• Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
Infomu
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
No Result
View All Result
Infomu
No Result
View All Result
Kemiskinan dan Iman yang Retak: Al-Qur’an Meluruskan Persepsi yang Keliru

Kemiskinan dan Iman yang Retak: Al-Qur’an Meluruskan Persepsi yang Keliru

Syaiful Hadi by Syaiful Hadi
14 Oktober 2025
in Kabar
0

Kemiskinan dan Iman yang Retak: Al-Qur’an Meluruskan Persepsi yang Keliru

Di banyak tempat di negeri ini, kemiskinan masih menjadi wajah yang paling tua di antara semua wajah penderitaan. Namun, di mata sebagian orang, kemiskinan justru dimuliakan—dilihat sebagai jalan penyucian jiwa. Seolah papa adalah tanda suci, dan miskin adalah jalan menuju surga.

Pandangan itu, kata Quraish Shihab dalam Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat (Mizan, 1996), adalah salah satu kekeliruan mendasar dalam cara sebagian umat memaknai ajaran Islam. “Langkah pertama yang dilakukan Al-Qur’an adalah meluruskan persepsi yang keliru tentang kemiskinan,” tulisnya.

Dalam sejumlah ayat, Al-Qur’an justru mendorong manusia untuk mencari fadhlullah — kelebihan rezeki dari Allah.

“Apabila telah selesai shalat (Jumat), maka bertebaranlah di bumi dan carilah karunia Allah.” (QS Al-Jumu’ah [62]: 10).

Kecukupan bahkan disebut sebagai anugerah Tuhan kepada Nabi Muhammad ﷺ:

“Bukankah Allah mendapatimu miskin, lalu Dia menjadikanmu berkecukupan?” (QS Adh-Dhuha [93]: 8).

Jika kemiskinan adalah keutamaan, tentu ayat ini tidak menempatkan kekayaan sebagai anugerah. Dalam pandangan Al-Qur’an, kekayaan bukanlah lawan dari kesalehan — yang berdosa bukan memiliki, melainkan melupakan.

Rasulullah sendiri berdoa: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kekufuran dan kefakiran.” (HR Abu Dawud).

Dalam riwayat lain: “Hampir saja kefakiran membawa kepada kekufuran.” (HR Ibnu Majah).

Kefakiran dalam pandangan Nabi bukan simbol kesalehan, tapi kondisi yang berisiko mengguncang iman dan martabat manusia.

Kerja: Ibadah dan Martabat

Islam memandang kerja bukan sekadar aktivitas ekonomi, tapi ibadah sosial. “Jalan pertama dan utama yang diajarkan Al-Qur’an untuk mengentaskan kemiskinan adalah kerja,” tulis Quraish Shihab.

Ayat-ayat suci menegaskan pentingnya bekerja dan berusaha: “Apabila engkau telah menyelesaikan satu pekerjaan, maka kerjakanlah dengan sungguh-sungguh pekerjaan yang lain.” (QS Al-Insyirah [94]: 7–8).

Sosiolog Muslim klasik Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah-nya menjelaskan, naluri kepemilikan mendorong manusia untuk bekerja. Hasil kerja yang mencukupi disebut rizq, sementara kelebihan disebut kasb (hasil usaha). “Kerja dan usaha,” tulis Ibnu Khaldun, “adalah dasar utama kemakmuran, dan meninggalkannya berarti melawan naluri kemanusiaan.”

Rasulullah SAW bahkan menegaskan martabat kerja keras: “Salah seorang di antara kalian mengambil tali lalu membawa kayu bakar dan menjualnya, itu lebih baik daripada meminta-minta kepada orang lain.” (HR Bukhari).

Zakat dan Keadilan Sosial

Namun kerja saja tak cukup. Islam menegakkan struktur ekonomi berbasis kewajiban sosial: zakat, sedekah, dan tanggung jawab keluarga.

