“Menurut kami ini data luar biasa, yang memberikan sumbangan keilmuan yang sangat berharga, bukan saja kepada masyarakat di Sumatera, tapi secara nasional kepada negara,” ujar I Made Geria saat memberi sambutan pada “Dialog Gayo Prasejarah” dalam rangka Desember Kopi Gayo 2021 di Kantor Balar Sumut, Jumat (10/12/2021).
“Kemudian memperhatikan juga lingkungan yang sangat strategis di kawasan danau yang panorama alamnya yang sangat indah, ini bukan suatu kebetulan, tapi kecerdasan masyarakat masa lalu beradaptasi dengan lingkungan alamnya. Jadi sudah dipertimnbangkan betul kelanjutan sekaligus memuliakan kawasana itu. Itu artinya masyarakat jaman dulu sudah menghargai solidaritas kosmis,” tukas I Made Geria.
Ia menyatakan, situs Loyang Mendale sangat layak dilindungi, dan harus dilindungi secara keseluruhan, termasuk kawasannya. Sebab katanya, kalau situs rusak akan menghilangkan bukti-bukti peradaban sekaligus degradasinya identitas di wilayah Gayo, dan degradasi identitas nasional. “Makanya minta tolong bapak dan ibu sekalian dan rekan-rekan di BPCB (Balai Perlindungan Cagar Budaya, red) terus melestarikan dan melindungi kawasan ini. Kalau ini hilang, sama saja identitas kita tercabut dari akarnya. Pengelolaan kawasan ini harus mendasar,” ia mengingatkan.
Ia menyebutkan, pengelolaan kawasan yang melibatkan masyarakat yang mengimplementasikan dari hulu sampai hilir juga program dari Pusat Arkeologi Nasional.
Loyang Mendale bisa dikembangkan menjadi destinasi wisata minat khusus, sebab di dalamnya terdapat, pembelajaran, eco tourism, termasuk sumber inspirasi bagi pelaku dunia usaha, untuk menggali inspirasi yang substansinya dari situs Loyang Mendale.
Ia mengajak masyarakat menginformasikan situs penting ini kepada anak sekolah dan semua lapisan masyarakat, karena masyarakat tentu ingin mengetahui situs ini.
Selanjutnya ia menyarankan agar mengikutsertakan pengembangan “green ekonomi” didukung kopi Gayo yang sudah dikenal dunia. “Jadi ada ‘green ekonomi’ ada eco cultural tourism. Mari kita bersatu padu, melalui kegiatan masing-masing di daerah dan pusat, untuk memberi solusi bagi pemerintah dalam pengembangan kawasan ini berikutnya,” tukas I Made Geria.
Dalam kesempatan itu hadir Gubernur Aceh diwakili Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Jamaluddin, dua wakil rakyat dari DPRK Aceh Tengah, Edi Kurniawan dan Sukurdi Iska, perwakilan masyarakat Gayo Medan, sejumlah seniman dan akademisi dari Sumatera Utara. Bupati Aceh Tengah, Gayo Lues dan Bener Meriah yang semula diundang memberi sambutan ternyata tidak hadir baik secara daring maupun luring. Hanya Bener Meriah yang hadir diwakili Kepala Dinas Pariwisata Iramansyah.
Ketua Komisi B DPRK Aceh Tengah Sukurdi Iska menyampaikan terima kasih kepada Kepala Balar Sumut Ketut Wiradnyana yang sudah melakukan penelitian selama 10 tahun di Aceh Tengah. “Melalui hasil penelitian ini kami mengetahui sejarah nenek moyang kami. Kedepan diharapkan bisa industri pariwisata dengan adanya situs ini. Kami mengharapkan eksekutif melihat terus potensi di Aceh Tengah. Kami mensupport apa yang bisa dilakukan untuk kegiatan penelitian ini,” ujar Sukurdi Iska.(*)

