN
Banyak faktor yang melatarbelakangi beberapa anak muda melakukan kesalahan, salah satunya adalah faktor lingkungan. Lingkungan sangat berpengaruh dalam proses tumbuh kembang anak muda yang pada dasarnya sedang mencari jati diri. Jika lingkunganya baik maka keseharianya akan terlihat baik, namun tidak terlepas suatu saat akan mengalami kesalahan dan begitupun sebaliknya. Kesalahan yang dibuat oleh anak muda merupakan suatu pelajaran hidup yang berharga jika mereka benar-benar mahfum dengan hikmah yang ada dibalik kejadianya.
Kalau seperti ini saya teringat dengan salah satu penggalan kalimat yang bernada, “Biarlah aku hidup dalam gelimang api dosa, sebab terkadang melalui dosa yang dihikmati, seorang manusia bisa belajar dewasa.” Kalimat tersebut berasal dari Nida Kirani dalam buku Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur karya Muhidin M. Dahlan. Kata-kata Nida ini dapat menjadi pelajaran untuk setiap anak muda harus bisa mentrasformasikan kesalahan atau dosa yang dilakukan di masa muda menjadi sebuah kedewasaan atau pelajaran hidup dihari berikutnya. Jadi wajar saja jika anak muda melakukan banyak kesalahan dan tidak perlu dikhawatirkan karena hal ini dapat bermanfaat bagi keberlangsungan hidup di masa yang akan datang dengan syarat dapat menghambil hikmah pada kejadian yang hadir pada dirinya.
ORANG TUA DAN METODE MBAH SOCRATES
Orang tua yang saya maksud di sini tidak harus orang tua yang ada di rumah, bisa jadi yang ada di luar rumah, seperti, guru, dosen dan lain sebagainya. Lalu bagaimana semestinya orang tua – orang tua ini dalam menindak lanjuti si anak muda yang melampaui batas itu? Kalau menurut saya resepnya simpel bin mudah saja, anak muda itu ingin dimengerti dan dipahami sampai situ cukup. Jika mereka melakukan kesalahan dan tindakan yang konyol sehingga dapat merepotkan kalian cukuplah dengan nasihati dengan kalimat-kalimat yang arif dan jika perlu memakai metode Mbah Socrates. Rasanya tidak usah dijelaskan lagi siapa itu Mbah Socrates karena yang patut kita pelajari adalah metode menasihati yang dicetuskanya yaitu kita tidak boleh mulai menasihati seseorang atas dasar keinginan kita, dan harus mengarahkannya pada tujuanya walaupun dengan metode yang berbeda. Pastikan orang yang dinasihati mengatakan “Ya,Ya” dan jangan sampai mengatakan kata “Tidak” jika tidak ingin metode ini gagal. Karena satu kata “Tidak” dapat merusak dan membuat cacat dalam menasihati dan merupakan bagian yang paling sulit.
Kita dapat contohkan dengan anak muda yang melakukan kenakalan remaja seperti mabuk-mabukan. Setelah tersedar dari mabuknya para orang tua dapat mempraktikan metode yang sudah saya jelaskan diatas seperti mempertanyakan pelbagai hal dengan tetap sesuai prosedur “Ya,Ya”. Seperti :
“Perihal mabuk-mabukan yang kamu lakukan pasti menambah pertemanan di lingkaran yang sama?”
Pasti si anak muda akan menjawab “Ya, tentu saja”
“lalu apakah setelah sadar dari mabuk, kamu merasa mual dan tidak enak badan dan kesulitan beraktivitas sehingga menjadi tidak produktif?”
Si anak muda akan menjawab “Ya, tentu saja”
“Apakah kamu tidak ingin menjadi produktif, dan memiliki tubuh yang bugar? Tidak seperti ini, terlihat lesu dan berantakan”
Anak muda pasti menjawab “Ya, saya ingin”
“lalu bukankah ide yang bagus jika kamu berhenti mabuk-mabukan lagi jika keinginanmu seperti itu?”
Dan tentu anak muda itu akan menjawab “Ya, itu merupakan ide yang bagus”
Metode ala Socrates ini mengajukan pertanyaan yang mau tidak mau lawan bicaranya untuk setuju. Setelah menggenggam penuh “Ya”.
Dengan pendekatan seperti ini biasanya para anak muda yang pada dasarnya memiliki api yang sangat besar akhirnya padam akibat ditawarkan dengan pelbagai macam pertanyaan yang mengharuskanya untuk meniyakan apa yang sebenarnya tak ia sadari keberadaanya.
Memang kenakalan di masa muda adalah hal yang biasa karena memang sudah semestinya seperti itu, tapi pengawasan orang tua harus tetap ada supaya anak tadi tidak kebablasan dan mampu belajar dari kesalahan atas dasar kesadaran dengan cara yang baik dan formulasi yang baik.
Penulis, Adam Chairivom Ketua PK IMM Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMSU

