Khutbah Jum’at: Menjemput Peradaban Islam
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللّٰهُـمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللّٰه، أُوْصِيْنِيِ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللّٰه، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. وَقَالَ تَعَالَى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Jama’ah Rahimakumullah
Ketika kita menelusuri sejarah, akan kita jumpai bahwa Islam pernah berada di masa keemasannya dengan memimpin peradaban manusia selama kurang lebih 4 abad di era dinasti Abbasiyah, yaitu sekitar abad ke 7-10 masehi. Pada masa itu banyak kemajuan besar dalam ilmu pengetahuan. Bahkan kekuasaan Islam saat itu juga menyebar ke berbagai wilayah, termasuk Asia Tengah, Afrika Utara, dan sebagian Eropa.
Diantara faktor kunci yang menyebabkan kemajuan peradaban Islam saat itu adalah
Terdapat Pusat Ilmu dan Pembelajaran di kota Baghdad yang didukung sepenuhnya oleh pemerintah. Pusat pembelajaran itu dinamakan Baitul Hikmah (Rumah Kebijaksanaan) yang berfungsi sebagai pusat penelitian dan proyek penerjemahan, di mana banyak karya-karya Yunani, Persia, dan India diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.
Pada masa itu ilmuan dan ilmu pengetahuan sangat dihargai. Narasi yang cukup populer dari bentuk penghargaan itu adalah penerjemah buku di Baitul Hikmah akan mendapatkan emas seberat buku yang diterjemahkan. Dukungan ini memungkinkan para cendekiawan dan penerjemah untuk bekerja secara penuh waktu. Walaupun ada yang berpendapat itu hanya sebuah anekdot, namun hal itu adalah mencerminkan betapa sangat dihargainya pekerjaan penerjemahan dan intelektual pada masa itu.
Jama’ah Rahimakumullah
Dalam buku “Knowledge Triumphant” (Kejayaan Pengetahuan) seorang orientalis bernama Franz Rosenthal mengamati bahwa peradaban Islam pada dasarnya adalah dicirikan oleh ilmu pengetahuan (al-‘ilmu), karena ilmu pengetahuan (al-‘ilmu) adalah salah satu konsep yang telah mendominasi Islam dan membentuk peradaban Muslim.
Hal ini terjadi karena dalam Agama Islam ilmu mendapat perhatian yang sangat besar bahkan wahyu yang pertama turun kepada Nabi Muhammad SAW adalah perintah untuk membaca dan membuka cakrawala pengetahuan. Sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam QS. al-‘Alaq ayat pertama:
اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ
Artinya: “Bacalah olehmu dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.”
Jama’ah Rahimakumullah
Budaya produksi ilmu pengetahuan inilah salah satu faktor yang menjadi tantangan dan hambatan umat Islam dalam menjemput kembali peradaban emasnya. Di beberapa negara muslim, sistem pendidikan tidak sepenuhnya memadai untuk mendukung penelitian dan pengembangan ilmiah. Kurikulum yang lebih fokus pada hafalan daripada keterampilan analitis dan kritis dapat membatasi inovasi peserta didik.
Di sisi lain ketidakstabilan politik dan konflik di beberapa wilayah Muslim juga menjadi faktor mengganggu aktivitas ilmiah dan penelitian ilmu pengetahuan. Kondisi ini seringkali mengalihkan perhatian umat Islam dari pengembangan ilmu pengetahuan ke masalah mendesak lainnya.
Jama’ah Jum’at Rahimakumullah
Dalam Kitab Muqaddimah, Ibn Khaldun mengemukakan bahwa sejarah seringkali mengikuti pola atau siklus yang berulang. Ia berpendapat bahwa masyarakat dan peradaban cenderung mengalami siklus perkembangan, kemajuan, kemunduran, dan keruntuhan yang dapat berulang seiring waktu.
Oleh karena itu, khutbah ini bukan semata euforia pada kejayaan Islam di masa lampau semata, akan tetapi seruan kepada kita semua untuk kembali menjemput peradaban emas Islam dengan dua cara utama.
Pertama, menguatkan aqidah umat Islam dengan cara merangkul generasi muda penerus agama Islam untuk senantiasa dekat kepada al-Quran, Hadis, masjid, dan ulama. Kedua, reformasi pendidikan. Menguatkan kembali tradisi produksi Ilmu Pengetahuan dengan meningkatkan sistem pendidikan untuk fokus pada keterampilan analitis, penelitian, dan inovasi. Bukan sekedar hafalan.
Jama’ah Jum’at Rahimakumullah
Sebagai penutup dari khutbah pertama ini, khatib menegaskan bahwa agama Islam dan ilmu pengetahuan adalah dua kekuatan yang tidak bertentangan bahkan bersinergi untuk terciptanya kemajuan. Agama adalah revolusi batiniyah, sedangkan ilmu pengetahuan adalah revolusi lahirian. Agama bermanfaat memperindah jiwa dan perasaan. Ilmu Pengetahuan bermanfaat untuk memperindah akal dan pikiran.
Dari perpaduan agama dan ilmu pengetahuan inilah, insyaAllah agama Islam mampu memiliki kekokohan budaya dan masa kejayaan. Sebagaimana janji Allah dalam Surat al-Mujadilah ayat 11:
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Artinya: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.“
Semoga kita bisa menjadi figur yang berperan dalam menjemput peradaban emas tersebut.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Khutbah Kedua
اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُـمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ. اَللهُمَّ اِنَّا نَسْئَلُكَ سَلاَمَةً فِى الدِّيْنِ وَعَافِيَةً فِى الْجَسَدِ وَزِيَادَةً فِى الْعِلْمِ وَبَرَكَةً فِى الرِّزْقِ وَتَوْبَةً قَبْلَ الْمَوْتِ وَرَحْمَةً عِنْدَ الْمَوْتِ وَمَغْفِرَةً بَعْدَ الْمَوْتِ. اَللهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا فِىْ سَكَرَاتِ الْمَوْتِ وَالنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ وَالْعَفْوَ عِنْدَ الْحِسَابِ .رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ. رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. والحمد لله رب العالمين.
(Sumber: Suara Muhammadiyah)