“Dalam harta mereka terdapat hak bagi orang miskin yang meminta dan yang tidak meminta.” (QS Adz-Dzariyat [51]: 19).

Zakat, dalam pandangan Quraish Shihab, bukanlah amal sukarela melainkan hak sosial yang wajib ditunaikan. Ia bukan sekadar kedermawanan, tetapi mekanisme keadilan. Pemerintah pun, dalam pandangan Islam klasik, memiliki kewenangan untuk memaksa penunaian zakat sebagai bentuk distribusi kekayaan.

Sosiolog Islam Muhammad Baqir al-Sadr, dalam Iqtisaduna (1961), menulis bahwa zakat adalah “sistem pengaman sosial yang menjamin kesinambungan ekonomi tanpa mematikan produktivitas.” Dengan kata lain, Islam menolak kesenjangan struktural, tetapi juga menolak komunisme yang menghapus kepemilikan pribadi.

Negara dan Amanah Sosial

Islam tidak hanya menyerahkan pengentasan kemiskinan pada kesadaran individu. Pemerintah—sebagai khalifah di muka bumi—memiliki kewajiban konstitusional untuk menjamin kebutuhan dasar rakyat.

“Hendaklah orang yang mempunyai kelapangan memberi nafkah sesuai kelapangannya.” (QS At-Thalaq [65]: 7).

Quraish Shihab menegaskan, negara harus hadir sebagai penjamin kesejahteraan publik, melalui kebijakan pajak, pengelolaan zakat, dan perlindungan terhadap kelompok rentan. Tanpa itu, solidaritas hanya menjadi slogan.

“Tahukah kamu orang yang mendustakan agama? Itulah yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.” (QS Al-Ma’un [107]: 1–3).

Menemukan Keseimbangan: Antara Qana’ah dan Ambisi

Islam mengenal konsep qana’ah—merasa cukup dengan yang ada. Tapi, kata Quraish Shihab, qana’ah bukan berarti nrimo atau pasrah pada kemiskinan. Qana’ah adalah sikap setelah berusaha maksimal dan ridha dengan hasil yang halal.

Dalam bahasa Quraish Shihab yang lembut tapi tajam:

“Seseorang tidak dapat menyandang sifat qana’ah kecuali setelah melalui tahap bekerja, berusaha, memiliki, dan rela memberi.”

Artinya, Islam menolak kemiskinan yang dipelihara, tapi menghormati kesederhanaan yang sadar,

Jadi, bagi Islam, kemiskinan bukan sekadar urusan ekonomi, tapi moral dan politik. Ia adalah cermin sejauh mana masyarakat menegakkan keadilan sosial. Karena itu, Al-Qur’an menegur keras mereka yang beribadah tapi abai terhadap realitas sosial:

“Celakalah orang-orang yang shalat, tapi lalai terhadap orang miskin.” (QS Al-Ma’un [107]: 4–7).

Kemiskinan, dalam pandangan Islam, bukan takdir yang harus diterima—melainkan kondisi yang harus diperangi, dengan kerja, zakat, dan keadilan.
Sebab di hadapan Tuhan, kemuliaan manusia tidak diukur dari harta yang ia miliki, tapi dari tanggung jawab yang ia tunaikan kepada sesama. (jakartamu)

 

Bagikan ini:

  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
  • Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
  • Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
  • Klik untuk mengirimkan email tautan ke teman(Membuka di jendela yang baru) Surat elektronik
  • Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
  • Klik untuk mencetak(Membuka di jendela yang baru) Cetak
Previous Post

Dakwah Transformatif: Dari Amal Usaha ke Amal Perubahan

Next Post

Mualaf Muhammadiyah dan Krisis Kesadaran Kader

Next Post
amrizal

Mualaf Muhammadiyah dan Krisis Kesadaran Kader

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • Beranda
  • Kabar
  • Literasi
  • Kolom
  • Kesehatan
  • Muktamar
  • Pendidikan
  • Redaksi
Call us: +1 234 JEG THEME

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.